"Mengurai Asal Usul Kota Medan: Antara Legenda, Kolonialisme, dan Pembentukan Pemerintahan Resmi"

Share:


Dr. Assoc Prof Dr Abdiyanto SE MSi.it


Medan / Garda.id

 Polemik mengenai asal-usul Kota Medan belakangan kembali menjadi topik hangat di kalangan masyarakat, terutama di media sosial dan forum-forum diskusi sejarah lokal. Banyak yang mempertanyakan kapan sebenarnya Kota Medan "berdiri" — apakah sejak zaman kolonial, masa kerajaan, atau setelah kemerdekaan. Menanggapi hal ini, Assoc Prof. Dr. Abdiyanto SE MSi Dosen Ekonomi dan Perencanaan Wilayah Kota Universitas Pembangunan Panca Budi (UNPAB), memberikan penjelasan komprehensif mengenai dua dimensi penting dalam memahami sejarah Kota Medan: asal mula pemukiman bernama Medan dan pembentukan pemerintahan kotanya secara resmi.

1. Asal Usul Pemukiman dan Nama “Medan”

Menurut Dr. Assoc Prof Dr Abdiyanto SE MSi sejarah awal Kota Medan tidak bisa dilepaskan dari cerita rakyat yang hidup dan berkembang di masyarakat lokal, khususnya dari kawasan Hamparan Perak. Dalam tradisi lisan tersebut, dikenal legenda Me dan Putri atau juga disebut Putri Sembuh dalam bahasa Karo.

“Cerita ini berkisah tentang Putri dari Datok Pulo Berayan yang sakit keras. Sang Datok menyatakan bahwa siapa pun yang dapat menyembuhkan putrinya, jika laki-laki, akan dijadikan menantu. Seorang tabib bernama Guru Patimpus berhasil menyembuhkan sang Putri, lalu dinikahkan dengannya,” terang Dr. Abdiyanto.

Sebagai hadiah, keduanya diberikan tempat tinggal di kawasan pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura—lokasi yang saat ini dikenal sebagai Gang Sejarah, dekat Wisma Benteng, Medan. Tempat itu kemudian disebut sebagai Medan Putri, nama yang masih lestari hingga kini dan diabadikan dalam nama Sekolah Medan Putri yang terletak di Jalan Jawa - Jalan Timor, di bawah pengelolaan PTPN IX.

Selain warisan cerita rakyat, masa kolonial Belanda juga turut memengaruhi perkembangan kawasan ini. Pada era penjajahan, Belanda membuka perkebunan tembakau yang sangat luas di kawasan ini dengan nama Medan Estate. Kantor administratur perkebunan kala itu terletak di Simpang Jalan Serdang dan Jalan Aksara (dulu dikenal sebagai Jalan Pancing). Kawasan ini kemudian berkembang dengan pemerintahan desa yang disebut Desa Medan Estate.

Menjelang kemerdekaan, kawasan Medan Estate menjadi lokasi penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Antara tahun 1947 hingga 1949, terjadi pertempuran besar yang dipimpin oleh Mayor Bedjo melawan pasukan Belanda. Pertempuran ini melibatkan berbagai kawasan penting seperti RS Pringadi, Masjid Perjuangan, Jalan Rakyat, Jalan Grelya, hingga Kebun Pisang. Peristiwa ini dikenang sebagai Pertempuran Medan Area, sebuah tonggak sejarah penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Sumatera Utara.

2. Pembentukan Pemerintahan Kota Medan

Sementara itu, secara administratif dan legal formal, Kota Medan sebagai entitas pemerintahan baru terbentuk jauh setelah pemukiman awal tersebut berkembang.

“Pemerintahan Kota Medan secara resmi berdiri berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Besar di Sumatera, yang mencakup Kota Medan sebagai salah satu dari beberapa kota otonom di Provinsi Sumatera Utara,” jelas Dr. Abdiyanto.

Dengan berlakunya undang-undang tersebut, maka secara hukum Medan diakui sebagai daerah yang memiliki otonomi dan struktur pemerintahan kota sendiri, terpisah dari pemerintahan kabupaten atau kewedanan seperti sebelumnya.

Hal inilah, menurutnya, yang sering membingungkan masyarakat awam. Banyak yang mengira Kota Medan baru "ada" setelah terbentuk pemerintahan kotanya secara administratif, padahal sebagai pemukiman dan wilayah bermasyarakat, Medan telah hidup jauh sebelumnya, bahkan sejak era kerajaan dan kolonial.

Menjawab Polemik Publik dengan Perspektif Sejarah

Dengan dua penjelasan ini, Dr. Abdiyanto berharap masyarakat bisa memahami bahwa sejarah berdirinya Kota Medan tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi, melainkan harus dikaji dari berbagai perspektif: budaya, sosial, politik, dan administratif.

“Kita tidak bisa menyederhanakan sejarah Kota Medan hanya dari kapan pemerintahannya berdiri. Ada akar budaya, cerita rakyat, perjuangan kemerdekaan, hingga proses kolonialisasi yang semuanya menjadi bagian dari narasi utuh pembentukan kota ini,” ujarnya.

Pengetahuan tentang sejarah lokal seperti ini, lanjut Dr. Abdiyanto, sangat penting terutama bagi generasi muda, agar mereka tidak tercerabut dari akar identitas kotanya sendiri.

“Saya sering ditanya oleh mahasiswa, masyarakat, bahkan kolega sesama akademisi tentang ‘kapan Medan berdiri’. Jawaban saya adalah: tergantung dari perspektif mana Anda melihat. Kalau soal pemukiman, Medan sudah ada sejak Guru Patimpus dan Putri Berayan. Kalau soal pemerintahan resmi, maka tahun 1956 adalah tonggaknya,” pungkasnya.


Penutup:

Penjelasan dari akademisi seperti Dr. [Nama Anda] memberikan pencerahan di tengah gencarnya disinformasi atau pemahaman sepotong-sepotong terkait sejarah kota-kota di Indonesia. Semoga dengan penguatan narasi sejarah lokal seperti ini, masyarakat semakin mencintai kotanya dengan pengetahuan yang lebih utuh dan mendalam.red

Share:
Komentar

Berita Terkini