Minggu, 28 September 2025

SEJARAH PROPINSI LAMPUNG

Garda.id - Senin, 22 Januari 2024 03:28 WIB
SEJARAH PROPINSI LAMPUNG
SEJARAH PROPINSI LAMPUNG

 

Ilustrasi


GARDA.ID | SEJARAH  TANJUNGKARANG

PROPINSI LAMPUNG


A. Kontak Budaya Daerah


Propinsi Lampun berdiri pada tanggal 18 Maret 1964. Landasan yuridis dengan terbitnya peraturan pemerintah no 31964. Kedudukan lebih kokoh dengan adanya UU no 14 tahun 1964.


Tanjungkarang sebagai ibukota Provinsi Lampung terus berkembang. Untuk itu diadakan kegiatan kebudayaan. Pada tanggal

24 – 26 September 2016. Tiba di Bandara Raden Intan pada hari Sabtu 24 September 2016 pukul 14.15. Lampung menjadi ingatan kolektif orang Jawa yang bertransmigrasi. 


Pindahan penduduk massal ini terjadi sekitar tahun 1950-an. Bertujuan untuk mendapat lahan pertanian, perkebunan, bercocok tanam. Mereka ingin golek urip, adu nasib, memperbaiki kualitas hidup. Siapa tahu di Lampung kehidupannya menjadi sejahtera makmur.

Sebenarnya jarak Lampung dengan Jakarta tak ubahnya Gilimanuk Ketapang. Cukup dekat. Hanya dibatasi oleh Selat Sunda. Namun jarak tempuh Yogya – Lampung bisa makan waktu 24 jam. Pesawat Sriwijaya Air menjadi pilihan. Untuk rute Yogya – Lampung tergolong kurang ramai. Maka harus transit dulu di Jakarta. Berbeda dengan rute Medan – Yogya yang tersedia setiap hari. Perjalanan budaya kali ini boleh dikatakan lancar dan aman. 


Hidangan yang disantap untuk makan siang yaitu nasi rawon. Duduhnya hitam sesuai dengan warna kluwak. Pemilik warung ini jelas berasal dari Jawa Timur.

Rombongan terdiri dari Bu Suharti, Bu Siti Mulyani, Mbak Veni, Mbak Wulan, Mbak Avi, Pak Hardiyanto, Pak Mulyana, Pak Afendi, Purwadi. Sudah lebih dulu berangkat Pak Suwardi dan Pak Sutrisna. Sedang Bu Tutik tak jadi berangkat. Bu Hesti juga berhalangan. Untuk perwakilan Yogya, acara budaya  di Lampung sudah lumayan. Hawa di Lampung cukup panas. Maklum dekat pantai. Tanjungkarang sebagai ibukota propinsi Lampung tampak lalu lalang. Jalan-jalan padat. Truk, colt, bus momot barang. 

Hujan gerimis menyambut acara konferensi internasional bahasa sastra dan budaya daerah Ikadbudi Lampung. Waktu kira-kira pukul 16.00. Untuk membuang kejenuhan, lantas naik angkot. 


Dari penginapan Horison Jl. Kartini Bandar Lampung menuju terminal bolak-balik. Di tengah jalan ketemu gunung Batu dan gunung Sukmedang. Sopir angkot mengatakan gunung itu angker sekali. Dia bilang di sekitar Tanjungkarang sedikit sawah. Kalau ingin tahu sawah di daerah Pringsewu. Mereka terdiri dari petani yang berasal dari Jawa.

Upacara pembukaan dimulai. Hadir Rektor UNILA, Walikota, Bupati dan Kapolda. Terlebih dulu disajikan tari Muli oleh mahasiswa tari Unila. Diiringi dengan gemulai yang dipadu musik merdu.


 Peserta cukup gegap gempita, yang berasal dari perguruan tinggi se Indonesia.

Ketiga pakar budaya Bugis selalu aktif mengikuti kegiatan pada tanggal 25 September 2016. Tepat hari Minggu mereka berjalan menuju tugu kota, tempat pagelaran seni budaya "Begawi Agung Ramile Ragom" Jamo-jamo kham tingkatkon adat sai bermartabat nemui nyimah nengah nyappur ran punjung. 


Begitulah tema yang ditulis dalam bahasa daerah. Di sini terdapat gamelan pethilan, bonang, kempul, bonang untuk mengiringi tari riang gembira. 


Pagi itu menjadi hari yang istimewa bagi kota Tanjungkarang. Ribuan orang berkumpul di Tugu Adipura yang menjadi kebanggaan masyarakat Lampung. Walikota, Kapolda, Rektor, Ketua DPRD dan sesepuh adat bersatu padu mendukung konferensi internasional. Acara ritual, kultural dan intelektual memberi apresiasi atas seni budaya lokal. 

Presentasi makalah dengan tema Kearifan Lokal berasal dari 34 propinsi. Dosen PTS PTN menggali nilai luhur warisan nenek moyang. Minggu 25 September 2016 pukul 13.00 – 22.00 adalah ajang curah gagasan.


 Pemikiran mereka cukup cemerlang. Dihimpun dalam prosiding rapi, sebagai dokumen akademis yang bermutu. Tiap peserta menyajikan buah pikir kurang lebih 10 menit. Tanya jawab berlangsung semangat, meriah, dinamis.

Diskusi dengan beragam topik dilanjutkan secara informal. Sambil makan malam di pinggir jalan beragam pendapat dirembug hingga larut malam. Diskusi informal ini tidak kalah seru. Kelihatan serius, tegang, panas. Lantas disusul dengan gelak tawa. Pertanda omongan mereka, lega. Mereka menawarkan solusi.


B. AKtivitas Kultural. 


Kehidupan sosial ekonomi politik mendapat komentar. Itulah bentuk kegelisahan.

Ketua panitia adalah Dr. Farida Ariafani, M.Hum, dosen UNILA. Punya pemikiran gemilang, atraktif, kreatif. Pernah menjabat sebagai ketua KPU. Wajar segala tindak langkah berwarna politik. Tokoh militer, kepolisian, birokrat, parpol, LSM dan budayawan tampak segan. Bu Farida menjadi contoh seorang komisioner KPU yang punya latar belakang politik. Ketika harus berhubungan dengan birokrasi, mereka punya pengalaman yang memadai. Keterlibatan legislatif eksekutif Lampung menunjukkan ketokohan ketua penyelenggara. Beliau memang mumpuni. 


Tampak hadir keluarga H. Alamsyah Ratu Prawiranegara, tokoh Orde Baru. Beliau pernah menjabat Menteri Agama dan Menko Kesra, yang dekat dengan Presiden Soeharto.

Keesokan harinya, Senin 26 Oktober 2016 pukul 08.00 – 11.00, rembug budaya berlanjut. Sebagian pemakalah mengajukan topik lagu orek-orek dengan Nyi Yusri, sebagai waranggana tayub. Beliau tinggal di Tempel, Sukomoro Nganjuk. Lagu orek-orek ini dibahas dengan cukup gegap gempita. Peserta antusias menanggapi. Seni langen tayub diperlukan oleh petani sebagai lambang kesuburan.


Paparan dan tanggapan yang berlangsung lancar tersebut memang perlu saluran. Seni budaya yang berkembang di semua daerah biar ada yang memperhatikan dari kalangan akademis. Harapan penting, para pemakalah menjadi juru bicara pelaku budaya tradisional. Konferensi Ikadbudi menjadi wadah sejak diadakan di Yogyakarta, Bali, Sukoharjo, Jember, Bandung dan Lampung. Pada masa depan tentu akan terselenggara lebih berbobot.


Bhinneka Tunggal Ika. Keberagaman merupakan kekayaan bangsa. Kajian atas peradaban Lampung demi menggali kearifan lokal. Jatidiri kebudayaan nasional makin kokoh.rel/purwadi

Editor
: Garda.id
Sumber
:
SHARE:
 
Berita Terkait
Luhut Parlinggoman Siahaan: Istana Telah Membungkam Pers, Ini Pengkhianatan terhadap Demokrasi!
Komunitas Sepeda ICC Rayakan Anniversary di RM Uni-Una  Usung Semangat Sport, Healthy, Happy, Hendra : Ucapkan Terimakasih
DPC PKB Langkat Gelar Pendidikan Kader Loyalis, Targetkan Perkuat Militansi hingga Tingkat Kecamatan
MPW PP Sumut Gelar Aksi Peduli Lingkungan, Sisir Sungai Deli dan Bagikan Sembako
Integritas drh. Sudarija, MM, MH Jadi Sorotan, Sumut Foundation: Publik Harus Bijak Menilai !*
Dukung Generasi Berkelanjutan, Maybank Indonesia Usung Tema ‘Literasi Hijau’ di Global CR Day 2025
 
Komentar