Purwadi, Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara, LOKANTARA. ist |
GARDA.ID | Tembang Mijil
Purwadi, Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara, LOKANTARA.
HP 087864404347
Makna tembang mijil sungguh dalam. Lagu ini mempunyai rumusan dan makna tertentu. Kata mijil secara harfiah berarti keluar atau lahir. Secara filosofis tembang ini melambangkan proses kelahiran manusia di dunia.
Sasmitaning Tembang Mijil perlu diungkapkan makna nilai filosofisnya. Tembang mijil mempunyai rumusan dan makna tertentu. Kata mijil secara harfiah berarti keluar atau lahir.
Secara filosofis tembang ini melambangkan proses kelahiran manusia di dunia.
Tembang mijil sifatnya: gandrung -gandrung, prihatin. Mijil artinya medal ngaras ati dan diciptakan oleh Sunan Geseng. Gunanya: mengungkapkan rasa prihatin.
1. Mijil Guna lawan Sekti.
Dedalane guna lawan sekti,
kudu andhap asor,
wani ngalah luhur wekasane,
tumungkula yèn dipun dukani,
bapang dèn simpangi,
ana catur mungkur.
Tafsir dan makna ajarannya:
Kutipan tembang mijil di atas menceritakan Joko Tingkir yang diberi wejangan oleh Ki Ageng Banyubiru.
Untuk mencapai derajat pandai dan sakti, seseorang harus mau bersikap rendah hati, bersedia mengalah mendapatkan kedudukan tinggi, jika kena marah lebih baik merunduk, yang kurang baik ditinggalkan. Sesuai dengan namanya tembang Mijil selalu mengungkapkan hakikat asal-usul kehidupan manusia.
Dalam sejarah telah disebutkan suri teladan utama yang ditulis dalam tembang Mijil. Nasihat ini diperhatikan Joko Tingkir dalam mengejar cita-cita. Kelak dia berhasil menjadi raja Pajang.
Orang hidup harus berlatih dengan berbagai ujian dan cobaan, sebagaimana pepatah berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Sasmita tentang kehidupan diungkapkan tembang mijil untuk memahami asal-usul manusia. Tembang Mijil Bala Lumaris mengisahkan Patih Suwanda yang gigih menjalankan tugas. Kesetiaan pada pekerjaan mendapat penghormatan yang layak dari Prabu Harjuna Sasrabahu di Kerajaan Mahespati.
Para punggawa negara perlu mencontoh Patih Suwanda. Selaku abdi negara Patih Suwanda berhasil mempersembahkan guna, kaya, purun atau kepandaian, kekayaan dan keagungan.
2. Mijil Hana Caraka.
Hambedhol kayon mijil nglambangi,
Nandhang urip gumathok,
Caking kayon ing adegan kabeh,
Rad kahyangan kedhatonan ugi,
Kang seban ing jawi,
njur katekan pamuk.
Tafsir dan makna ajarannya:
Ajaran tembang mijil ini berkaitan dengan asal usul sejarah Tanah Jawa. Dulu orang Jawa membaca dan menulis dengan aksara Jawa. Ilmu pengetahuan berkembang dengan akasara Jawa.
Orang Jawa memiliki keterampilan membaca dan menulis yang dapat mempermudah komunikasi. Pengetahuan Jawa masa silam banyak ditulis dalam kitab babad dan sastra piwulang.
3. Ketawang Mijil Wigaring Tyas.
Dhuh biyung mban wayah apa iki,
Rembulan wus ngayom,
Ing gegana trang abyor lintange,
Tis-tis sonya puspita kasilir,
Maruta ris kengis
Sumrik gandanya rum.
Tafsir dan makna ajarannya:
Taman Argasuka tempat Dewi Sinta di Alengka memang serba indah. Di waktu malam Sinta berbicara dengan emban. Bulan dan bintang menghiasi angkasa. Angin semilir sepoi-sepoi dalam keheningan. Kembang semerbak mewangi.
Alam sungguh indah permai. Namun demikian, hati Sinta tetap ingat pada Prabu Rama Wijaya di Pancawati. Dewi Sinta sungguh putri sejati yang mengutamakan darma bakti.
4. Mijil Panganten.
Kapiyarsi kidung amurwani,
Laras aris alon,
Minangka sasmita
Tumapaking adicara panggih,
Manten putri mijil, saking panti,
Tan pantara lami
Nenggih dhaupipun.
Tafsir dan makna ajarannya:
Ajaran tembang mijil ini berkaitan dengan acara mantenan. Pitutur luhur tentang soal rumah tangga, agar suami istri rukun. Pengantin harus mewujudkan keluarga yang tentram damai.
Rumah tangga yang kuat menjadikan negara makin kokoh. Sepasang penganten diharapkan akan mandiri dan bisa memperoleh kesejahteraan lahir batin. Dari basis keluarga itulah pembinaan masyarakat dilakukan. Negara akan kuat kalau diisi basis keluarga yang kuat.
5. Mijil Poma Kaki.
Poma kaki padha dipun-eling,
ing pitutur ingong,
sira uga satriya arane,
kudu anteng jatmika ing budi,
ruruh sarta wasis,
samubarangipun.
Tafsir dan makna ajarannya:
Sinuwun Paku Buwana IV, Raja Kraton Surakarta Hadiningrat memberi wejangan kepada sekalian orang. Para satriya hendaknya memegang teguh tata susila, trampil, pintar dan suka bekerja keras. Tetapi harus rendah hati. Tidak boleh sombong. Ketika mengabdi pada masyarakat bangsa dan negara perlu membekali diri dengan ilmu pengetahuan. Kesetiaan pada tugas akan membuahkan masa depan gemilang. Taat pada pimpinan dan memegang aturan itu jalan menuju keselamatan.
Keberuntungan jangan sampai membuat lupa diri. Ingatlah pada jasa raja, sentana, nayaka, punggawa kerajaan. Dengan tujuan hidup ini bertambah tentram, aman, damai. Politisasi dihindari demi meraih prestasi. Serat Wulangreh berguna sebagai panduan untuk memperoleh kesempurnaan.
Sasmita kehidupan juga terdapat dalam cerita menak. Misalnya cerita romantika Dewi Rengganis yang dikisahkan dengan begitu menarik. Kisah percintaan Pangeran Kelan dengan Dewi Rengganis merupakan daya tarik untuk dijadikan sebagai bahan lakon drama tradisional. Misalnya kethoprak, wayang gedhog atau ludruk.
Cerita tersebut diambil dari serat Rengganis. Para pelaku teater alangkah baiknya mau membaca, memahami dan mengkaji cerita Rengganis. Ini termasuk cerita romantis. Kisah percintaan ini berakhir dengan suasana gembira.
6. Mijil Srikandhi Maguru Manah.
Manjing wana tan etang pringganing,
Marga jurang sigrong,
Grenging ori-ori pepinggire,
Nuting ereng-ereng jurang trebis,
Peperenge miring,
Parang curi parung.
Tafsir dan makna ajarannya:
Ajaran tembang ini mengenai tokoh wanita yang bernama Srikandhi. Dia amat hormat pada istri Arjuna yang tertua. Sebagai istri muda, Srikandhi cukup tahu diri. Dia rela dimadu. Keteladanan Srikandi pantas ditiru oleh segenap aktivis perempuan. Srikandi merupakan istri yang sangat setia.
Tokoh Srikandi memiliki kemampuan manajemen yang tinggi. Srikandi hidup rukun dengan Sembadra dan Larasati. Mereka menjadi istri Arjuna yang selaras, serasi dan seimbang.rel