Hakekat manisnya kehidupan diterangkan oleh orang Jawa melalui tembang Dhandhanggula. foto : (berita/purwadi) |
Garda.id | Hakekat manisnya kehidupan diterangkan oleh orang Jawa melalui tembang Dhandhanggula. Secara etimologis Dhandhanggula yang berasal dari kata dhandhang dan gula yang berarti pengharapan akan yang manis. Tembang dhandhanggula sifatnya: luwes, manis, serba cocok. Gunanya: untuk nasihat, mengungkapkan rasa sedih, buat permulaan gendhing.
Tembang ini disebut juga dengan pangajab manis, daun sebagai perhiasan, glali, dhandhang. Diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Adapun guru lagu dan guru wilangan tembang dhandhanggula adalah sebagai berikut:
1.
Dhandhanggula Lik Suling.
Werdining kang wasita jinarwi,
Wruh ing kukum iku watakira,
Adoh marang kanisthane,
Pamicara puniku,
weh resepe sagung miyarsi,
Tata krama punika,
ngedohken panyendhu,
Kagunan iku kinarya,
ngupa boga dene kalakuan becik,
weh rahayuning angga.
Tafsir dan makna ajarannya:
Lagu dhandhanggula ini memberi penjelasan tentang arti penting keutamaan. Di mana saja seseorang perlu tata krama, tata susila dan suba sita. Aturan dan hukum harus dijunjung tinggi. Taat pada hukum menjauhkan kenistaan. Bicara harus memberi kesenangan hati. Tata krama menghindari celaan. Kepintaran bisa jadi bekal hidup. Kelakuan baik menjaga keselamatan. Itulah ajaran Jawa yang mengandung kebijaksanaan.
2.
Dhandhanggula Dhedhep Tidhem.
Dhedhep tidhem prabawaning ratri,
sasadara wus manjer kawuryan,
tan kuciwa memanise,
menggep srinateng dalu,
siniwaka sanggyaning dasih,
aglar neng cakra wala,
winulat ngelangut,
prandene kabeh kebekan,
saking kehing taranggana kang sumiwi,
warata tanpa sela.
Tafsir dan makna ajarannya:
Kyai Yasadipura sebagai pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat trampil dalam olah swara serta mahir berbahasa. Suasana malam dilukiskan begitu indah. Bintang rembulan mega mendhung menghiasi langit biru. Lantas dikenal istilah gugusan lintang Bimasakti. Menggambarkan gugusan bintang yang mirip dengan adegan Bima sedang bertarung dengan Naga Nemburnawa. Episode dalam cerita Dewaruci karya Yasadipura yang dimakamkan di Pengging. Cerita ini berisi tentang wejangan ilmu kasampurnan.
3.
Dhandhanggula Hasta Brata.
Brataning Hyang Indra purweng kawi,
Sira ngudanaken kramaningrat,
Amarteng jagat jagane,
Sotya dana sumawur,
Tan ana tan minarteng budi,
Gumanti Yamabrata,
Dhumendheng krama dur,
jana gelahing bawana,
nadyan manggeh ing beaya sitanan apilih,
maling maliya pejah.
Tafsir dan makna ajarannya:
Kepemimpinan Hasta Brata memberi pelajaran agar seseorang rela berkorban demi kebenaran dan keadilan. Dengan berbekal keteladanan maka seseorang akan mencapai keberhasilan yang baik. Ajaran kepemimpinan yang berbasis kearifan lokal ini memberi kesadaran tentang lingkungan hidup. Barang kali semua pemimpin perlu untuk menghayati hasta brata.
4.
Dhandhanggula Jago Kluruk.
Jago kluruk rame kapyarsi,
Lawa kalong luru pandhelikan,
Jrih kawanen ing semune,
Bang bang sulakipun,
Mertandhani yen bangun enjing,
Srengenge wus gumlewang,
Neng kulone gunung,
Ing karang padesan,
Kakung putri pan sami anambut kardi,
Ngayahi kuwajiban.
Tafsir dan makna ajarannya:
Pedesaan yang banyak tanaman, udara segar, sifat guyub rukun merupakan perilaku ideal yang bisa dicontoh. Semua bertanggung jawab untuk mewujudkan sejahtera dan damai. Alamnya memang indah permai. Ayam, bebek, menthog, banyak, kambing, sapi, kerbau dipelihara untuk mencukupi kebutuhan daging. Padi, ketela, jagung untuk mencukupi kebutuhan pangan. Demikian pula bayam, kangkung, kubis dan tomat bisa menambah gizi keluarga.
5. Dhandhanggula Kamulyan.
Kamulyane wong asepuh kuwi,
Lamun nyawang anake tumata,
Rukun sanak sedulure,
Bekti mring bapa biyung,
Welas asih marang sesami,
Ginanjar kaluwihan,
Gusti Maha Agung,
Paring berkah salaminya,
Anak putu dharik becik yekti,
Antuk begja lan nugraha.
Tafsir dan makna ajarannya:
Orang tua merasa mulia hidupnya jika anak-anaknya tertib dan bahagia. Anak-anak mau hormat, berbakti, taat kepada bapak ibu. Anak sholeh hidupnya akan sejahtera lahir batin. Ini menjadi harapan semua orang.
6. Dhandhanggula Maduning Kembang.
Dhandhanggula kanggo amengeti,
uripira si uler sanyata,
neng jroning semprong dununge,
sakawit wujudipun,
milug-milug anggegilani,
dremba apuwa-pura,
sengkut mangan terus,
yekti uler dadi ama,
amanira tandurane bapa tani,
pantes yen den sirnakna.
Tafsir dan makna ajarannya:
Ajaran di atas menganjurkan agar seseorang mau berterima kasih atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Kesehatan dan kedamaian hidup merupakan ganjaran dari Tuhan yang tiada tara. Orang tidak boleh menghina mahluk ciptaan Tuhan. Nasib orang pasti berubah. Sekarang miskin, besok bisa menjadi orang kaya.Roda itu berputar.rel