Ratu Wandansari Pelopor Kadipaten Bang Wetan

Share:
Ilustrasi



Garda.id | Ratu Wandansari Pelopor Kadipaten Bang Wetan


Purwadi Ketua LOKANTARA. Hp. 087864404347


A. Sekar Kedhaton Mataram. 


Ratu Wandansari adalah putri Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati. Raja Mataram memerintah tahun 1601 - 1613. Ibunya bernama Dyah Ayu Banuwati, putri Pangeran Benawa Pajang. 


Dalam diri Ratu Wandansari mengalir darah Majapahit Demak Pajang Mataram. Kakaknya bernama Sultan Agung raja Mataram 1613 -1645. Sekar Kedhaton Mataram ini terkenal cantik jelita. Mustikaning putri tetungguling widodari. 


Pernah menempuh pendidikan di Pati, Purwodadi, Demak, Pengging dan Kotagede. Ratu Wandansari tampil sebagai putri yang cerdas tangkas trengginas. Pergaulan maju kosmopolit. Ahli seni tari, gamelan dan tembang. Punya bakat bisnis perak, pelabuhan dan migas. 


Lahir pada tanggal 1 Nopember 1596 di Pengging. Sempat diasuh oleh Pangeran Benawa. Lantas diboyong di istana Kotagede. Ratu Wandansari mengikuti jejak sang kakak, Sultan Agung yang gemar ngangsu kawruh. 


Untuk memperluas cakrawala pemikiran, Ratu Wandansari belajar kesusasteraan di Baghdad. Menejemen tata praja di Turki. Pengelolaan maritim di Skotlandia. Reboisasi perkebunan di Samudra Pasai. Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati peduli pendidikan. 


Atas inisiatif Sultan Agung, pada tanggal 7 Mei 1617 Ratu Wandansari berjodoh. Menikah dengan Pangeran Pekik Bupati Surabaya. Pesta besar besaran di Mataram. Kembul bujana handrawina 7 hari 7 malam. Bupati bang wetan dan Madura hadir genep jangkep. 


Pernikahan Ratu Wandansari dengan Pangeran Pekik bahagia sentosa. Lahir Kanjeng Ratu Mas Surabaya pada tahun 1619. Rumah tangga dua bangsawan ini menjadi suri teladan. Terkenal di seluruh Jawa Timur. Usaha Ratu Wandansari sangat pesat. Boleh dikata Ratu Wandansari sebagai konglomerat sukses. Usaha ekspor garam Kalianget. Usaha migas Sumenep. Usaha perikanan di Lamongan. Usaha kayu jati di Cepu. Usaha mebel di Jepara. Usaha kecap di Purwodadi. Usaha trasi di Lasem Rembang. Usaha buah apel di Malang. Usaha marmer di Tulungagung. Usaha pelayaran di Surabaya dan Semarang. 


Sultan Agung kerap mendapat bantuan finansial dari Ratu Wandansari. Kegiatan kenegaraan Mataram perlu biaya besar. Keuangan Ratu Wandansari berlimpah ruah. Wajar bila menjadi sponsor utama. Kontribusi kabupaten Surabaya pada Mataram sungguh besar. 


Untuk mempererat tali persaudaraan, maka Ratu Wandansari dan Sultan Agung besanan. Ratu Mas Surabaya dijodohkan dengan Gusti Raden Mas Sayidin. Putra Sultan Agung ini kelak bergelar Sri Susuhunan Amangkurat Agung. Raja Mataram tahun 1645 - 1677. Dari segi silsilah memang amat kuat. Pangeran Pekik merasa bangga atas pernikahan Ratu Mas Surabaya dengan Raden Sayidin. 


Pengaruh Ratu Wandansari pada Mataram sangat terasa. Kebijakan Sultan Agung banyak mendapat masukan dari Ratu Wandansari. Kakak Sultan Agung ada yang tinggal di Ngalondoh Kayen Pati. Bernama Ratu Jinoli. Menikah dengan Syekh Jangkung atau Saridin. Tokoh Pati yang terkenal sakti mandraguna. Ratu Wandansari kerap ke Pati untuk konsultasi. Sekaligus untuk sowan ing pajimatan Ki Ageng Ngerang dan Ki Ageng Penjawi. 


Leluhur sangat dimuliakan. Ratu Wandansari sowan ke makam Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Tarub. Wilayah Purwodadi merupakan asal usul darah Mataram. Dari rombongan Surabaya, Ratu Wandansari selalu sowan sesepuh Mataram. Termasuk ke Laweyan Ki Ageng Nis. Dilanjutkan sowan di Pengging dan Butuh. Mendhem jero mikul dhuwur. 


Masa kejayaan Mataram dikenang sepanjang masa. Ratu Wandansari berkontribusi. Puncaknya turut serta dalam pembangunan ibukota Mataram Kartasura. 


B. Membangun Ibukota Mataram Kartasura


Cucu kesayangan Ratu Wandansari dan Pangeran Pekik adalah Raden Rahmat Kuning atau Cak Ning. Kelak nanti

Cak Ning dinobatkan sebagai Raja Mataram. Bergelar Sinuwun Amangkurat Amral. Memerintah tahun 1677 - 1703.


Cak Ning adalah sebutan untuk Gusti Raden Mas Rahmat Kuning. Arek Surabaya ini cucu Bupati Surabaya, Pangeran Pekik.


Raden Rahmat Ning Sebagai Arek Surabaya memang terkenal pintar, trampil, ramah, tamah, berbudi luhur, berjiwa besar. Tiap hari memberi dana jasa pada sesama.


Kelak Rahmat Kuning atau Cak Ning jadi Raja Mataram. Bergelar Amangkurat II atau Amangkurat Surabaya. Beliau memindahkan Ibukota dari Plered ke Kartasura.


Siapakah Amangkurat Surabaya itu?


Amangkurat II disebut juga Sunan Amangkurat Surabaya atau Amangkurat Amral. Beliau menjadi raja Mataram yang beribukota di Kartasura tahun 1677 – 1703. Beliau lahir di kota Surabaya. Ibunya bernama Kanjeng Ratu Wetan atau Kanjeng Ratu Mas, putri Pangeran Pekik Bupati Surabaya.


Nama asli Amangkurat II yaitu Raden Rahmad Kuning. Orang umum juga menyebut dengan julukan Rahmat Ning. Lebih populer disebut Cak Ning.


Ayah Raden Rahmat Ning bernama Sri Susuhunan Amangkurat Agung raja Mataram yang beribukota di Pleret tahun 1645 – 1677. Ibu Rahmat Kuning bernama Kanjeng Ratu Wetan. Garwa prameswari raja Mataram ini pintar dan kawentar.


Sejak kecil Raden Rahmad Kuning atau Rahmat Ning diasuh oleh kakeknya yang bernama Pangeran Pekik bupati Surabaya. Bersama dengan neneknya yang bernama Ratu Pandansari Raden Rahmad Kuning dididik dan dibesarkan sebagaimana arek Surabaya. Maka disebut Sunan Amangkurat Surabaya.


Secara historis biografi Raden Rahmad Kuning atau Sri Susuhunan Amangkurat Amral atau Amangkurat Surabaya tertulis dalam Kitab Babad Tanah Jawi. Kartasura dipilih sebagai ibukota Mataram oleh Sri Susuhunan Amangkurat II atau Amangkurat Surabaya tahun 1677. Letak Kartasura amat strategis. Terhubung langsung dengan jalur penting kota di pesisir dan pedalaman. Umbul Cakra dan Pengging mengalir ke Kartasura dan bertemu di Kali Larangan. Tanah subur di bawah kaki Gunung Merapi Merbabu. Mata air dari Gunung Sewu mengalir sampai selat Madura.


Pada masa kejayaan Kraton Mataram Kartasura, berkembang pesat kesusasteraan, kesenian dan kerajinan. Kitab-kitab Jawa klasik diolah menjadi sastra dengan metrum macapat. Babad Tanah Jawi, Serat Menak, Serat Kandha dan Serat Panji diproduksi besar-besaran. Kurun waktu antara tahun 1677-1745 Kartasura menjadi pusat pembelajaran seni kerawitan, tari dan pedalangan. Kerajinan gamelan dan wayang diekspor sampai ke Asia Timur, Selatan, Barat, dan Tengah. Sebagian dipasarkan di negeri Eropa.


Puncak-puncak kebudayaan gagrag Kartasura berkontri-busi besar terhadap peradaban global. Dunia berhutang budi pada produktivitas, kreativitas dan aktivitas kebudayaan Kartasura. Warisan luhur yang mendapat apresiasi. Ibukota Mataram Kartasura dibangun oleh Sri Amangkurat II atau Amangkurat Surabaya pada tahun 1677. Kartasura dipilih sebagai ibukota Mataram karena letaknya sangat strategis. Jalur utama yang menghubungkan kawasan penting di Pulau Jawa. Arah utara menuju kota Semarang. Arah barat menuju ke daerah Yogyakarta. Arah timur menuju kota Surabaya. Sejak dulu kala Kartasura menjadi pusat bisnis terbesar di Jawa bagian Selatan.


Itulah alasan Sinuwun Amangkurat II atau Sri Susuhunan Amangkurat Amral atau Amangkurat Surabaya menjadikan Kartasura sebagai pusat pemerintahan Mataram. Bila mata memandang ke arah barat, tampak megah gunung Merapi dan gunung Merbabu. Dua gunung kembar ini berdiri kokoh seolah-olah gapura jagad. Waktu orang bangun tidur pada pagi hari gunung Merapi dan gunung Merbabu begitu indahnya. Ganjaran Tuhan yang besar dan mengagumkan.


Tatapan mata ke arah timur kelihatan begitu agung anggunnya gunung Lawu. Berbeda dengan gunung Merapi dan gunung Merbabu, suasana gunung Lawu tampak lebih angker, magis, mistis. Di sinilah Raden Gugur putra Prabu Brawijaya bertapa dan muksa. Maka orang banyak menjalankan tapa brata, semedi dan meditasi di Gunung Lawu. Sri Susuhunan Amangkurat Amral atau Amangkurat Surabaya tiap bulan Sura memimpin upacara ritual di Gunung Lawu. Beliau bermeditasi beserta para pengawal kerajaan.


Gunung Sewu sebagai mata air Bengawan Solo tampak dari arah selatan. Sri Susuhunan Amangkurat II atau Amangkurat Surabaya berkunjung ke Kahyangan Dlepih Tirtomoyo Wonogiri. Beliau lelaku tapa brata untuk meneruskan tradisi yang dijalankan Panembahan Senopati.


Semua makhluk halus yang ada di sepanjang gunung Sewu tunduk para raja Mataram. Bahkan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa pantai selatan pun dan bala tentaranya berserah diri pada raja Mataram beserta keturunannya.


Saat menghadap ke utara terlihat pegunungan Kendheng. Di sini tokoh Mataram banyak dijumpai. Misalnya Ki Ageng Tarub, Ki Ageng Sela, Ki Ageng Ngerang, Ki Ageng Penjawi. Makam tokoh mulia ini sangat dihormati oleh keluarga Mataram. Betapa kayanya gunung Kendheng. Ada kayu jati, batu kapur, minyak tanah, gas bumi, pari gaga dan burung perkutut. Semua berkualitas ekspor. Dunia berebut untuk menguasai gunung Kendheng. Kekayaan dunia yang berlimpah ruah. Kerajaan Kartasura turut membangun Gunung Kendheng.


Raden Rahmat Kuning atau Raden Rahmat Ning bergelar Sinuwun Amangkurat II atau Amangkurat Surabaya. Segera melakukan pembangunan di segala bidang.


Dhandhanggula


Kang cinatur sejarah Matawis.


Wusnya Nata Agung Hamangkurat.


Surut haneng Galwangine.


Kuthagara Kedhatun


Pleret dinulu wus lawas. sami


Marma tan pantes dadya.


Pusering praja gung.


Sigra Sang Baginda arsa


Ngalih amrih. lumastariya kang negri.


Rinembak lan pra Patya.


Tan tinulis panitiking siti


Kang pinangka hangalih nagara


Padene dhatulayane


Pindahnya wus tinamtu


Hawit dene hanguciwani


Titi sajumenengnya


Amral kang Sinuhun


Mapan wus wineceng jangka


Tamat babad Pleret bawa boyong wukir


Tilar tilas tan kocap.


Yen sinungging pra bebedra sami


Sengkut bikut genya nambut karya


Datan ngungak reriwene


Hamangkurat jejuluk


Ping dwi wus purna hangyasani


Kadhaton wanakarta


Tuhu sinengkuyung


Sing pra hangadhep Jeng Sunan


Kukuh bakuh tanggap cobaning Hyang Agung


Hagal halus kang dhumawah.


Begitulah usaha arek Surabaya membangun ibukota Kraton Mataram Kartasura. Raden Rahmat Kuning atau Raden Rahmat Ning telah dinobatkan sebagai raja Mataram sejak tahun 1677.


Daratan Terbaik


Cakra Pengging


Gumrojog banyu bening


tuking gunung umbul Cakra Pengging


mili ngetan tumuju Kali Larangan


Kartasura Surakarta sakbanjure


mili neng bengawan gedhe


Lagu ini cukup jelas menggambarkan lingkungan Kartasura. Daratan luas yang subur terbentang dari wilayah Prambanan, tepat sebelah timur Kali Opak. Dari hulu Gunung Merapi mengalir Kali Dengkeng yang bergabung dengan Bengawan Solo. Sawah dengan kualitas terbaik menjadikan kanan kiri Kartasura sebagai lumbung beras. Sepanjang sejarah padi terus menerus berbuah. Kebun tembakau, teh, duren, palawija beraneka rupa.


Ciri khas orang Kartasura adalah pandai masak. Kuliner dari yang murah sampai paling mahal jelas tersedia. Jajanan memanjakan lidah. Lauk pauk berjenis-jenis. Ragam minuman berkelas pasti ada. Dalam hal makanan orang Kartasura terlalu sensitif. Harus enak, gurih dan nyamleng. Dari dulu sampai sekarang prinsip itu dipegang teguh. Biar orang mlarat sekalipun, soal makan tetap harus enak. Justru karena miskin, maka harus pintar bikin bumbu. Supaya bahan sederhana pun tetap enak gurih.


Sepanjang jalan Kartasura ramai jualan makanan. Nasi liwet, timlo, bebek goreng, jenang, jadah, wajik, wedang, cemoe, rondhe siap untuk dihidangkan. Raja Amangkurat Amral mengundang koki dari seluruh pelosok dunia. Juru masak istana dilatih untuk meningkatkan mutu bumbu. Jangan sampai ketinggalan jaman. Hidangan gaya Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Barat dan Asia Timur dipelajari. Tak ketinggalan ragam masakan Eropa seperti Belanda, Inggris, Perancis dan Portugis juga diajarkan pada koki istana.


Sri Susuhunan Amangkurat II atau Amangkurat Surabaya terkenal sebagai juru masak handal. Kerap beliau terjun langsung di Sasana Gandarasan yang menjadi pusat dapur istana Kartasura. Terlebih-lebih eyang kakungnya yaitu Pangeran Pekik adalah Adipati Surabaya yang menguasai Tanjung Perak.


Pelabuhan ini berkembang pesat. Pusat bisnis terbesar di Nusantara bagian timur dan tengah. Pangeran Pekik membantu cucunya untuk membangun istana Kartasura. Sebagai pelaku bisnis yang kaya raya, mudah baginya untuk memajukan kerajaan Mataram Kartasura.


Ratu Adipati Surabaya misuwur. Istri Pangeran Pekik bernama Ratu Pandhansari. Eyang putri Amangkurat II ini terkenal sebagai saudagar perhiasan. Emas, perak, intan, permata sering dikirim ke mancanegara. Bahkan ratu Pandhansari memiliki usaha perak di Kota Gedhe, industri alat rumah tangga di Sidoarjo dan ukir-ukiran di Jepara. Boleh dikata Ratu Pandhansari yang juga adik Sultan Agung ini adalah pengusaha kaya raya. Bahkan beliau punya usaha budidaya mutiara di kawasan Nusa Tenggara.


Dari usaha eyang kakung dan eyang putri ini, Sri Susuhunan Amangkurat Amral menjalin bisnis dengan kontraktor, korporasi dunia, bisnisman internasional. Kraton Mataram Kartasura berdiri megah, mewah dan indah. Rakyat bahagia sejahtera lahir batin. Kraton dibangun dengan swadaya. Kraton tidak punya hutang. Semua tercukupi sendiri.


Silsilah Sunan Amangkurat II. Kutipan dalam bahasa Jawa secara lengkap jangkep genep genah.


Putra Dalem Ingkang Sinuwun Prabu Hamengkurat Agung, ingkang nomer 1, miyos saking garwa G.K.R. Putrinipun Pangeran Pekik Surabaya patutanipun kaliyan. G.K.R. Wandhansari. Rayi Dalem Ingkang Sinuwun Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma. Ingkang Sinuwun Prabu Amangkurat Amral asma Raden Mas Rahmat Kuning utawi Raden Rahmat Ning.


Asalsilahipun Ingkang Sinuwun Prabu Amangkurat II Amral Saking Ibu dalem G.K.R Pambayun. Sunan Ampel Denta, peputra: Pangeran. Surabaiat peputra: Pengeran Pekik Surabaik, peputra: G.K.R.Pambayun G.K.R. Kulon, Prameswari dalem Ingkang Sinuwun Prabu Amangkurat Agung, peputra: Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Prabu Amangkurat II Amral atau Raden Mas Kuning atau Raden Rahmat Ning.


Ingkang Sinuwun mindhahaken Kraton Pleret dhumateng Wonokerto, awit sampun risak. Wonokerto kanamekaken Kartasura Hadiningrat, ing dinten Rebo Pon tanggal. 27 Ruwah Alip 1603 Jawi. Punika Ingkang Sinuwun Prabu Amangkurat Surabaya.


Untuk mendukung keterangan di atas dapat dikemukakan juga komunikasi antara panembahan Adilangu. Dalam peristiwa diketemukan percakapan langsung antara Adilangu dengan Amangkurat II atau Amangkurat Surabaya cukup memperlihatkan unggah ungguhing basa.


Kadhaton enggal kanamekaken Kraton Kartosura. Pindhahipun nyarengi dinten Rebo Pon 27 Ruwah Alip 1603. Negari dalem kaparingan nama Kartosura Hadiningrat.


Dhandhanggula


Sang aprabu prapteng Wanakarti.


Gumarudug sawadya bala.


Kawula lan sentanane.


Kadya sinebut sebut.


Katon sunya hangrasa wani.


Ya sinangkalaning candra.


Ri Buda Pon nuju.


Kaping pitulikur Ruwah.


Alip sewu nenemhatus telu dadi.


Kartasura Diningrat.


Perpindahan ibukota Mataram dari Pleret ke Kartasura banyak didatangkan tenaga dari kota Surabaya. Tenaga ahli dari Surabaya sudah terbiasa membangun dan merencanakan kemegahan kota.


Trah Pangeran Pekik penuh dengan keteladanan. Raden Rahmat Kuning adalah cucu Pangeran Pekik yang membanggakan arek Surabaya.


C. Diplomasi Surabaya Mataram. 


Kejayaan bangsa perlu diperjuangkan. Arek Surabaya berusaha untuk mewujudkan kemakmuran. Raden Rahmat Kuning atau Amangkurat Surabaya telah berjuang dengan segenap tenaga dan pikiran.


Amangkurat Surabaya belajar pembangunan fasilitas kota. Pembangunan jalan raya dan pelabuhan dipelajari dengan cermat.


Terkenalnya pelabuhan Tanjung Perak Surabaya didukung oleh lagu yang atraktif dan kreatif. Lagu ini berjudul Tanjung Perak. Kerap dikumandangkan lewat siaran radio. Juga dalam pementasan wayang kulit dan ludruk suka melantunkan lelagon Tanjung Perak. Terlebih-lebih lagu Tanjung Perak ini mengandung unsur informatif dan suasana rekreatif.


Tanjung Perak


Thit thit thuwit dhar


Damar mati muliha


Siti lenga pasar sapi mati semar mendem


Dho remi mi fa sol jenang dodol geyal geyol


Mi re mire tahu tempe enak rasane


Waktu terang bulan, udara bersinar terang


Teranglah sekali di kotalah Surabaya


Belum brapa lama saya duduk dengan bimbang


Datang kawan saya, Mas Bambang itu namanya


Ayo rame-rame dayang kota Tanjung Perak


Panggil satu taksi kita soraklah bersorak, taksi


Tanjung Perak tepi laut


Siapa suka boleh ikut


Sama bapak, ibu, sing kuru, sing lemu


Minang kacung babu koki


Tanjung Perak tepi laut


Siapa suka boleh ikut


Bawa gitar kranjang piul


Jangan lupa bawa anggur


Tanjung Perak tepi laut


Tanjung Perak tepi laut


Dengan demikian adanya lagu Tanjung Perak itu menjadi promosi bagi aktivitas kerja pelabuhan yang terletak di kota Surabaya. Lagu Tanjung Perak ini banyak lucunya. Tanda hubungan sosial yang dekat dan akrab. Berlatar kota Surabaya dan menu Jawa Timuran. Menggunakan idiom plesetan yang bikin ketawa.


Dalam sejarahnya pelabuhan Tanjung Perak telah dikenal sejak jaman kerajaan Medang Kamulan, Kahuripan, Daha, Jenggala, Kediri, Singasari, Majapahit, Demak, Mataram, dan Surakarta Hadiningrat. Pelabuhan Tanjung Perak digunakan sebagai sarana lalu lintas barang dan jasa. Barang ekspor impor melalui pelabuhan Tanjung Perak sebagai pendukung perputaran roda ekonomi.


Jaman kerajaan Medang Wetan dipimpin oleh Prabu Darmawangsa Teguh, pelabuhan Tanjung Perak dibangun di daerah Perak Pabean Cantihan Surabaya. Pelabuhan Tanjung Perak saat itu sudah dilengkapi dengan terminal peti kemas. Dari pelabuhan Tanjung Perak ini berhubungan pula dengan Pelabuhan Ujung yang menuju pelabuhan Kamal Bangkalan.


Pada jaman kerajaan Kahuripan dipimpin oleh Raja Airlangga, pelabuhan Tanjung Perak semakin maju dan berkembang. Banyak pegawai dan administratur pelabuhan Tanjung Perak yang diambil dari warga Bali. Prabu Udayana sebagai ayah Airlangga turut pula membantu kelancaran Tanjung Perak dengan mengirim tenaga ahli dan trampil.


Begitulah suasana pelabuhan Tanjung Perak pada masa kerajaan Medang Wetan dan kerajaan Kahuripan. Kerajaan Kahuripan beribukota di Surabaya. Sebelumnya kerajaan Kahuripan bernama Medan Wetan yang beribukota di Mojokerto. Dulu rajanya Prabu Darmawangsa Teguh dan Empu Sindok.


Kota Surabaya dibangun oleh Kanjeng Sinuwun Prabu Airlangga. Kepemimpinan Airlangga merupakan perpaduan antara budaya Bali, Jawa dan Kalimantan Timur. Asal usulnya dari beragam etnis, membuat dirinya toleran atas keberagaman.


Ayahnya adalah Prabu Udayana, maharaja bijaksana dari Bali. Ibunya dari Kutai, keturunan raja Mulawarman. Namanya Ratnawarman. Dia putri bangsawan yang trampil berbisnis. Usahanya meliputi kayu besi, kain tenun songket, perhiasan emas, pelayaran dan perkapalan. Ketika menjadi the first Lady di Istana Bali, tentu masyarakat bertambah makmur. Pemuda dilatih, dididik dan bekerja sesuai dengan ketrampilan.


Dalam suasana kejayaan itulah Airlangga mengalami pendidikan kebangsawanan. Prabu Udayana besanan dengan Prabu Darmawangsa Teguh. Raja Medang Martabumi ini punya gadis jelita. Bernama Prabasasi. Pernikahan Airlangga dengan Prabasasi berlangsung pada tanggal 21 April 1006.


Pesta pernikahan agung dilaksanakan besar-besaran. Tiap hari berkumandang gendhing mat-matan. Para penyanyi diundang bergiliran. Malam harinya dipentaskan wayang kulit semalam suntuk. Lakon diambil dari cerita adiparwa. Dipilih cerita yang mengandung nilai filosofis tinggi. Terutama yang berkaitan dengan teladan membangun rumah tangga.


Upacara pernikahan di Kraton Medang Martabumi dilanjutkan dengan tradisi sepasaran. Sebulan kemudian Prabu Udayana merayakan ngundhuh mantu. Hadir dalam pesta selapanan ini raja Samudra Pasai, Raja Baru, raja Bugis, Raja Banjar, raja Melayu, raja Maluku, raja Makassar, raja Nusa Tenggara. Duduk pada deretan tamu kehormatan yaitu Fatimah Binti Maimun dan Maulana Malik Ibrahim tokoh muslim dari kewalian Gresik.


Turut mengundang keluarga besar kerajaan Kutai. Permaisuri Ratu Ratnawarman mengumumkan tidak menerima sumbangan dari mana pun. Maklum Ratu Ratnawarman seorang pengusaha kaya raya. Soal pesta pasti sudah tersedia yang berlimpah ruah. Acara ngundhuh mantu baginya menjadi kesempatan untuk menjamu warga Bali. Sang permaisuri raja Udayana terkenal pemurah dan ramah tamah.


Roda perekonomian semakin lancar dengan dibangunnya pelabuhan Tanjung Perak. Hasil perkebunan dari Kediri, peternakan Mojokerto, sayur-mayur Ngawi, dan bumbu pecel Madiun dikirim ke luar pulau lewat pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Demikian pula buah apel Malang dipasarkan pula oleh keluarga kerajaan Kahuripan. Rakyat pun bertambah makmur.


Barang dan jasa dari mancanegara diimpor kerajaan Kahuripan lewat pelabuhan Tanjung Perak. Tenaga profesional dan disiplin membuat jalannya ekonomi menjadi lancar, gancar. Keuntungan usaha pelabuhan ini digunakan untuk pembangunan di segala bidang.


Perlu diketahui sejarah perjuangan para pendidikan pelabuhan Tanjung Perak yang menjunjung nilai heroisme. Prabu Darmawangsa Teguh beserta Ratu Sudisna sungguh sangat berbahagia. Putri satu-satunya telah berumah tangga. Berarti telah mentas. Sebagai orang tua hidupnya sudah merasa tutug.


Masa depan kerajaan Medang Martabumi dibicarakan bersama nayaka dan sentana. Sidang penting ini dipimpin oleh perdana Menteri Narotama. Hasilnya musyawarah ini cukup mengejutkan. Pada tahun 1110 Prabu Darmawangsa Teguh memutuskan untuk lengser keprabon madeg pendeta.


Pembicaraan suksesi kerajaan Medang pada Martabumi cukup alot, panas, melelahkan. Fraksi fraksi kerajaan mengalami polarisasi. Ada dua kubu yang sangat dominan. Kubu Ginantar bersaing dengan kubu prameswari Sudisna. Dalam voting permusyawaratan, kubu prameswari Sudisna unggul.


Kubu Ginantar tersingkir dan tidak puas. Sedangkan Prabu Darmawangsa Teguh sendiri tak mau bicara politik. Sang Prabu menjadi pertapa di Ngetos lereng gunung Wilis. Di Pertapan Ngetos ini Begawan Darmawangsa Teguh mengajarkan kama arta darma muksa.


Kekuasaan Kerajaan Medang Martabumi untuk sementara dipegang Patih Narotama. Akan tetapi, Rakyan Ginantar merasa berhak atas tahta. Sebetulnya Rakyan Ginantar adalah adik tiri Prabu Darmawangsa Teguh lain ibu. Lahir dari garwa selir. Pelan-pelan dia menyusun kekuatan.


Konsolidasi politik berpusat di Kadipaten Wora Wari. Ketika para pembesar Kerajaan berkunjung ke daerah Blambangan, tiba-tiba ada insiden yang mengejutkan. Rakyan Ginantar berusaha merebut kekuasaan. Modusnya dengan nabok nyilih tangan. Preman bayaran disuap untuk membuat kerusuhan.


Pembesar Kerajaan Medang Martabumi segera bertindak cepat. Patih Narotama menunjuk Airlangga sebagai panglima keamanan. Markasnya di Sumoroto Ponorogo. Pendidikan militer sewaktu hidup di Bali kali ini diuji di lapangan.


Segera Airlangga kontak dengan para bupati pesisir dan Bang Wetan. Dalam tempo sepasar keamanan pulih kembali. Jasa besar Airlangga ini menjadi inspirasi warga kerajaan Medang Martabumi untuk mendaulat Airlangga sebagai raja. Mbata rubuh surake wadya gumuruh. Semua sepakat.


Kesadaran historis itu dihayati oleh Ratu Wandansari. Diplomasi Surabaya dan Mataram makin ampuh tangguh wutuh kukuh bakuh. Berkat usaha sukses, Ratu Wandansari mampu membiayai pemerintahan awal Kabupaten di Jawa Timur. 


Dukungan Pangeran Pekik yang masih keturunan Arya Wiraraja tentu memudahkan partisipasi warga Madura. Dari trah Sunan Ampel mempermudah kelompok jaringan pesantren. Ratu Wandansari memperoleh kesempatan emas untuk berdarma bakti pada negeri.rel

Share:
Komentar

Berita Terkini