
MEDAN | Garda.id
Masyarakat Melayu yang tergabung dalam Badan Koordinasi Pembangunan Masyarakat Pantai Timur (Badko PMPT) pada Kamis (24/11/2022) menggelar diskusi pagi bertajuk "Mewujudkan Kurikulum Pendidikan Kearifan Lokal Pantai Timur" di Aobi Cafee Siba City Medan. Diskusi pagi itu menghadirkan sejumlah narasumber baik dari kalangan Tokoh Masyarakat Melayu, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Sumatera Utara dipimpin Kadis, Asren Nasution, guna menginventrisir pokok- pokok pikiran agar dijadikan kurikulum bagi sekolah-sekolah khususnya sekolah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara
Mengawali diskusi pagi, sebagai kata pengantar Ketua Badko PMPT, H Syarifuddin Siba SH MHum mengatakan diskusi pagi ini merupakan diskusi yang ke 24, sejak 2013. Sudah beragam tema yang didiskusikan. Pada saat ini diskusi untuk menggali ide- ide dan dijadikan masukan sebagai bahan kurikulum pendidikan bagi masyarakat kawasan Pantai Timur.
Dikatakan Siba, kawasan Pantai Timur yang terbentang dari wilayah laut di Kabupaten Langkat berbatas dengan Aceh sampai ke kawasan pantai Labuhan Batu berbatasan dengan Riau, merupakan daerah yang sangat potensial. Potensi ekonominya bertumbuh sekira 62 persen dan sangat layak ditumbuhkembangkan. Seperti potensi wisata bahari.
Sedikitnya 10 tempat wisata di pantai timur bisa dijadikan wisata bahari mulai dari Langkat hingga ke kawasan pantai Labuhan Batu. Potensi ini sudah ada kajiannya dan siap untuk dilaksanakan. "Pemerintah Sumatera Utara tak akan kesulitan untuk mengembangkan wisata bahari di kawsan Pantai Timur yang memiliki potensi sangat luar biasa. Kajian tentang itu sudah ada dan kita siap untuk menidaklanjutinya," kata Siba.
Selanjutnya ia mengatakan pada saat ini perlu konsep soal pendidikan formal dan informal diterapkan di sekokah sekolah yang berada di kawasan Pantai Timur untuk dijadikan kurikulum. Masyarakat akan turut membantu dan memberikan masukan bagi pemeintah untuk dijadikan ketetapan sehingga regulasi yang akan diterbitkan pemerintah sangat diharap dan didukung. "Seperti ada kurikulum anak anak sekolah mengenakan pakaian adat Melayu teluk belanga, olahraga tradisional, membuat kue-mue tradisional dan lain sebagainya, " papar Siba.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara, Asren Nasution mengemukakan, tidak hanya kearifan lokal saja yang akan kita masukan ke kurikulum sekolah di kawasan Pantai Timur. Tapi ada program besar untuk kita kerjakan. Sebab Sumatera Utara yang memiliki pantai tikur dan pantai barat harus dikembangkan. Seperti apa yang diharap masyarakat Melayu Pantai Timur tentang pendidikan di kawasan tersebut adalah sama dengan apa yang menjadi desertasi Asren saat menyelesaikan Program S2. Buku karangannya yang berjudul "Pendekatan Pertahanan dan Keamanan di Pantai Timur", mengkaji berbagai persoalan. Pertahanan yang dimaksud ada dua yaitu pertahanan militer dan nirmiliter. "Sesungguhnya pertahanan nirmiliter lebih dahsyat dari pertahanan militer. Disitu ada seni, budaya, agama, sosial politik dan lain sebagainya. Oleh karena itu kita sangat setuju dengan kajian kajian yang terprogram untuk dijadikan bahan regulasi pemerintah dalam mengeluarkan keputusan berupa Peraturan Gubernur untuk dilaksankan di lapangan," ujar dia.
Komunitas masyarakat Melayu tidak kekurangan ahli tapi hanya kekurangan kesempatan saja. Diskusi pagi ini soal kurikulum pendiidikan berbasis kearifan lokal untuk masyarakat Pantai Timur, merupakan momentum guna mempersiapkan masukan dan ide ide itu tadi.
"Pada prinsipnya Pemerintah Sumut siap dan mendukung apa yang menjadi masukan untuk kirikulum kearifan lokal. Apalagi persolan kearifan lokal untuk dijadikan kurukulum di sekolah sekolah sudah ada dasarnya berupa undang undang dan peraturan pemerintah," tutupnya. Sore harinya, usai diskusi sejumlah tokoh tersebut terus membicarakan hal-hal yang dianggap perlu. Seperti yang diutarakan OK Awaluddin tokoh pemuda melayu Medan Utara yang juga Pengurus Harian PB.
MAJELIS ADAT BUDAYA MELAYU INDONESIA (MABMI berharap agar kurikulum kearifan lokal ini dapat terelasi dalam waktu dekat sesuai harapan, visi dan misi serta program kerja Badko PMPT Sumut. "Kita harap hasil dan masukan diskusi itu menjadi program unggulan di Provinsi Sumut yang bermartabat," ucapnya.
Diskusi pagi itu dihadiri sejumlah tokoh masyarakat Melayu, antara lain ; Prof Fachruddin dari MUI Sumut, Rektor UISU Prof Yanhar Djamaluddin, Prof Dr Khairil Ansyari dari Unimed, Prof Basyaruddin mantan Rektor kUniva, Pangeran Bedagai, Dt Aidil Haberham, dari PB GAMMI HA Nuar Erde, Taufiqurahman, T Muchairad, Awaluddin Awel, Dt Agus dari Formed, Syafarudin, Prof Hilmi Abdullah Sekretaris PB ISMI, Haris Fadillah mantan Sekda Sergai, Ansyari Adnant dari UMSU, Harun Al Rasyid dari Sahabat Anies Sumut serta undangan lainnya. (Awel)