![]() |
ist/gol |
Jakarta | Garda.id
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta para pengusaha untuk tidak ragu berinvestasi di sektor batu bara Indonesia. Menurutnya, komoditas ini masih memiliki potensi besar di masa depan. Ia menekankan bahwa permintaan batu bara dari negara-negara Eropa tetap tinggi, bahkan dengan kontrak jangka panjang yang bisa mencapai 20 tahun.
Bahlil menjelaskan bahwa batu bara masih menjadi pilihan utama sebagai sumber energi transisi yang lebih terjangkau dibandingkan dengan energi baru terbarukan (EBT). Biaya produksi listrik dari batu bara hanya sekitar 5-6 sen per kWh, sementara biaya dari EBT bisa lebih dari 10 sen per kWh. Selisih biaya ini mencapai Rp5-6 triliun per tahun, menjadikan batu bara sebagai sumber energi yang lebih efisien dalam hal biaya.
Untuk mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan batu bara, Bahlil mendorong pengusaha untuk mengadopsi teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Teknologi ini memungkinkan emisi karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara untuk ditangkap dan disimpan, sehingga membuat proses pembangkitan listrik lebih ramah lingkungan.
Meskipun batu bara tetap menjadi bagian penting dari pasokan energi Indonesia, Bahlil juga mengingatkan bahwa negara ini sedang dalam proses transisi energi dan hilirisasi. Pengusaha batu bara diharapkan tetap waspada terhadap tren global yang terus berkembang dan menyesuaikan strategi investasi mereka dengan perubahan tersebut.red