Sabtu, 27 September 2025

IQ Bukan Ukuran, Mahasiswa Indonesia Siap Ciptakan Produk AI

Nas - Sabtu, 20 September 2025 18:18 WIB
IQ Bukan Ukuran, Mahasiswa Indonesia Siap Ciptakan Produk AI
Kuntjoro Pinarde Ketua Dewan Pakar Maju Indonesia.ist

IQ Bukan Ukuran, Mahasiswa Indonesia Siap Ciptakan Produk AI

Oleh : Kuntjoro Pinarde
Ketua Dewan Pakar
Maju Indonesia

Selama bertahun-tahun, diskursus publik kerap terjebak pada angka-angka statistik: skor PISA yang rendah, atau rata-rata IQ nasional yang jauh tertinggal dibanding negara lain. PISA adalah program penilaian siswa internasional, yaitu mengukur kemampuan literasi membaca, matematika, dan sains pada anak umur 15 tahun.

Data ini seakan menempatkan generasi muda Indonesia sebagai kelompok yang pesimis menghadapi masa depan.

Namun pengalaman nyata di ruang kelas justru menunjukkan cerita berbeda: mahasiswa kita mampu melahirkan produk kecerdasan buatan (AI) yang langsung menyentuh kebutuhan sosial dan ekonomi.

Dalam sebuah eksperimen pembelajaran, mahasiswa tahun pertama tanpa latar belakang matematika atau pemrograman sekalipun berhasil mengembangkan enam aplikasi berbasis no-code agentic AI.

Produk itu mencakup chatbot untuk layanan pesantren dan pariwisata, sistem otomatisasi konten media sosial bagi UMKM, hingga analitik laporan penjualan yang bisa membantu pengusaha kecil mengambil keputusan bisnis.

Semua ini dirancang hanya dalam hitungan minggu dengan memanfaatkan platform no-code dan API ( application progremming interface) secara terbuka.

Hasilnya sungguh mengejutkan. Bukan hanya karena mereka bisa menghasilkan aplikasi yang berfungsi, tetapi juga karena aplikasi itu berpotensi langsung menjadi jasa digital yang bernilai ekonomi.

Mahasiswa belajar bukan dari hafalan teori, melainkan dari proses membangun, mencoba, gagal, lalu memperbaiki. Inilah esensi pendidikan yang sesungguhnya: bukan sekadar mengulang definisi algoritma, melainkan menumbuhkan keberanian untuk mencipta.

Pengalaman ini memberi pesan penting bagi bangsa. Pertama, rendahnya skor PISA atau IQ bukanlah vonis mati.

Keterampilan abad 21 tidak hanya ditentukan oleh kemampuan logika matematis, tetapi juga kreativitas, keberanian beradaptasi, dan kolaborasi memanfaatkan teknologi.

Mahasiswa yang awalnya "zero knowledge" dapat melampaui keterbatasan bila diberi ekosistem belajar yang tepat.

Kedua, ada peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat lompatan ekonomi digital. Bayangkan bila setiap kampus mendorong mahasiswa membangun produk no-code agentik AI sejak semester awal.

Ribuan aplikasi akan lahir setiap tahun, banyak di antaranya bisa langsung ditawarkan ke UMKM, pesantren, lembaga pendidikan, bahkan pemerintah daerah.

Produk-produk ini mungkin sederhana, tetapi dampaknya nyata: efisiensi usaha, peningkatan literasi digital, hingga peluang ekspor jasa TIK.

Ketiga, pemerintah seharusnya membaca sinyal ini sebagai momentum kebijakan.

Alih-alih terjebak pada ranking global, strategi pendidikan tinggi perlu diarahkan untuk memberi ruang fleksibilitas dan keberanian berinovasi. Regulasi yang kaku soal kurikulum justru berisiko menahan potensi mahasiswa.

Mereka tidak butuh "dokumen pembelajaran" yang detail, mereka butuh ruang untuk berkarya.

Kita sedang memasuki era di mana produk digital bisa lahir dari siapa saja, bahkan dari mahasiswa tahun pertama.

Jika ruang ini dibuka lebar, Indonesia tidak hanya akan menjadi konsumen teknologi global, melainkan juga produsen solusi berbasis AI.

Maka, biarkan dunia berbicara soal skor IQ. Bagi kita, ukuran sejati ada di sini: mahasiswa Indonesia sudah siap menciptakan produk AI yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat.rrl

SHARE:
 
Tags
Iq
 
Berita Terkait
IRMI Masjid Istiqomah Gelar Maulid Nabi Muhammad SAW: Meneladani Akhlak Rasul bagi Generasi Muda
 
Komentar