PANGGUNG SONGGO BUWONO
A. Mesu Budi
Lara lapa tapa brata, Sinuwun Paku Buwono XIV melakukan meditasi. Bertempat di Panggung Songgo Buwono Karaton Surakarta. Tepat pada hari Jumat Paing, 21 Nopember 2025 pukul 14. Dilaksanakan setelah ritual shalat Jumat di Masjid Agung. Kanjeng Atmodiningrat dan Kanjeng Rawang ndherek tata cara.
Tradisi ini berlangsung sepanjang masa. Hari Selasa Kliwon, 19 Nopember 2024 jumenengan Bedaya Ketawang. Bertempat di Sasana Sewaka Kraton Surakarta. Sejak pukul 12 gamelan berkumandang ngebaki awang awang. Kanjeng Ratu Kidul hadir dengan kendaraan kuda Sembrani. Singgah di Panggung Songgo Buwono. Suasana serba mistis. Spiritual Kejawen yang dipercaya dapat mendapatkan tanah subur negara makmur nasib mujur. Gerak Bedaya Ketawang yang mistis itu membawa berkah yang berlimpah ruah.
Ritual Bedaya Ketawang tiap Anggara Kasih. Agar dunia penuh dengan belas kasih. Pendiri ibukota Kerajaan Mataram Kotagedhe adalah Panembahan Senapati. Atas restu Sultan Hadiwijaya raja Pajang. Penerus Demak dan Majapahit yang menghormati tradisi.
Bedaya Ketawang menjadi sarana menabur nilai welas asih. Deskripsi tentang keteladanan Panembahan Senapati yang mendirikan kerajaan Mataram tahun 1582 diterangkan dalam serat Wedhatama. Sri Mangkunegara IV sebagai keturunan langsung Panembahan Senapati mengajak masyarakat untuk mencontoh perilaku Panembahan Senapati. Sebagai raja yang mengutamakan kepentingan orang banyak. Ratu Kidul merupakan penguasa yang menjaga keselarasan tanah Mataram.
Gendhing yang menyertai Bedaya Ketawang jelas berfungsi magis. Lagu sinom ini berisi tentang ajaran keutamaan yang telah diwariskan oleh Panembahan Senopati. Beliau adalah raja Mataram yang pertama. Sebagai seorang pemimpin Panembahan Senopati berhasil mengendalikan tingkah lakunya. Beliau mau memperkokoh jati diri dan selalu mawas diri. Dengan rakyatnya senantiasa berbuat kebajikan yang dapat menyenangkan pada sesama. Sikap hidup yang perlu dicontoh oleh sekalian pemimpin.
Adapun Ki Ageng Pemanahan memiliki ilmu manah. Tempat tinggalnya di Manahan yang masih wewengkon Kasultanan Pajang. Beliau penasihat utama raja Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. Bagi Ki Ageng Pemanahan pola pikir hendaknya selaras dengan laku dikir. Penerapannya terjabar pada konsep Kejawen sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa. Tasawuf Islam mengajarkan syariat tarikat hakikat makrifat.
Pemilik ilmu tingkat sangkan paraning dumadi yakni Panembahan Senapati. Manggalih adalah manunggaling barang kalih, yaitu kepala dada yang digambarkan dengan orong orong. Ajaran Kanjeng Sunan Kalijaga, guru suci ing Tanah Jawi cukup menjadi solusi. Pada saat pembangunan Masjid Agung Demak Bintara perlu penyempurnaan. Saka guru Masjid lantas dijangkepi dengan anyaman tatal kang sambung sinambung.
Panembahan Senapati tokoh yang mampu membangun peradaban besar. Saben mendra saking wisma lelana laladan sepi. Ngingsep sepuhing sopana mrih pana pranaweng kapti. Dalam prakteknya beliau selalu amemangun karyenak tyasing sesama. Ikut serta dalam memelihara perdamaian dunia yang berdasarkan keadilan abadi.
Begitu tangguh, sepuh, utuh, wanuh, gambuh penghayatan ilmu pengetahuan yang dimiliki Panembahan Senapati. Kanjeng Ratu Kidul, penguasa pantai selatan pun kalah perbawa. Dari Kotagedhe menuju Kedaton Kanjeng Ratu Kidul yang disebut Saka Domas Bale Kencana. Di sanalah Panembahan Senapati melakukan meditasi dan refleksi spiritual. Ilmu iku kelakone kanthi laku.
Nama kecil Panembahan Senapati adalah Sutawijaya, yang bermakna anak Sultan Hadiwijaya, raja Pajang. Sejak lahir hingga dewasa, Sutawijaya atau Ngabehi Loring Pasar memang diasuh oleh Sultan Hadiwijaya. Di Kasultanan Pajang Sutawijaya digembleng lahir batin. Diberi pelajaran ilmu kanuragan jaya kawijayan. Ilmu tata negara diberikan Ki Juru Martani. Ilmu diplomasi kenegaraan diajarkan oleh Ki Ageng Penjawi. Sutawijaya menjadi pribadi paripurna.
Ratu Kidul mendukung eksistensi kraton Surakarta. Alas Mentaok merupakan cikal bakal bumi Mataram Kotagedhe. Mentaok berarti dimen taberi olah kawruh. Maka trah Mataram harus wignya tembung kawi. Kawruh agal alus, sesuai kumandang sastra gendhing. Danang Sutawijaya dipilih oleh Sultan Hadiwijaya sebagai raja Mataram Kotagedhe atas restu Kanjeng Sunan Giri Parepen. Kebijaksanaan Sultan Pajang ini dalam rangka politik kompromi antara trah Pajang dan keturunan Sultan Demak Bintara.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya membekali dua pusaka utama.
B. Penghormatan Ratu Kencanasari
Sesaji untuk Ratu Kidul. Putri Pati menjadi garwa prameswari. Ratu Kidul dihormati oleh anak keturunan. Kraton Surakarta mempersembahkan Bedaya Ketawang. Ketan biru dan uba rampe lengkap dipersembahkan.
Ritual itu terjadi pada tiap hari Selasa Kliwon. Kraton Surakarta selalu caos hormat. Kanjeng Ratu Waskitha Jawi pembangun Mataram Kotagedhe.
Masa kanak kanak Ki Ageng Penjawi digunakan untuk belajar dan bekerja. Beliau pernah mengabdi kepada Pangeran Hadirin, suami Kanjeng Ratu Kalinyamat Jepara. Pangeran Hadirin adalah menantu Sultan trenggana yang menjadi saudagar kaya raya.
Berasal dari kerajaan Samudera Pasai Aceh. Kekayaan yang berlimpah ruah ini digunakan untuk menyumbang pembangunan di Karaton Demak Bintara. Melihat bakat dan kemampuan Ki Ageng Penjawi ini, Pangeran Hadirin memberi beasiswa. Biaya hidup, perjalanan dan operasional ditanggung penuh. Malah boleh dikatakan turah turah.
Pada tahun 1559 sampai 1564 Ki Ageng Penjawi berguru ke Persia Iran. Waktu itu negeri Persia Iran diperintah oleh dinasti Safawi. Rajanya bernama Sri Baginda Sultan Qajar Pahlewi Syah. Ki Ageng Penjawi belajar ilmu arsitektur, kesusasteraan, tata kota, bangunan monomen dan sejarah Britania. Selama belajar di negeri Persia Iran Ki Ageng Penjawi menggunakan nama Abdullah Mukmin Pahlewi.
Kanjeng Ratu Waskitha Jawi mendapat status the First Lady Karaton Mataram dengan modal yang sangat besar.
Leluhurnya memang bangsawan terhormat, trahing kusuma rembesing madu, wijining atapa, tedhaking andana warih. Dari jalur ibu dan bapaknya adalah tokoh sejarah Jawa.
Proses pendidikan dan kepribadian dijalani dengan begitu rapi. Layak menduduki permaisuri Panembahan Senapati. Dari guwa garba rahimnya lahir Raden Mas Jolang. Kelak menjadi raja kedua Mataram. Bergelar Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati, yang memerintah kerajaan Mataram tahun 1601 sampai 1613.
Kotagedhe dibangun dengan landasan logika etika estetika.
Inspirasi dari negeri Persia Iran amat dominan dalam membangun istana Kotagedhe. Istana Mataram dibangun dengan kayu jati Cepu. Tukangnya dari juru ukir Jepara. Batu marmer dari Tulungagung. Tengah kota dibangun alun alun sebagai sarana space public. Ruang umum ini berfungsi sebagai pelepas lelah, hiburan dan menjalin komunikasi sosial. Tak lupa dibangun Masjid untuk beribadah. Masjid agung dilengkapi bedug dan kenthongan. Baru kemudian dibangun pasar untuk transaksi barang dan jasa.
Pengaruh Kanjeng Ratu Waskitha Jawi sangat kuat di Kotagedhe. Wajar saja, karena beliau orang kaya. Usaha dari keluarga Pati meliputi kayu jati, semen, minyak, pari gaga dan burung perkutut. Perusahaan multi bidang yang diwarisi dari Ki Ageng Penjawi tersohor di Asia Tenggara.
Bahkan Kanjeng Ratu Waskitha Jawi berhasil pula mengembangkan bisnis perikanan, pelayaran dan pelabuhan di Jepara, Tuban dan Semarang.
Ketrampilan usaha ini dikembangkan di Kotagedhe. Pemuda pemudi Mataram dilatih untuk mengembangkan beragam kerajinan. Muncullah industri kerajinan perak berkualitas eksport.
Kerajaan perak Kotagedhe maju pesat. Kewirausahaan orang Kotagedhe teruji dalam lintasan sejarah. Ini berkat jasa Kanjeng Ratu Waskitha Jawi. Industri batik juga dibina. Hanya saja tempatnya di wilayah sekitar bengawan Solo. Tepatnya di sekitar kawasan Laweyan.
Pada tahun 1677 sampai 1745 ibukota Mataram di Kartasura. Tahun 1745 sampai 1755 ibukota Kerajaan Mataram di Surakarta. Pada tanggal 13 Pebruari 1755 ada perjanjian luhur. Namanya perjanjian Giyanti. Kerajaan Mataram semakin arum kuncara.
Namun demikian, Kotagedhe tetap dianggap sebagai pepundhen oleh para Pangageng Mataram. Tiap bulan ruwah utusan keraton Surakarta dan Yogyakarta marak sowan ing Kotagedhe. Mengapa? Karena the founding fathers Mataram kang wus surut ing kasedan jati, sumare ing Puroloyo Kotagedhe. Leluhur Mataram ini tampil penuh keteladanan. Bedaya Ketawang mengokohkan suasana magis.
C. Ritual Bedaya Ketawang
Pelopor perdamaian di tanah Jawa.
Tidak cuma itu, Sinuwun Paku Buwono lll pada tanggal 17 Maret 1757 menanda tangani perjanjian Salatiga. Perjanjian Giyanti mengesankan Pangeran Mangkubumi menjadi raja Yogyakarta dengan gelar Sultan hamengku Buwono l. Perjanjian Salatiga meresmikan Raden Mas Said berkuasa dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya mangkunegara l. Semua itu terjadi atas kemurahan hati Kanjeng Sinuwun Paku Buwono lll. Beliau raja besar yang ahli sejarah, teater, sosiologi, sastra budaya. Semasa mudanya bernama Gusti Raden Mas Suryadi kerap berperan sebagai sutradara teater keliling.
Karya Sinuwun Paku buwono lll yang terkenal adalah Serat Wiwaha Jarwa. Dalam seni pedalangan digubah menjadi lakon Begawan Mintaraga. Sebagian menyebut cerita Begawan Ciptowening. Pada tahun 1966 RS Subalinata dari Fakultas Sastra UGM meneliti Reriptan Sinuwun Paku Buwono lll dalam bentuk skripsi.
Dr Kuntara Wiryamartana pada tahun 1987 membahas karya Paku Buwono lll dalam disertasi yang diterbitkan menjadi buku oleh Duta Wacana University Press. Disertasi itu diajukan di hadapan wibawa Senat UGM dengan promotor utama Prof Dr A Teuuw dari Universitas Leiden.
Sebelum tanda tangan soal kenegaraan, Sinuwun Paku Buwono lll selalu sowan ke Puroloyo Kotagedhe. Minta lilah dan petunjuk pada leluhur Mataram. Beliau juga mahas ing ngasepi di gunung Lawu, tempat muksanya Prabu Brawijaya V. Tiap bulan ruwah tak lupa siram jamas di Umbul Ngabehan Pengging. Sekali tempo melakukan tapa kungkum di kahyangan Dlepih Tirtamaya Wonogiri. Kadang kadang lek lekan, cegah dhahar lawan guling di Gunung Danaraja. Untuk kontemplasi beliau memilih tempat ing tepis wiringing gisik Bekah.
Masjid Kotagedhe sebagai benda cagar alam dibangun megah mewah tahun 1926.
Puroloyo Kotagedhe tempat sumare Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Juru Martani, Panembahan Senapati dan Prabu Hadi Hanyakrawati. Puroloyo Mataram ini dibangun dengan begitu agung dan anggun. Upacara nyadran dilaksanakan setiap bulan ruwah oleh Karaton Surakarta Hadiningrat dengan segala kesungguhan. Ini wujud mikul dhuwur mendhem jero. Segenap abdi dalem Kotagedhe dan Imogiri sowan ke Karaton Surakarta Hadiningrat tiap ada acara tingalan jumenengan dalem dan upacara Grebeg Mulud.
Untuk kepengurusan Masjid Kotagedhe diserahkan pada takmir secara otonom. Tapi semua biaya disediakan oleh Karaton Surakarta Hadiningrat. Umumnya takmir masjid Agung Kotagedhe pernah mengenyam pendidikan agama Islam di Mambaul Ulum. Letak kantornya di kompleks Masjid agung Karaton Surakarta Hadiningrat. Kegiatan belajar mengajar di Mambaul Ulum menempati beberapa lokasi yang menyebar sampai kawasan Sri Wedari.
Takmir Masjid di Pajimatan Imogiri dan Puroloyo Kotagedhe sejak masa pemerintahan Patih Sosrodiningrat selalu dibekali pendidikan yang cukup. Mambaul Ulum adalah lembaga pendidikan tinggi Islam yang dikelola dengan kurikulum modern. Alumni pendidikan Mambaul Ulum misalnya Prof Dr HM Rasyidi Atmosudigdo, Prof Dr Mukti Ali dan Munawir Zadzali MA, pernah menjabat Menteri Agama RI.
Tokoh Kotagedhe alumni Mambaul Ulum yaitu Zubair Muhsin yang aktif dalam bidang sosial keagamaan. Pahlawan nasional Prof Dr Abdul Kahar Muzakkir adalah alumni Mambaul ulum Surakarta yang melanjutkan belajar di Perancis, Mesir dan Nederland. Mambaul Ulum telah memberi pencerahan pada putra bangsa.
Karaton Mataram memberi warisan kultural. Sejarah sebagai piranti kaca benggala untuk membaca owah gingsire jaman. Hubungan historis Karaton Surakarta Hadiningrat dengan Kotagedhe sampai sekarang tetap semangat dan hangat. Daerah Laweyan Solo, Kotagedhe dan Pekajangan Pekalongan adalah contoh koneksi historis dan bisnis. Jaringan ini bisa digunakan untuk merajut nilai kebangsaan. Generasi muda perlu belajar sejarah peradaban masa lampau.
Kedudukan Kotagedhe mendapat perhatian khusus dari kalangan akademis. Prof Dr Notonagoro adalah guru besar dan ahli filsafat Pancasila UGM. Beliau merup menantu Sinuwun Paku Buwono X. Saat sembahyang di Masjid Kotagedhe, beliau selalu berdoa untuk para pendiri Mataram. Dalam kehidupan sehari hari Prof Dr Notonagoro menghayati kebudayaan leluhur dengan sepenuh hati. Tahun 1983 wafat dan dimakamkan di pajimatan Imogiri. Satu kompleks dengan makam raja Surakarta.
Kesadaran kultural ini dilanjutkan oleh murid muridnya yang mendapat nama sesebutan dari Karaton Surakarta dengan pangkat Bupati Riya Inggil.
Berkumandang suara gamelan yang mengiringi Bedaya Ketawang. Kotagedhe memang telah menjadi monumen sejarah kebesaran Karaton Mataram. Sungguh besar jasa Panembahan Senapati yang dibantu oleh Kanjeng Ratu Waskitha Jawi. Putri Penjawi dari bumi Pati adalah wanita sembada wiratama. Prameswari Mataram yang tampil sebagai mustikane putri, tetunggule widodari. Lukisan tentang pengembaraan spiritual Panembahan Senopati tercantum dalam Serat Wedhatama.
Untuk itu, Panembahan Senopati sering sekali melakukan meditasi di pinggir laut, memisahkan diri dari keramaian dunia dan memandang kehidupan ini, sebagai seorang saksi. Menjadi seorang saksi berarti tidak menganggap diri kita sebagai pelaku. Sulit-sulit gampang dan gampang- gampang sulit. Selama kita menganggap diri kita sebagai pelaku, selama itu pula keangkuhan kita masih utuh. Kita tidak akan pernah bisa melihat kehidupan ini secara objektif. Itulah fungsi ritual Bedaya Ketawang. Selasa Kliwon, 19 Nopember 2024 tradisi berlanjut di Karaton Surakarta. Kotagede ibukota Mataram. Pembangunan peradaban Jawa agar lebih tertata. Marbabak bang sumirat. Bedaya Ketawang menyertai perjalanan Raja Mataram.
D. Beksan Bedhaya Ketawang
Dari Kerajaan Samudera Selatan hingga Kraton Surakarta tampak tanda tanda magis mistis. Angin lampor berhembus di angkasa tanda rawuhnya Kanjeng Ratu Kidul. Terlebih dahulu lenggah di Panggung Sangga Buwana.
Pohon sawo kecik berjumlah 64, sesuai dengan usia Kanjeng Nabi. Sawo kecik berarti amal kebaikan sarwa becik. Oksigen yang berasal dari leliukan pohon sawo kecik terasa segar. Dihiasi suara burung ngoceh. Peksi berlompatan di dahan dengan suasana riang gembira. Seolah olah mangayu bagya Kanjeng Ratu Kidul yang ngrawuhi gladhen Bedhaya Ketawang.
Gamelan Kyai Sukaharja berkumandang di awang awang. Abdi dalem Bedhaya khusuk menggerakkan beksan baku. Seakan akan sedang kosentrasi meditasi. Semedi dengan menggunakan gerakan sakral. GKR Timur langsung memandu. Setiap gerakan diawasi dengan cermat. Perbawa Kanjeng Ratu Kidul terasa berkharisma.
Santipuja atau syair syair sindhenan Bedhaya Ketawang menggambarkan olah rasa antara Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul. Raja Mataram 1575 - 1601 dikenal sebagai ahli meditasi.
Saben mendra saking wisma, Lelana laladan sepi, Ngingsep sepuhing supana, Mrih pana pranaweng kapti, Tistising tyas marsudi, Mardawaning budya tulus, Mesu reh kasubratan,
Ing madyaning jaladri, Sruning brata ke taman wahyu jatmika.
Proses pertemuan Panembahan Senapati dengan Ratu Kidul saat semedi di laut selatan. Gelombang laut besar bertubi tubi seperti diaduk. Air laut selatan terasa panas. Wadya bala yang terdiri dari Nyai Roro Kidul bingung pating bilulung. Ternyata ada jalma linuwih yang sedang tapa brata.
Aura wibawa Panembahan Senapati berpancaran. Kanjeng Ratu Kidul pun mblereng. Kena panah asmara. Keduanya berjanji menikah sampai anak turun.
Sumpah prasetya Panembahan Senapati ditepati. Kraton Surakarta sebagai pewaris Mataram melangsungkan tradisi spiritual. Melalui Bedhaya Ketawang prosesi mistis itu berlangsung.
Nulada laku utama, Tumrape wong tanah Jawi, Wong Agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senapati, Kepati amarsudi, Sudane hawa lan napsu, Pinesu ing tapa brata, Tanapi ing siyang ratri, Amemangun karyenak tyasing sesama.
Kehadiran Kanjeng Ratu Kidul dipercaya mendatangkan kesuburan. Hama tanaman pergi menyingkir. Pagebluk mayangkara sirna. Masyarakat bisa hidup subur makmur, gemah ripah loh jinawi.
Suara kethuk kenong, gong kendhang terdengar magis. Kemanak yang menyertai membentuk irama syahdu. Tak ubahnya denyut nadi pernapasan. KPH Radityo Lintang Sasongko menjadi tindhih. Sehari hari dipanggil Drs Bambang Irawan M.Si. Dosen Fakultas Ekonomi UNS ini wayah dalem Sinuwun Paku Buwana X Ingkang Minulya Saha Wicaksana.
Waranggana Bedhaya bersiap dengan suara prima. GKR Wandhansari memberi aba aba langung. Pengageng Sasana Wilapa ini pernah mendapat penghargaan Fokuoka Award dari Pemerintah Jepang tahun 2011.
Kanjeng Ratu Kencana Sari atau Ratu Kidul segera kondur angedhaton. Menuju istana di dasar samudera selatan. Yakni Astana Saka Dhomas Bale Kencana. Istana yang gemerlapan cemerlang serba emas. Tanah Jawa bumi nusantara makin arum kuncara ngejayeng jagat raya. Panggung Songgo Buwono dibangun Paku Buwono III. Sinuwun Paku Buwono XIV melanjutkan tradisi raja Surakarta.
Oleh :Purwadi