RATU BATANG SRIKANDI MATARAM

Share:
Ist



Garda.id | RATU BATANG SRIKANDI MATARAM


Dr Purwadi M.Hum.

Ketua LOKANTARA, Lembaga Olah Kajian Nusantara.

Hp 087864404347


A. Prameswari Sultan Agung


Kanjeng Ratu Batang adalah garwa prameswari Mataram. Putri Adipati Hupasanta ini sungguh mustikane putri, tetunggule widodari. Wanita pilihan yang menjadi pelopor gerakan emansipasi. 


Srikandi Mataram berjasa besar atas keunggulan peran wanita. Peringatan untuk menghormati Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokro Kusumo dilakukan Kraton Surakarta. Terjadi pada hari Kamis Pahing, 8 Agustus 2024. Diikuti segenap abdi dalem, sentana dan pengageng. Berasal dari Jepara, Pati, Kudus, Demak, Tegal, Cilacap, Kebumen, Magelang, Banjarnegara, Nganjuk, Ngawi, Madiun, Blitar, Kediri, Trenggalek, Pacitan dan Ponorogo. 


Emansipasi wanita tetap terjaga sepanjang masa. Mereka terdiri dari anggota pakasa atau paguyuban kawula Karaton Surakarta. Untuk Solo Raya biasa disebut dengan istilah SUBO SUKA WONO SRATEN. Sukoharjo Boyolali Surakarta Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten. Masing masing mengirin perwakilan untuk mengikuti pisowanan. Bertujuan untuk ngalap berkah Sultan Agung yang mewariskan peradaban besar. 


Wanita punya peranan penting. Keselarasan sosial diwujudkan oleh Sultan Agung sebagai wujud strategi budaya. Tradisi cemerlang ini dilanjutkan oleh Karaton Surakarta Hadiningrat. Serat Sastra Gendhing dan Nitipraja menjadi penduan untuk mawas diri.


Wulang wuruk kawanitan. Sastra gendhing mengajarkan tata keselarasan. Nitipraja mengajarkan untuk berdarma bakti pada kerajaan. Karaton Surakarta merupakan kelanjutan dari kerajaan Mataram.

Urutan raja Mataram yang memerintah dimulai tanggal 24 Maret 1579. Gelar raja pertama yaitu Panembahan Senapati ing Ngalaga Khalifahtullah Ngabdurrahman Sayiddin Panetep Panatagama. Seorang narendra gung binathara mbahu dhendha nyakrawati, ambeg adil para marta, ber budi bawa laksana, memayu hayuning bawana.


Tepa palupi utami. Raja kedua Mataram yakni Sinuwun Hadi Prabu Hanyokrowati, yang memerintah tahun 1601 – 1613. Lantas diteruskan oleh Sinuwun Sultan Agung Prabu Hanyokro Kusumo. Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan dan keemasan. Boleh dikata Mataram negeri kang gedhe obore, padhang jagade, dhuwur kukuse, adoh kuncarane, ampuh kawibawane.


Laju maju tanpa kelu ombaking kahanan. Peringatan kali ini merupakan kelanjutan kegiatan tahun lalu. Tepat pada hari Ahad Pon, 2 Sapar atau 20 Agustus 2023 diselenggarakan wilujengan surud dalem ke 378. Peringatan untuk memperingati hari wafat Sultan Agung yang dimakamkan di Pajimatan Imogiri tahun 1645. Upacara wilujengan bertempat di sasana sumewa pagelaran Karaton Surakarta Hadiningrat.


Titik keberangkatan dari sasana Handrawina. Perwakilan terdiri dari trah Sultan Agung, Sunan Amangkurat Tegalarum, Paku Buwana I, Sunan Amangkurat Jawi, Paku Buwana II, Paku Buwana III, Paku Buwana IV, Paku Buwana V, Paku Buwana VI, Paku Buwana VII, Paku Buwana III, Paku Buwana IX, Paku Buwana X, Paku Buwana XI, Paku Puwana XII dan Paku Buwana XIII.


Perlu kajian mendalam atas teks klasik. Masing masing perwakilan diberi tanda spanduk. Payung kebesaran mengiri ubarampe upacara. Berjalan dari halaman sasana handrawina, pelataran sasana sewaka, paningrat, pagangsan, untarasana, smarakata, marcukundha, kamandungan, sitinggil dan pagelaran alun alun lor. Prajurit prawira anom, prajurit, jayengastra, prajurit doropati berjalan paling depan. Disusul barisan ulama kanca kaji.

Sepanjang jalan berkumandang dzikiran sholawat Nabi. Busana prajurit gemebyar berwarna warni. Ulama berbusana serban. Pagi yang cerah itu siap untuk memuliakan Sultan Agung.


Teks kejawen merupakan sumber kebajikan. Tampak abdi dalem yang berasal dari Ponorogo, Blitar, Trenggalek, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Malang, Surabaya, Magetan dan Ngawi. Untuk wilayah Jawa Tengah ada perwakilan dari Blora, Pati Purwodadi, Tegal Kebumen, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Magelang, Sragen dan Klaten.


B. Kesetaraan Gender Kraton


Emansipasi wanita berkembang dalam tembok keraton Mataram. Pemerintahan Mataram sadar akan arti penting bisnis. Sultan Agung memindahkan ibukota Mataram dari Kota gedhe ke Kerta. Biaya operasional kerajaan diperoleh dari bisnis kayu jati, minyak dan semen. 


Pelabuhan Tanjung Perak dikelola dengan baik. Pangeran Pekik dan Ratu Wandansari diberi tugas untuk mengatur pelayaran di kawasan Jawa Timur. Tumenggung Bahurekso ditugaskan mengelola pelabuhan tanjung emas. Pesisir di Pekalongan dan Tegal makin lancar. 


Sultan Agung paham atas peristiwa budaya yang terjadi di tanah Jawa. Ratu Retno Jinoli adalah putra sulung Prabu Hadi Hanyakrawati yang menikah dengan Ratu Banuwati. Pangeran Benawa Pajang besanan dengan Panembahan Senapati. Sultan Agung merupakan perpaduan darah Mataram dan Pajang.


Retno Jinoli menikah dengan Syeikh Jangkung atau Syekh Saridin. Tinggal di Nglandoh Kayen Pati. Leluhur Mataram yang sumare di kadipaten yakni Ki Ageng Penjawi, Nyi Ageng Ngerang, Ki Ageng Ngerang, Sunan Prawoto dan Pangeran Benawa. Maka tiap tahun Sultan Agung dan utusan Kraton Surakarta sowan ke tlatah Pati. Kunjungan ke Surabaya untuk memberi perhatian pada pangeran Pekik dan Ratu Wandansari. Pernikahan ini menurunkan Ratu Mas yang menikah dengan Amangkurat Tegalarum. Lahir Sinuwun Amangkurat Amral.


Putri Mataram terus berjuang. Kunjungan Sultan Agung ke Madiun untuk memuliakan Pangeran Timur atau Rangga Jumena. Putra Sultan Trenggana raja Demak menjadi Bupati Madiun pertama. Dari Retno Dumelah yang menikah dengan Panembahan Senapati menurunkan Ratu Mas Balitar, permaisuri Sinuwun Paku Buwana I.


Wanita soko guru kerajaan. Kediri dikunjungi Sultan Agung untuk mencerap ilmu kasanpurnan Prabu Jayabaya. Raja Daha Kediri memberi ramalan jaman kertayoga, duparayoga, kaliyoga dan kalisengara. Prabu Jayabaya dikenal sebagai narendra kang waskitha ngerti sakdurunge winarah.


Tuban dikunjungi oleh Sultan Agung untuk membangun maritim yang kuat. Pelabuhan Tanjungkodok peninggalan adipati Wilwatikta dibangun untuk memperlancar perdagangan dan pelayaran. Spiritual keagamaan Sunan Bonang dikembangkan untuk membentuk kesadaran toleransi budaya.


Wilayah Lasem Rembang diperhatikan Sultan Agung. Pabrik trasi dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Blora dikunjungi dalam rangka menanam jati di Cepu. Bojonegoro dibina dengan mendirikan pabrik tambang minyak tanah.


Demikian jasa kreatif Sultan Agung dalam membangun kerajaan Mataram tahun 1613 – 1645. Kerajaan Mataram makmur dan aman damai. Peringatan surud dalem Sinuwun Sultan Agung Prabu Hanyokro Kusumo tanggal 20 Agustus 2023 di Kraton Surakarta memberi inspirasi dan motivasi. Strategi budaya yang layak untuk dilestarikan.


Pusaka Bedaya Ketawang dibahas dengan penuh keagungan. Pada hari Jumat Pon, tanggal 25 Agustus 2023 diselenggarakan sarasehan budaya. Bertempat di Fakultas Bahasa Seni dan Budaya atau FBSB Universitas Negeri Yogyakarta. Dra GKR Koes Moertiyah Wandansari M.Pd, KRT Widyo Winoto dan Prof Dr Suminto bertindak selaku narasumber. Pahargyan utama diberikan oleh Dekan FBSB UNY, Prof Dr Sri Harti Widyastuti M.Hum. Hubungan dengan GKR Wandansari cukup dekat. Oleh karena warga UNY sering mengadakan penelitian di Karaton Surakarta Hadiningrat. Wakil Dekan dan pembesar Fakultas lengkap hadir. Gusti Mung didampingi Ndoro Arum Kusumo Pradopo dan sentana.


Kali ini sarasehan mengambil tema Manjing Kahanan. Makna manjing kahanan terkait dengan adabtasi. Perubahan budaya terjadi sepanjang sejarah. Maka perlu tepat dalam membaca owah gingsiring jaman.

Persiapan acara oleh panitia cukup meyakinkan. Rerenggan suguhan dan protokol disusun paripurna. Musik campursari dengan dua penyanyi begitu terlatih. Pranata adicara tampil dengan busana kejawen.


Suasana tradisional mewarnai acara. Lelagon, pakaian dan unggah ungguh tampak sekali. KRT Widyo Winoto pakai baju surjan lurik dan blangkon khas Kraton Yogyakarta. Tema seni menjadi tema pembahasan.

Sesi pertama diberikan oleh GKR Wandansari. Pengageng Sasana Wilapa memberi presentasi tentang bedaya ketawang. Tari sakral ini bagi tarian sebagai sarana bentuk hubungan spiritual. Yakni antara Panembahan Senapati pendiri Mataram dengan Kanjeng Ratu Kencanasari.


Menurut GKR Wandansari, empat penjuru sebagai Kraton Mataram. Laut selatan dijaga Ratu Kencana Hadisari. Gunung Merapi dijaga Sekar Kedhaton. Sebelah timur dijaga Sunan Lawu. Bagian utara dijaga Ratu Kala Yuwati berada di Alas Krendha Wahana. Kiblat papat lima pancer.

Wisik gaib terjadi pada tanggal 24 Mei 2006. GKR Wandansari mendapat pesan dari Sinuwun Paku Buwana X dan Batari Kala Yuwati. Tepat dua hari sebelum gempa bumi. Perjanjian habipraya memberi penjelasan tentang adanya Ratu di Tanah Jawa.


Bedaya ketawang harus dijumenengke. Pusaka bagi Karaton Surakarta tiap hari Selasa Kliwon atau saat tingalan jumenengan. Paku Buwana sebagai pengokoh Jagad merupakan penangkal segala balak utau cobaan.

Perjanjian habipraya merupakan gumelaring tata spiritual. Tercermin dalam struktur bangunan Kraton Surakarta. Panembahan Senapati dan Sultan Agung dipercaya oleh Tuhan untuk memimpin bangsa Jawa.


Sopan santun panitia mendapat pujian dari Pengageng Sasana Wilapa. Mahasiswa dan dosen UNY memegang teguh nilai budi pekerti. Semua seni untuk menata hambeging rasa. Karena budaya Jawa penuh dengan nilai tuntunan tontonan tatanan.

Bagi KRT Widyo Winoto kesenian Kraton merupakan lambang kewibawaan. Simbol kelahiran, remaja dan kematian terdapat dalam gamelan. Pendapat ini dikukuhkan oleh Prof Dr Suminto. Sarasehan itu menunjukkan arti penting kebudayaan.

Ndoro Arum Kusumo Pradopo menjadi saksi bagi pengembangan kebudayaan Jawa.


Ratu Batang jembar wawasan. Rum kuncaraning bangsa, dumunung ing luhuring budaya. Demikian wejangan trah Mataram sebagai sarana untuk memuliakan warisan budaya luhur. Wanita iku wanita mranata. 


C. Emansipasi Wanita Mataram


Kesetaraan gender sudah disadari oleh tokoh kraton Mataram. Sultan Agung mendukung penuh gerakan emansipasi wanita. Fasilitas kerajaan disediakan untuk kemajuan. 


Nlesih sejarah dalem para nata ing Negari Mataram. Sayektos negari Mataram punika sambetipun kraton Pajang, Demak, Majapahit. Trahing kusuma rembesing madu, wijining atapa, tedhaking andana warih. Nata ingkang jumeneng ing negari Mataram kawiwitan saking Panembahan Senopati tahun 1582 – 1601. Kalajengaken Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati tahun 1601 – 1613.


Kraton Mataram salajengipun dipun pandhegani dening Sinuwun Sultan Agung Hanyakra Kusuma. Miyos dinten Jum’at Legi tahun Jimakir 1514 utawi 14 November 1593. Kanthi asma timur Gusti Raden Mas Jatmika utawi Raden Mas Jolang.


Kanjeng Sultan Agung Hanyakra Kusuma saestu narendra gung binathara, mbahu dhendha nyakrawati, ambeg adil paramarta, ber budi bawa laksana, memayu hayuning bawana. Jumeneng nata wiwit tahun 1613 ngantos 1645. Nalika ngasta bang-bang pangalum-aluming praja, negara Mataram ngalami jaman kencana rukmi. Kraton Mataram saged winastan negari ingkang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja.


Kawula dasih ing gunung ngagunung, desa ing ngadesa, kutha ing ngakutha sami ayem tentrem, mirah sandhang pangan papan. Kanjeng Sultan Agung dados punjering pangayoman. Ing babagan tata praja, Kanjeng Sultan Agung Hanyakra Kusuma kasebat narendra guna ing ngaguna, tan ngundhak gunaning jalma.


Wiwit tahun 1614 panjenenganipun sang nata sesambetan memitran kaliyan bupati Bang Wetan, Kasultanan Cirebon, Kasultanan Banten, Kasultanan Palembang, Kasultanan Banjar Kalimantan miwah Kasultanan Deli Serdang. Negari Mataram jeneng anempuh bebasan gedhe obore, padhang jagade dhuwur kukuse, adoh kuncarane, ampuh kawibawane sedaya sami kayungyun dening pepoyaning kautaman.


Pangawikan satataning panembah jati kababar dening Sinuwun Sultan Agung lumantar Serat Sastra Gendhing. Isinipun mratelakaken unggah ungguhing basa, kasar alusing rasa, jugar genturing tapa. Kitab Sastra Gendhing karumpaka tahun 1627, kinarya wulangan wejangan wedharan kangge putra wayah, sentana tuwin nara praja. Ing pangangkah gesang sangsaya terang trawaca miturut angger-anggering kautaman.


Tembang sinom ing ngandhap punika petikan saking serat Sastra Gendhing.


Lumaraping puspa warsa, 

sumunar amartani, kababar arum kang ganda,

Kabengkas ing warsa sari, 

sakehing srana kengis, 

sinawung sarkara hayu, 

yeku ta sanepannya, wimbani sasmita murti, 

kang tinunggwing momong momor momot driya.


Pananggalan Tahun Jawi. Jumbuhing pananggalan surya sengkala miwah candra sengkala murih guyubing bebrayan. Kanjeng Sinuwun Sultan Agung netepaken tata cara titi mangsa enggal. Pananggalan surya sengkala adhedhasar tahun Saka. Dene pananggalan candra sengkala adhedhasar tahun Qomariah.


Kalih-kalihipun lajeng dipun ripta kanthi laras liris. Liripun sedaya warga sami suka rena nyengkuyung kalender Sultan Agungan.


Santosaning negari menawi kasengkuyung dening gancaring wulu pametu. Amila Sinuwun Sultan Agung ambangun bandaran megah, nami pelabuhan Tanjung Emas. Bandaran ageng winangun ing kutha Semarang.


Menggah ingkang kajibah mandhegani pelabuhan Tanjung Emas kadhawuhan Tumenggung Bahureksa. Saben wulan Tumenggung Bahureksa atur pelapuran dhumateng Kanjeng Ratu Batang, prameswari dalem Sinuwun Sultan Agung.


Pelabuhan Tanjung Emas ingkang kabangun tahun 1629 anjalari negari Mataram tambah gemah ripah. Dedagangan gancar lelayaran lancar. Rinten dalu anglur dumelur, awit tan ana sangsayaning margi.


Surud dalem Kanjeng Sinuwun Sultan Agung rikala dinten Jum’at Legi Tahun Jimakir utawi tahun 1645 Masehi. Sumare ing Pajimatan Luhur para nata Imogiri.


Nata Mataram nomer tiga tahun 1613 – 1645, Sinuwun Sultan Agung sampun amarisi patuladhan tumrap sadhengah warga bangsa. Kasusastran, kabudayan, kasusilan lan kenegaraan jaman Sinuwun Sultan Agung tetep basuki lestari.


Kanjeng Ratu Mas Batang putri Tumenggung Hupasanta. Trah Langsung dari Patih Mandaraka. Cucu Ki Ageng Juru Martani. Wanita agung yang menjadi pelopor maritim di bumi nusantara.


Srikandi Mataram berjuang untuk keluhuran. Daratan dan lautan berdaya atas dasar ilmu pengetahuan. Rakyat memberi dukungan karena ada harapan. Yakni kemuliaan dan kesejahteraan.rel

Share:
Komentar

Berita Terkini