ISTANA RATU PANTAI SELATAN

Share:

 

Ist


GARDA.ID | ISTANA RATU PANTAI SELATAN


Dr Purwadi, M.Hum

Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA)

HP 087864404347


A. Keindahan Istana Ratu Kidul


Istana Ratu Pantai Selatan terbuat dari emas intan permata. Lantai mengkilap berkilauan. Terdapat dalam dasar samudera. Bernama Istana Soko Domas Bale Kencono. Kraton Ratu Kidul memang sangat elok nan indah. 


Tiang tiang kraton Ratu Kidul berwarna warni. Memancarkan sinar biru kekuning kuningan. Atap langit langit terdiri dari intan gemerlapan. Serba mewah megah gagah. Halaman terdapat tanaman hijau ngrembuyung. Kembang wangi semerbak. Bisana Ratu Kidul berwarna ijo lembayung. 


Kraton Ratu Kidul dijaga dengan pasukan yang cantik jelita. Busana kemben, dodot, samir, nyamping dan sanggulan. Piket kerja diatur rapi. Jadwal piket mereka sesuai dengan hari pasaran. 


Suguhan khas yaitu ketan biru. Makanan kesukaan Ratu Kidul dimasak oleh abdi dalem gondorasan. Tugas mereka masak makanan yang enak enak. Dhaharan ingkang edi mirasa. 


Alun alun untuk istirahat prajurit pantai selatan. Kanjeng Ratu Kidul pada masa mudanya bernama Dewi Ratna Suwida. Dalam Babad Pasundan diceritakan bahwa Dewi Ratna Suwida adalah putri Raja Pajajaran, yaitu Prabu Mundingsari. Permaisuri Prabu Mundingsari bernama Dewi Sarwedi. Menurut silsilahnya Dewi Sarwedi adalah putri Sang Hyang Suranadi yang menjadi raja siluman di Kraton Sigaluh.

Dewi Ratna Suwida terkenal sebagai sekar kedhaton atau putri Kraton Pajajaran yang sakti mandraguna. Sang putri suka melakukan tapa ngrame, tapa ngidang dan laku prihatin di Gunung Kombang yang terletak di pulau Karang Ngliyep Malang Jawa Timur. Selama menjalankan tapa brata ini Dewi Ratna Suwida menampakkan daya magis dan kekuatan ghaib.


Seluruh penduduk negeri Pajajaran mengakui kecantikan Dewi Ratna Suwida. Kecantikannya setaraf dengan Bathari Uma, permaisuri Bathara Syiwa yang menguasai Kahyangan Junggring Salaka. Banyak para pangeran dari berbagai kerajaan ingin melamar putri Pajajaran. Raja dari Daha, Jenggala, Kahuripan, Banjar, Serdang, Goa, Bugis, Siak berkirim surat kepada raja Pajajaran. Intinya mereka bermaksud ingin besanan.

Sayang seribu sayang, Dewi Ratna Suwida belum bisa memenuhi semua lamaran kehormatan itu. Putri Pajajaran itu menyadari bahwa dirinya sedang dirundung malang yang sangat dirahasiakan. Dewi Ratna Suwida menderita sakit budhug yang amat parah. Penyakit budhug sejenis dengan lepra. Daripada menanggung malu dan penyesalan, maka semua lamaran tidak diterima. Penolakan itu semata-mata demi kebaikan bersama.


Atas saran eyangnya, Sang Hyang Suranadi yang menguasai mahluk halus Kerajaan Sigaluh, Dewi Ratna Suwida disuruh tapa kungkum atau berendam di Telaga Ratu. Tapa kungkum atau berendam yang dilakukan Dewi Ratna Suwida menambah pancaran kecantikan.

Wilayah Kerajaan Sigaluh berada di pesisir Jawa bagian selatan ditambah dengan samudra raya yang luas. Sang Hyang Suranadi amat cinta pada cucunya. Pada tahun 346 Saka Sang Hyang Suranadi lengser keprabon madeg pandhita. Beliau menyerahkan tahta kekuasaan kepada Dewi Ratna Suwida. Dewi Ratna Suwida pun menjadi raja di Kraton Sigaluh. Atas restu dan dukungan Sang Hyang Suranadi, Dewi Ratna Suwida memindahkan ibukota Sigaluh ke dasar samudra raya.


Ibukota kraton yang berada di dasar samudra itu bernama Kraton Soko Domas Bale Kencono.

Dewi Ratna Suwida diberi gelar baru oleh Sang Hyang Suranadi. Gelarnya Kanjeng Ratu Kenconosari atau Kanjeng Ratu Kidul. Tinggal di utara Soko Domas Bale Kencono terjadi pada tahun 1398 Saka. Perdana menteri Kraton Sokodomas Bale Kencono adalah Kanjeng Ratu Angin-angin. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh barisan prajurit yang bernama Nyi Lara Kidul. Mereka bertugas menjaga laut selatan, supaya tanah Jawa subur makmur ayem tentrem, gemah ripah loh jinawi.


B. Soko Domas Bale Kencono


Istana Kanjeng Ratu Kidul bernama Soko Domas Bale Kencono. Kraton ini berada di dasar samudra selatan. Istana ini sungguh indah karena terbuat dari emas, intan, mutiara, berlian yang berkilauan.


Bagi masyarakat Jawa ceritera Kanjeng Ratu Kidul tidak asing lagi. Ceritera ini dikaitkan dengan kisah Sutawijaya sebagai pendiri negara Mataram. Sekilas sudah saya singgung di bagian lain, namun perlu kiranya kita ketahui lebih lanjut ceritanya. Di dalam Babad Tanah Jawi tulisan antara lain diceriterakan bahwa setelah Sutawijaya mendapatkan wahyu keraton, ia lalu pergi melalui sungai (ngeli) menuju ke laut Selatan. Sesampainya di tepi laut ia lalu bersemadi dan berdoa kepada Tuhan, menjadikan lautan bergoncang dan bergelombang hebat. Kanjeng Ratu Kidul merasakan akibat goncangan itu, lalu keluar dari kratonnya dan bertemu dengan Sutawijaya.


Ratu Kidul angandika aris

salawase ingsun durung mulat. samodra kaya mangkene,

kaya baskara runtuh,

dene toya panas lir geni,

sagara lir kinela,

akeh mina lampus,

kiyamat sajro samodra,

nyaira Kidul sigra umesat tumuli, saking puranira.


Kutipan di atas menunjukkan pertemuan pertama antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Sutawijaya. Akibat tapanya Sutawijaya, ombak lautan menjadi besar, isinya menderita. Ratu Roro Kidul lalu keluar dari istananya dan bertemu dengan Sutawijaya memberi tahu rusaknya isi lautan. Bait berikutnya menerangkan dialog antara keduanya dan kembalinya Kanjeng Ratu Kidul ke istananya diikuti oleh Sutawijaya. Di situ Sutawijaya melihat istana yang sangat indah, dan setelah beberapa lamanya berkasih kasihan dengan Sang Dewi, lalu kembali ke Mataram.


Ceritera tersebut di atas masih dikenal sampai sekarang, dan merupakan data sejarah. Mengenai isinya dapat kita bandingkan dengan ceritera Bima yang mencari tirta kamandanu dalam ceritera Dewa Ruci. Di dalam ceritera Dewa Ruci digambarkan bahwa Bima setelah memasuki telinga Dewa Ruci melihat beberapa macam cahaya, merasa tenang serta tenteram, sehingga kerasan dan hampir saja lupa kembali kepada keluarganya untuk meneruskan dharma baktinya. Di samping itu secara kosmologis juga dapat diartikan bagaimana Sutawijaya berhubungan dengan alam dan berhasil menguasainya dengan baik sehingga menjadi basis yang kuat bagi negara yang ia tumbuhkan. Ada pula yang menginterpretasikan ceritera itu semata-mata sebagai mitos belaka, tetapi ada pula yang menganggap hal itu memang sungguh sungguh terjadi. Bagaimanapun pula ceritera tersebut masih mempunyai peranan dalam tata kehidupan masyarakat bahkan negara. Legitimasi semacam ini besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan pemerintahan negara.


C. Kendaraan  Ratu Kidul


Kanjeng Ratu Kidul memiliki kendaraan yang bernama Kuda Sembrani. Bila berjalan suaranya riuh bergemuruh. Gentha-genthe atau krimpying kuda berbunyi gemerincing. Lintas angin yang mengiringi prajurit Kanjeng Ratu Kidul disebut Lampor. Ratu Kidul benar-benar sebagai penguasa alam, yakni Dewi Darat dan Dewi Laut.


Kunjungan kerja Kanjeng Ratu Kidul meliputi daerah Danamulya Banyuwangi, Paga Lumajang, Ngliyep Malang, Blitar dan Pacitan. Daerah ini tersedia pesanggrahan untuk beristirahat rombongan Kanjeng Ratu Kidul. Villa atau penginapan ini berwujud rumah emas yang lampunya berkelap kelip, terang dan indah sekali.

Pendherek atau pengikut Kanjeng Ratu Kidul memakai kemben. Kainnya berwarna ijo gadhung atau hijau lembayung. Sebelum bertugas mereka berhias di Alas Krendha Wahana. Tiap tahun Kanjeng Ratu Kidul mengikuti upacara Maesa Lawung atau Raja Weda di Alas Krendha Wahana. Pelaksanaan upacara Maesa Lawung setiap bulan Rabiul Akhir, pada hari Senin atau Kamis terakhir. Sesaji diberikan di Sitihinggil Kraton Surakarta. Doa dibaca dengan rapal Budha, Hindu, Jawa dan Islam.


Perlengkapan sesaji Maesa Lawung ini terdiri dari : Bekakak : dibuat dari tepung, berbentuk manusia laki-laki dan perempuan, tidak berbusana. Badheg : arak yang dibuat dari siwalan atau aren, semangkok. Kepala kerbau : kebo bule milik kraton yang dirawat abdi dalem.

Setiap hari Anggara Kasih atau Selasa Kliwon Kanjeng Ratu Kidul datang di Panggung Sangga Buwana.


Penguasa Laut Selatan ini turut serta dalam ritual Bedhaya Ketawang. Saat itu Kanjeng Ratu Kidul berbusana dodot bangun tulak, Alas alasan ngumbar kunca, tapih cindhe sekar, slepe, buntal paesan centhangan, gelung bokor mengkurep, rajutan melati, anam kanthil.


Bedhaya Ketawang menggambarkan olah asmara Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul. Disebutkan ruang asmara itu berupa krobongan sasap kasur, urung bantal guling cindhe, ceplok bludiran, kencana tinatah, rinengga sesotya, klambu, canthelan salaka, daun sedhah tutul apu. Dalam krobongan dikasih guling, loro blonyo, arca kayu, klemuk beras, uang, kendhi dan lampu sewu. Setelah selesai olah asmara Kanjeng Ratu Kidul ganti busana sabuk sekaran klabang ngentup. 


Makanan kesukaan Kanjeng Ratu Kidul yaitu ketan biru, yang dihidangkan abdi dalem Mataram. Saat itu Kanjeng Ratu Kidul berpakaian seperti Banuwati. Beliau membawa wangkingan pusaka, lambang kraton Tanah Jawa.


Pada hari Senin Wage, 5 Agustus 2024 pasinaon busana Kraton Surakarta melakukan ritual. Penghormatan buat penguasa pantai selatan. Dunia makin rahayu lestari sejahtera aman damai.


Istana pantai selatan terkenal indah permai. Kediaman Ratu Kidul terdapat dalam dasar samudera. Bernama Soko Domas Bale Kencono.red

Share:
Komentar

Berita Terkini