JAKARTA- Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI melaksanakan rapat dengar pendapat dengan BMKG dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS), di Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Rapat dipimpin oleh Ketua Komisi V DPR RI Lasarus yang diikuti oleh seluruh anggota dewan.
Pada kesempatan ini, BMKG dan BASARNAS menyampaikan rencana program kerja yang akan dilaksanakannya tahun 2025.
Penyampaian program tersebut langsung disoroti oleh para anggota DPR RI.
Satu di antaranya, yakni Musa Rajekshah, Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Provinsi Sumatera Utara.
Usai mendengarkan program kerja dari BMKG dan BASARNAS, pria yang akrab dipanggil Ijeck ini memberikan pandangannya mengenai pemahaman tanggap bencana alam.
Di mana, menurutnya pemahaman mengenai tindakan penyelamatan saat terjadinya bencana alam harus diterapkan sejak dini.
BMKG dan BASARNAS diminta untuk memberikan edukasi dan sosiliasai secara detail kepada masyarakat, terkhusus siswa, mengenai pemahaman bencana.
"Saat ini yang perlu kita lakukan bagaimana BMKG dan BASARNAS ini berperan aktif untuk memberikan sosialisasi dan informasi mengenai pemahaman terhadap bencana alam," kata Ijeck.
Menurut Ijeck, tidak semua masyarakat mengerti dan memahami secara jelas, menyoal informasi yang disampaikan melalui aplikasi pada Smartphone.
"Pastinya tidak semua masyarakat akan paham dan mengerti menerima informasi dan sosialisasi mengenai bencana alam melalui ponselnya," jelasnya.
Ke depannya, ia berharap BMKG dan BASARNAS diberikan ruang untuk turun memberikan pemahaman tanggap bencana sejak dini di sekolah-sekolah.
"BASARNAS dan BMKG memberikan edukasi di sekolah. Dengan model dimasukkan ke dalam kurikulum pada mata pelajaran tentang bagaimana tindakan penyelamatan saat bencana alam terjadi," katanya.
Ijeck mengatakan, pemahaman mengenai tindakan terhadap bencana alam yang diajarkan sejak dini dapat membawa dampak positif.
Lanjutnya, masyarakat terkhusus siswa akan mengetahui tindakan yang akan dilakukan bilamana bencana alam terjadi.
"Kita pastinya tidak ingin terjadi bencana alam apalagi sampai memakan korban. Tapi jika hal ini dilakukan sejak dini, pasti akan mengurangi dampak bila bencana tersebut terjadi," ucapnya.
Ketua DPD Golkar Provinsi Sumut ini juga membandingkan mata pelajaran para siswa di Jepang.
Di Jepang, sambungnya para siswa sudah diajarkan bagaimana bertindak pada saat bencana alam terjadi.
Hingga para siswa juga diberitahu soal penyelamatan saat bencana itu terjadi.
"Di Jepang sudah ada kurikulum belajar bagaimana menghadapi bencana alam hingga penyelamatan yang akan dilakukan saat bencana itu terjadi," ungkapnya.
Dirinya yang juga Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Medan telah lebih dulu menerapkan hal ini di sekolah-sekolah.
Dengan membentuk Palang Merah Remaja (PMR), para siswa diajarkan bagaimana bertindak jikalau sebuah bencana terjadi.
"Kita di Kota Medan sudah memberikan pemahaman mengenai hal ini dari PMR yang dibina oleh PMI untuk mengedukasi bagaimana penyelamatan yang dilakukan pada saat bencana alam terjadi. Jadi PMI di Kota Medan itu tidak hanya menyeluruh membahas soal donor darah," jelasnya.
Kemudian, Ijeck juga menyoroti penggunaan anggaran pada kedua lembaga ini yang digunakan untuk keperluan seperti membeli peralatan hingga biaya perawatannya.
"Jadi kalau ini diterapkan dapat meminimalisir penggunaan anggaran yang setiap tahunnya terus dilakukan," jelasnya.
Ia berharap, penyampaiannya mengenai kurikulum mengenai pemahaman bencana alam ini dapat digalakkan demi kepentingan bersama.rel