![]() |
Proyek pengembangan PLTP PT SMGP, banyak warga jadi korban. ( foto : ucok) |
Madina | Gards.id
Dikutip dari salah satu Artikel Ditjen Energy Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) 14/2/2020 dimana,Pengembangan PLTP Sorik Marapi dengan kapasitas total sebesar 240 MW merupakan salah satu proyek strategis nasional dan menjadi bagian dalam Program 35.000 MW maupun Program FTP 10.000 MW Tahap II. PT. Sorik Marapi Geothermal Power (PT. SMGP) selaku pengembang telah berhasil menghubungkan Unit I hingga 45 MW dan menargetkan di tahun 2020 menghubungkan Unit II PLTP Sorik Marapi sebesar 45 MW pada jaringan 150 kV PT. PLN. Selain itu, PT. SGMP juga terus mengembangkan proyek melalui kegiatan pengeboran untuk memperoleh hasil maksimal sesuai potensi sumber daya yang ada.
“Saya sangat mengapresiasi perkembangan yang telah dicapai oleh PT. SMGP dalam 4 (empat) tahun terakhir terutama keberhasilan dalam menghubungkan Unit 1 sampai dengan 45 MW kepada jaringan PT. PLN. Saya berharap agar Unit 2 PLTP Sorik Marapi dapat terkoneksi sesuai dengan jadwal dan tentu nya meningkatkan bauran energi di Indonesia” ungkap Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE, Ida Nuryatin Finahari saat melakukan verifikasi lapangan terhadap progress pembangunan dan pencapaian COD PLTP Sorik Marapi Unit I (1x42,3 MW) dan Progres pengembangan Unit II (1x45 MW) di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.
Proyek PLTP Sorik Marapi ini dinilai sangat cepat waktu pembangunannya dengan harga keekonomian proyek yang cukup kompetitif. Pembangunan proyek PLTP Sorik Marapi yang cepat ini, terbukti dapat menurunkan BPP Pembangkitan Sistem Sumatera Bagian Utara. Dengan masuknya Unit I dan Unit II berdasarkan realisasi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembangkitan pada Sistem Sumatera Bagian Utara bulan Desember 2019 (Rp 1.436,- per kWh), akan menurunkan BPP setempat sekitar Rp. 6,27 per kWh sehingga potensi penghematan atas selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembangkitan pada Sistem Sumatera Bagian Utara sekitar Rp 129 milyar per tahun.
Dari amatan justru ini berbanding terbalik, dimana harapan yang diimpikan menjadi dilema bagi masyarakat sekitar, terbukti banyak nya kejadian bahkan beruntun, yang seharusnya sejak awal kejadian pihak KS Orka Renewables Pte Ltd, sebagai pengembang sudah melakukan antisipasi, akan tetapi tetap saja terjadi masalah yang terus menjadi korban masyarakat, adapun beberapa kejadian yang terjadi :
1. September 2018, dua santri meninggal di kolam PT SMGP
Pada September 2018 lalu, dua orang santri meninggal dunia di kawasan operasional PT SMGP.Dua santri dari Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru itu, meninggal setelah jatuh ke dalam kolam penampungan air PT SMGP. Keduanya adalah Irsanul Mahya (14) dan Muhammad Musawi (15), warga Deas Sibanggor Jae.
2. Januari 2021, 5 orang meninggal dunia dan puluhan keracunan gas
Peristiwa terparah terjadi pada 25 Januari 2021. Dugaan kebocoran gas terjadi pada pipa milik PT SMGP. Lima orang meninggal dunia, puluhan lainnya menjalani perawatan di rumah sakit. Saat kejadian, lebih dari 200 wrga mengungsi karena khawatir kebocoran gas terjadi kembali.Berdasarkan dari data kepolisian, korban yang meninggal di RSUD Panyabungan, yakni Suratmi (46), Kaila Zahra (5), Yusniar (3), Dahni, Sementara yang meninggal dunia di Puskesmas atas nama Syahrani (14).
3. Maret 2022, 58 orang dilarikan ke rumah sakit karena keracunan gas
Pada 6 Maret 2022, kembali terjadi kebocoran sumur gas di Desa Sibanggor Julu. Sebanyak 58 orang dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan.Namun saat itu, PT SMGP membantah jika terjadi kebocoran gas. Hasil penyelidikan dari pihak terkait, juga tak kunjung diketahui publik.
4. April 2022, puluhan warga menjadi korban
Minggu 24 April 2022,Puluhan warga dilarikan ke rumah sakit.pihak PT SMGP mengakui soal dugaan kebocoran gas yang terjadi pada Minggu (24/4/22). “PT Sorik Marapi Geothermal Project (SMGP) menyatakan benar adanya kejadian well kick di Pad T, well kick ini mengeluarkan semburan lumpur yang diikuti dengan keluarnya H2S di area pengeboran Pad T. Sampai pernyataan ini dibuat, semburan lumpur masih terjadi dan tim teknik sedang berupaya untuk melakukan penutupan sumur tersebut,” tulis juru bicara PT SMGP Yani Siskartika.
5. 16 September 2022
pada 16 September 2022 sebanyak delapan warga terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan gas,
6. 27 September 2022
27 September 2022 hari selasa malam, 90 warga dilarikan ke rumah sakit, lagi – lagi diduga terpapar gas dari aliran sumur milik PT SMGP.
7. 28 September 2022
Pada hari rabu, 28/9/22 belum selesai urusan masyarakat korban dugaan Gas beracun PT SMGP, binatang ternak pun tak lepas terkena imbas dari gass beracun tersebut,
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mandailing Natal Siar Nasution, Kamis (29/09/22) yang dihubungi melalui WhatsApps membenarkan adanya hewan ternak warga yang mati yang kuat dugaan turut terpapar gas beracun yang datang dari Proyek pengembangan PLTP PT SMGP.
“Saat ini Dinas Pertanian kabupaten Madina sedang melakukan pendataan berapa jumlah ternak warga yang mati, yang patut diduga turut terpapar gas beracun pada selasa kemarin, untuk jumlahnya belum diketahui pasti” ungkapnya.
Bahkan tidak sampai disitu, selain binatang ternak warga banyak yang mati,lokasi yang dekat dengan Wilayah Taman Nasional Batang gadis dugaan Orang Hutan yang ada akan terkena imbas dari Gas H2S PT SMGP dimana salah satu tokoh masyarakat Radja Sibanggor mengatakan
"Dugaan kita kalau binatang ternak warga saja banyak yang mati, bagaimana dengan Orang hutan yang ada di taman nasional batang gadis tersebut,", ujar Radja
Dalam deretan kejadian tersebut,Pemerintah pusat lewat kementerian ESDM diharapkan dapat mengambil langkah cepat dan tegas serta memberi kan beberapa kewenangan kepada pemerintah daerah agar kedepan tidak menimbulkan banyak korban dalam project strategies PT SMGP di kabupaten Mandailing Natal. (ucok ys)