Dr. Joharis Lubis, Sahabat dan Intelektual Kritis, Berpulang

Share:


Dr H Joharis Lubis (Alm)

Medan – Dunia akademik dan pemikiran kritis Indonesia kembali kehilangan sosok yang tak tergantikan. Dr. Joharis Lubis, seorang akademisi, aktivis, dan pemikir tajam yang dikenal karena ketegasan sikap dan narasi bernasnya, telah berpulang ke rahmatullah.

Berita kepergian Joharis Lubis datang tak lama setelah ia membagikan momen wisuda program doktoralnya—sebuah capaian yang mengguratkan kesan mendalam bagi mereka yang mengenalnya. "Itu sebuah capaian besar justru pada penghujung masa tugas sebagai akademisi," kata seorang sahabatnya yang menyesali tak sempat menghubungi kembali almarhum usai panggilan telepon singkat mereka Rabu siang pekan lalu.

Sahabat tersebut mengenang, pertemuan terakhir mereka terjadi di sebuah kafe sekitar Amaliun. Dalam forum diskusi itu, Joharis menunjukkan konsistensinya dalam menyoroti isu kebangsaan—dengan ketegasan khasnya, tanpa gentar. Tema diskusi waktu itu adalah krisis ideologi dan masa depan republik.

Joharis Lubis dikenang bukan hanya karena gelarnya, melainkan karena gagasannya. Ia sering dijuluki "profesor" dalam forum resmi, meski tak mempersoalkan status formalnya. "Profesi dan kapasitas narasinya sudah cukup membuktikan," ujar sang sahabat.

Tulisan-tulisannya, termasuk yang terbaru berjudul Hocus Scopus, menunjukkan keberpihakan pada pendidikan yang merdeka dari jebakan neoliberalisme, dengan sorotan tajam pada isu plagiarisme dan jerat kebijakan pendidikan tinggi yang dianggapnya menindas.

Tak hanya dalam ranah pemikiran, Joharis juga aktif dalam aksi. Ia tercatat ikut bersama Prof. Saiful Sagala merombak AD/ART Dewan Pengurus Angkatan 66 dan terlibat dalam proses penting suksesi kepemimpinan Unimed. Aktivismenya menyatu dengan keberanian dan konsistensi sikap.

“Kaulah Joharis Lubis, kawanku, yang sikap kerasmu kerap membuat saya berimajinasi tentang sosok-sosok penting dari Bonjol,” ucap sahabatnya, mengenang awal perkenalan mereka pada 1986—sebuah malam panjang yang penuh diskusi soal politik dan masa depan bangsa.

Kepergian Joharis meninggalkan duka dan penyesalan, terutama karena pembicaraan yang dijanjikan tak sempat terwujud. Namun warisan pemikiran dan keberaniannya akan terus hidup, menginspirasi banyak generasi setelahnya.

Allahummaghfirlahu, warhamhu, wa ‘afihi, wa’fuanhu.

Oleh : Dr H Sohibul Ansor Siregar (Sahabat Dekat Alm Joharis Lubis)

Rel

Share:
Komentar

Berita Terkini