RATU MAS BUMIAYU PAKU BUWANA V
1. Kanjeng Ratu Mas Bumiayu
Ratu Mas Bumiayu adalah garwa Sunan Paku Buwana V. Nama lain garwa prameswari Paku Buwana V bernama Ratu Mas Sasrakusuma. Disebut juga Ratu Kedu, Ratu Bumiayu,Ratu Serayu dan Ratu Dulangmas. Dari asal usulnya masih keturunan Bupati Banyumas, Joko Kahiman atau Tumenggung Purwonagoro. Pendiri Banyumas ini putra Sunan Prawoto dari Demak Bintara. Masih bersambung dengan Kerajaan Majapahit.
Ratu Mas Sasrakusuma ini juga masih trah Patih Mandaraka. Putra Ki Ageng Juru Martani. Pendiri Mataram dan penasihat utama Panembahan Senapati.
Warga Pakasa Nganjuk mendukung penuh. Dipimpin oleh KRT Sukoco Madunagoro, KMT Ida Madusari, Nyi Behi Indarti Puspodiprojo, Nyi Behi Sunarmi Sekar Rukmi. Bersama dengan Pakasa lain, tata cara ini berusaha untuk ngalap berkah.
Kanjeng Sinuwun Paku Buwana III menciptakan serat Wiwaha Jarwa. Sinuwun Paku Buwana IV menciptakan Serat Wulangreh. Sinuwun Paku Buwana V menciptakan Serat Centhini. Karya lestari sepanjang jaman. Bagi abdi dalem Karaton Surakarta Hadiningrat, sastra piwulang merupakan sarana untuk memahami pandam pandom panduming dumadi. Kanjeng Ratu Mas Sasrakusuma banyak memberi saran.
Keagungan serat Centhini adalah contoh hasil reriptan Paku Buwana V. Karya Sinuwun Paku Buwana V yang terkenal adalah Serat Centhini. Pandangan hidup Jawa dalam Serat Centhini adalah saripati perjalanan hidup orang Jawa sepanjang waktu. Demikian rupa sehingga orang Jawa menjadi Jawa. Jadi identitas Kejawaan tadi adalah hasil suatu proses yang panjang, melalui seleksi kualitatif.
Centhini memang karya unggul.
Umpamanya becik katitik ala katara, berhubung dengan nilai-nilai kehidupan.Kesemuanya itu dapat kita temukan dalam berbagai wulang wulang kajawen, yaitu berbagai kepustakaan Jawa. Kontribusi Ratu Mas Sasrakusuma sangat beragam.
Ajaran tentang kearifan hidup menurut orang Jawa, misalnya serat Jati Suara, Centhini sastra gending, Pangracutan, Hidayat jati, Wulangreh, Wedhatama, ajaran Ki Ageng Suryomataram, ajaran Sosrokartanan, Jati Murti, Kacawirangi, Madurasa, Wewadining Rasa. Terbukti yang sampai dengan saat sekarang ternyata masih menjadi bahan bacaan. Walaupun identitas kejawaan tersebut juga masih terus menerus ikut berproses. Nuting jaman kelakone.
Ratu Mas Sasrakusuma aktif dalam pengembangan ilmu.
Serat Centhini adalah sebuah pustaka Jawa yang ditulis pada tahun 1814 M oleh sebuah team pengarang yang disusun oleh Putra Mahkota Kerajaan Surakarta bergelar Adipati Anom Amengkunegara. Kelak jumeneng narendra menjadi Sinuwun Paku Buwono V tahun 1820-1823 Masehi. Team itu terdiri dari beliau sendiri sebagai pemimpin koordinator. Demi sukses kerja dengan para anggota anggotanya Ki Ngabehi Rangga Sutrasna, Ki Ngabehi Yasadipura II dan Ki Ngabehi Sastradipura yang sesudah haji berganti nama Kyai Haji Muhammad Ilhar.
Tim ahli yang amat mumpuni.
Pustaka tersebut terkenal sangat banyak sekali isinya, bermacam ragam, mengandung berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesusasteraan, kesenian, falsafah, keagamaan, mistik, ramalan, pralampita, adat tatacara, sifat tabiat manusia dan hewan hewan, obat obatan dan lain -lainnya. Masih terlalu banyak untuk disebutkan semuanya, bahkan soal soal sanggama yang porno pun terdapat di dalam naskah. Kombinasi alternatif itu akan masih dapat berkembang. Isi Centhini jangkep genep.
Karya Paku Buwana V juga disebut Suluk Tambangraras, oleh karena sebagian besar dari isinya mengandung ilmu filsafat dari Agama Islam yang diwejangkan oleh Syekh Amongrogo ialah putra Wali Sunan Giri Perapen kepada istrinya bernama Ken Tambangraras, ialah putri sulung Kepala Perdikan Wonomarto, Kabupaten Mojokerto ketika habis dinikahkan, selama 40 empat puluh hari siang dan malam terus menerus secara urut sistematis mulai dari syariat, tarikat, hakikat lengkap sampai makrifat.Abdi dalem pelayan Ken Tambangraras bernama Ken Centhini selalu mengikuti dengan penuh perhatian. Segala wejangan Syekh Amongrogo kepada Ken Tambangraras. Maka dari itu pustaka ini diberi nama Serat Centhini. Perlu diterangkan, bahwa nama Centhini, itu lebih mudah diucapkan dan lebih populer dari pada nama Tambangraras.
Adapun riwayatnya demikian Pada 1735 dengan sengkalan Tata Guna Swareng Nata tahun 1808 M.
Sinuwun Paku Buwono IV Surakarta selesai menggubah Serat Wulangreh, yang berisikan kaidah kaidah ketuhanan , kesusilaan dan kesosialan. Pustaka ini diberikan kepada Putra Mahkotanya untuk ditelaah seperlunya. Menurut pandangan Sang Putra Mahkota, Serat Wulangreh itu baik sekali.
Sinuwun Paku Buwana V ingin mengarang suatu pustaka Jawa yang berisikan segala ilmu ilmu, pengetahuan pengetahuan, ceritera ceritera, dongen dongeng, sejarah sejarah, primbon primbon, kepercayaan kepercayaan, tatacara tatacara, upacara upacara, aliran aliran kebatinan, perguruan perguruan kerohanian, keadaan, keadaan tanah, gunung, sungai, hutan, telaga, sumber, laut, kehidupan dan penghidupan penduduk, dengan pendek: segala sesuatu yang pada masa itu ada di permukaan dan di dalam bumi Jawa mulai dari Anyer sampai Banyuwangi.
Karaton Surakarta Hadiningrat merupakan istana kapujanggan. Literasi berguna untuk membuat kecerahan dunia. Perlu membahas keadaan lingkungan Kedu.
Kanjeng ratu Mas Sasrakusuma disebut juga Ratu Mas Serayu. Putri Kedu atauKanjeng Ratu Sasrakusuma lama bermukim di daerah Kedu. Berguru pada Ki Ageng Wonosobo VII. Jalma limpat seprapat tamat.
Garwa prameswari ini sangat cemerlang.
Ratu Mas Kedu adalah pendamping Sinuwun Sugih. Paku Buwana V Mengangkat Abdi dalem Kapujanggan. Karaton Kapujanggan sebutan yang tepat. Penyusunan Pustaka demi kemajuan ilmu pengetahuan. Terlebih dahulu harus dipersiapkan bahan bahan segala macam guna menyusun pustaka itu. Untuk keperluan tersebut Sang Putra Mahkota memberi tugas kepada 3 orang pegawai kedhaton urusan tulis menulis kepujanggaan.
Kyai Ngabehi Rangga Sutrasna, ahli bahasa Jawa dan kepustakaan Jawa, harus menjelajah separuh Tanah Jawa sebelah Timur, mulai dari Surakarta sampai Banyuwangi. Adapun berangkatnya melalui Jawa, Tengah sebelah Utara, kembalinya melalui Jawa Timur sebelah selatan. Kyai Rangga Sutrasna diberi bekal dan perlengkapan lebih dari cukup guna menjalankan tugasnya, yakni melihat, mendengarkan, menyelidiki segala sesuatu yang dijumpai dan mencatat dan mengingat ingatnya, jangan sampai lupa.
Unggah ungguhing basa, kasar alusing rasa, jugar genturing tapa.
Wayang di tangan Dalang melukiskan hubungan fungsional, sedang hubungan kesemuanya itu di tangan Dalang terhadap kepada tuan rumah penanggap adalah soal soal esensial. Pola hubungan seperti itu mirip dengan ajaran melalui kereta raja dan permaisuri. Tali rasa rasa tali atau madurasa, antara raja dan kusir. Madu basa, antara kusir dan kuda, dihubungkan oleh tali yang lentur; antara kuda dan kereta, oleh kayu, antara kereta dan tanah oleh roda. Cakra manggilingan.
Pokok pokok Filsafat Jawa atau pandangan, Sikap dan cara hidup Jawa itu tercermin dalam kata kata kunci wulang wulang Kejawen. Berdasarkan paugeraning dumadi pandam pandom panduming dumadi, serta sangkan paraning dumadi.
Pujangga istana mendapat tugas mulia. Kyai Ngabehi Yasadipura II, putra Kyai Ngabehi Yasadipura tahun 1729-1801 Masehi diberi tugas menjelajah separuh Tanah Jawa sebelah barat. Mulai dari Surakarta sampai Anyer. Berangkatnya melalui Jawa Tengah sebelah utara. Kembalinya melalui Jawa Barat sebelah selatan.
Abdi kapujanggan mendapat tugas istimewa.
Kyai Yasadipura II diberi bekal dan perlengkapan penuh guna melakukan tugasnya seperti Kyai Rangga Sutrasna. Adapun tugasnya juga sama dengan tugas Kyai Rangga Sutrasna.
Orang yang diberi tugas ikut menyusun buku ensiklopedi tersebut ialah Kyai Ngabehi Sastradipura. Beliau seorang pencinta bahasa Arab dan ilmu ilmu keagamaan terutama keislaman. Pegawai ini ditugaskan naik haji ke Mekkah dan kemudian tinggal di sana untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam. Ketika selanjutnya kembali di Jawa ia ganti nama dan sebutan menjadi Kyai Haji Muhammad Ilhar.
Pangeran Pati bekerja teliti. Tiga orang petugas tersebut di atas kumpul kembali di Kedhaton Kadipaten tempat kediaman Putra Mahkota Surakarta lengkap dengan segala bahan bahannya, lalu dibentuk semacam team terdiri atas Putra Mahkota sendiri sebagai pemimpin koordinator dan tiga orang petugas tadi sebagai anggota anggotanya.
Atas bantuan Ratu Mas Sasrakusuma pustaka baru itu ditulis dalam bentuk puisi tembang dalam bentuk puisi tembang dengan sekar macapat dan tengahan. Berwujud pustaka ceritera ceritera tentang pengembaraan. Berisikan segala macam ilmu ilmu dan pengetahuan pengetahuan lahir batin, kasar halus, awam gaib, biasa dakik yang ada di permukaan bumi Jawa pada tahun 1814 M yang mengesankan.
Khusus atas kehendak Sang Putral Mahkota ceritera ceritera, dongengl dongeng, peristiwa peristiwa, wejangan wejangan, wedaran wedaran dan lain lain harus diselingi dengan lakon asmara yang mantap dan mengesankan bagi para pembaca. Pustaka yang bernafas kepornoan, kanan digubah oleh Sinuwun Paku Buwana V selaku Ketua Team sendiri.
Namanya ditetapkan Serat Centhini. Pekerjaan besar tersebut mulai dikerjakan pada hari Sabtu Pahing, tanggal 26 Muharam tahun Je, Mangsa VII, angka tahun Jawa 1742 dengan sengkalan : Paksa Suci Sabda Aji atau bulan Januari 1814l M. Pada saat itu telah berkembang pemikiran maju.
Hubungan Jawa dengan Madura lewat jalur genetis. Pernikahan Raja Mataram dengan putri Pamekasan. Yakni GKR Handayawati dan GKR Kencono Wungu. KGPH Mangkubumi begitu pintar bicara warisan leluhur. Karaton Surakarta punya ragam benda kuna.
Kanjeng Ratu Dulangmas sebagai prameswari Mataram Surakarta. Sunan Paku Buwana V pencipta tari Bedhaya Ludira Madu. Tari Ludira Madu diciptakan oleh Sinuwun Paku Buwana V. Sebagai persembahan buat Ibunda, GKR Handayawati. Garwa prameswari Sinuwun Paku Buwana IV inil berasal dari Pamekasan Madura.Radya pustaka tempat kitab kuna. Paku Buwana V memberi warisan efigrafi. Halaman folio tulisan tangan huruf Jawa. Di antara naskah naskah dalam kepustakaan Indonesia boleh kiranya dituturkan bahwa Serat Centhini itulah yang terbesar, dan juga yang terlengkap isinya dan pula terunik wujudnya.
Konsep harmonisasi sosial dalam budaya Jawa, adalah bagian dari honsep harmonitas total menurut pandangan hidup Jawa.
Pandangan hidup sesuai sari pati jalanan hidup rang Jawa sepanjang masa, sedemikian rupa sehingga Orang Jawa menjadi Jawa. Jadi identitas kejawaan tadi adalah hasil suatu proses yang panjang, melalui seleksi kualitatif, berhubung dengan nilain lai kehidupan.
Kesemuanya itu dapat kita temukan dalam berbagai wulang wulung Kajawen. Yaitu berbagai kepustakaan Jawa, yang berisi ajaran tentang kearifan Jawa kearifan hidup menurut orang Jawa, misalnya Serat Jatiswara, Centhini, Sastra Gendhing, Pangracutan, Hidayat Jati, Wulangreh, Wedha Tama, Ajaran Ki Ageng Suryomataram. Ajaran Sosrokartanan, Jati Murti, Kacawirangi, Madurasa, Wawadiningrasa, yang sampai dengan saat sekarang ternyata masih menjadi bahan bacaan, walaupun identitas kejawaan tadi juga terus menerus ikut berproses, misalnya dalam rangka memahami ungkapan. Wong Jawa kari saparo. Ajaran kearifan hidup tadi juga terungkap pada tata bangunan, tata kota, adat istiadat, upacara upacara, kesenian kesenian, terutama wayang kulit, sopan santun, tata bahasa, pemberian nama.
Mangun reh cariteng dangu,
sanggyaning kawruh Jawa,
tinengran Serat Centhini,
kang minangka dadya lajering carita.
Tembang dalam satu pada ini tercantum beberapa keterangan tentang Serat Centhini. Perkataan Sri Narpatmaja, berarti Pangeran Adipati Anom. Hal menunjukkan bahwa nama tembang pertama di dalam Serat Centhini. Beliau adalah Putra Mahkota Kerajaan Surakarta pada masa itu th. 1814 yang unggul. Beliau memberi perintah kepada carik bernama Rangga Sutrasna agar menyusun sebuah pustaka yang mencantumkan segala macam ilmu ilmu pengetahuan di Jawa sejak dahulua hingga pada masa itu. Pustaka itu diberi nama Serat Centhini. Nama yang diusulkan oleh Kanjeng Ratu Kedu.
Dhandhanggula
Hal diceriterakan bahwa para kyai yang bertamu di Krajan Wonomarto tempat Kyai Bayan Panurto, meninggalkan tempat itu dan pergi pulang ke padepokan masing masing. Mereka singgah dan bermalam di tempat para dhayoh yang dilalui dalam pengembaraannya menuju ke tempat kediaman masing masing.
Pada tempat tempat di mana mereka singgah selalu dijamu dengan suguhan. Rombongan tedhayoh tersebut makin makin makin kecil. Mereka menuju ke arah barat, tujuan tedhayoh kyai yang terakhir ialah Padepokan Wonotoko, terletak pada lambung gunung Lawu sebelah timur. Adapun letak Krajan Wonomarto ada di daerah Kabupaten Wirosobo. Sampai di sini sesungguhnya Serat Centhini sudah selesai semua ceriteranya.
Lelakon kang wus kawuri.
Dhandhanggula
Kaderpaning panggalih Sang Aji,
Kang jinumput wijanganing kata,
Tinaliti saturute,
Tetelane tinutur,
Titi tatas tataning gati,
Sakwehning kang kinata,
Wus samya ingimpun,
Hala hayuning pakaryan,
Kawruh miwah ngelmuning kang lahir batin,
Winedar mring pra mudha.
Ibunda Paku Buwana V bernama GKR Handayawati. Putra Adipati Cakraningrat IV, Bupati Pamekasan Madura. Demi darma bakti pada sang Ibu, beliau menciptakan tari Ludira Madu. Beksan ini sungguh estetis.
Paku Buwana V sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan. Ratu Mas Sasrakusuma atau Ratu Mas Kedu garwa prameswari yang mumpuni. Putri Bupati Banyumas ini punya pertambangan di daerah Pancurendang Ajibarang Banyumas. Pernah berkeliling Eropa dalam rangka belajar ilmu pengetahuan dan diplomasi wisata.
Aneka Ragam Kawruh dikelola oleh Sinuwun Paku Buwana V. Sejarah Tanah Jawa, Riwayat hidup, Siasat perang, politik. Ramalan, Ramalan Tanah Jawa, Jangka Jayabaya, Ramalan hari kiamat menurut hadis Nabi, Pralambang Negara negara di Jawa. Etika Berbentuk Palupi, Berbentuk Papali, Berbentuk Dongeng, Ceritera, Berbentuk Perlindungan Allah kepada orang-orang yang jujur.
Putra mahkota bernama GRM Supardan. Kelak bergelar Sinuwun Paku Buwana VI. Memerintah tahun 1823 - 1830. Menciptakan Serat Babat Joko Tingkir. Bidang kepurba kalaan meliputi candi candi, peninggalan peninggalan kuna, benda benda kuna. Misalnya meriam, pusaka senjata, dan benda azimat, bekas bekas yang bersejarah, makam makam kuna, Bangunan bangunan kuna.
Keajaiban hal hal yang mistik, kawaskithan clairvoyance, ma'unah. Sihir ilmu karang, kisah aneh. Kejadian peristiwa aneh, Wanita mistik. Wanita wani mranata. Kejiwaan Watak manusia, Sifat sifat wanita dan pria, Laku berprihatin, bertirakat, melakukan tapa brata, bertarak brata, menyepi. Alam fikiran dan perasaan wanita. Ilmu Senjata Wesi Aji. Ilmu keris meliputi pamor, baja, besi, bentuk, tangguh, riwayat dan riwaya perkembangan bermacam macam keris, ukuran keris, Ilmu tombak dan gagangnya meliputi bagian bagiannya seperti ilmu keris. Ilmu kuda meliputi segala hal yang ada pada kuda, meliputi segala hal yang ada sangkut pautnya dengan bab mengendarai kuda. Asmara pelbagai ilmu sanggama, pranata manusia berhubungan dengan ilmu sanggama. Ceritera porno kisah asmara yang luar biasa.
Kesenian seni tari, seni suara, seni karawitan. Lagu lagu gamelan dan lagu lagu rebana, seni wayang, seni pedalangan. Riwayat terjadinya wayang serta perkembangan selanjutnya, seni topeng.
Tentang ilmu Bangunan Rumah. Riwayat terjadinya rumah dari kayu serta perkembangan selanjutnya, bentuk rumah, ukuran rumah. Sambungan bagian bagian rumah, Ilmu kayu bakal rumah. Obat obatan dan penyakit beberapa contoh pengobatan yang disebutkan. Ilmu bumi keajaiban, kebesaran dan keindahan alam. Keadaan gunung, gua, sungai, sendang, telaga, rawa, hutan, laut, pulau, pesisir, ujung. Khusus tentang gunung Lawu, gejala gejala vulkanis. Sumber minyak tanah, Sumber air masin. Tempat yang istimewa. Hewan hewan ternak, Burung. Tumbuh tumbuhan dalam hutan, Tumbuh tumbuhan di ladang, sawah, kebun, Tumbuh tumbuhan ajaib, Bermacam macam hutan. Pertanian pemberantasan hama padi, Usaha menyelamatkan semua tanam tanaman.
Upacara perkawinan, Upacara pindah rumah, Upacara ganti nama, Upacara meruwat murwakala, tata cara menerima dhayoh. Persajian untuk pelbagai peralatan dan keperluan orang hidup dalam masyarakat. Kenduri berhubung dengan segala keperluan orang hidup dalam masyarakat. Pendidikan berdasarkan periodenya. Pendidikan pranata ialah sebelum bayi lahir, Pendidikan post natal ialah pendidikan sesudah bayi dilahirkan di dunia. Wikan sangkan paraning dumadi. Pendidikan religi pendidikan ketuhanan, pendidikan etis, pendidikan kesusilaan, pendidikan estetis, pendidikan keindahan, pendidikan sosial, pendidikan kemasyarakatan.
Beda beda hardaning wong saknegara. Tipe tipe Manusia menurut dasar hatinya. Tipe jujur, tipe setengah jujur, tipe buruk, tipe campuran, Menurut sifatnya. Sifat sungguh sungguh, sifat pelawak, sifat senang hati, sifat saleh, sifat sosial, sifat seni, magi hitam. Ilmu sirep, Ilmu brandal gelap nyawang, Ilmu kekebalan guna kasantikan.
Warok, poligami dan lain sebagainya. Kawruh Jawa pancen ginelar.
Literasi klasik Jawa kaya makna bagi Ratu Mas Kedu. Berdasarkan uraian di atas kita mendapat gambaran tentang Serat Centhini secara keseluruhan. Pustaka Nasional ini dapat dibagi menjadi 3 golongan ialah. Golongan yang telah usang, tidak lagi berlaku pada masa saat ini bagi bangsa. Jalma limpat seprapat tamat. Itulah Sinuwun Paku Buwana V. Beliau tahu bermacam karakter. Untuk golongan yang telah setengah basi, dapat dimanfaatkan bagi bangsa kita pada dewasa ini dengan keterangan golongan tersebut harus diolah, dibesut, dan disaring sebaik baiknya. Maka hingga sesuai dengan situasi dan kondisi kita saat ini. Adapun golongan yang belum usang, masih dapat dimanfaatkan dan ditrapkan bagi bangsa kita saat ini tetapi juga dengan keterangan yang lebih terang. Werdining sasmita jinarwi.
Paparan serat Centhini cukup memberi kaca penjelas. Di situ dengan jelas terbabar kesatuan wisikan, wedharan dan gelaran di satu pihak, dengan ananing, wahananing serta kahananing dat, atau adanya, wahananya serta keadaannya.
Untuk mengalami lebih lanjut uraian di atas, sampai kepada tingkat metafisika umum atau ontologi, kita memerlukan woding tembung, yaitu kata kata satu kata, yang nama, ujud serta rasanya masih satu dan sama, misalnya neng, ning, sebagaimana yang diuraikan dalam buku Serat Kridha Sastra dan Kridha Swara.
Wawasan keilmuan Ratu Sasrakusuma luas. Demikian seluk beluk Serat Centhini yang dikaitkan dengan konsep Brahmana Raja. Sebagai buah karya raja Jawa, Serat Centhini merupakan bacaan yang sudah terkenal di kalangan para budayawan dan cendekiawan baik dalam sekup lokal, nasional, maupun internasional.
Sinuwun Paku Buwana V tampil sebagai pujangga dunia. Kesadaran ilmu pengetahuan berhubungan dengan harkat martabat bangsa. Paku Buwana V adalah bapak ilmu pengetahuan. Peran Ratu Sasrakusuma Paku Buwana V sungguh besar.
Kanjeng Ratu Sasrakusuma garwa prameswari Paku Buwana V. Cucu Joko Kahiman atau KRT Purwonagoro dan Patih Mandaraka. Mereka termasuk jaringan keturunan Juru Martani. Pendiri kerajaan Mataram.