Pasal 8 menyebutkan: "Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum." Namun Koordinator Nasional FWK Raja Parlindungan Pane mempertanyakan efektivitasnya.
"Pasal ini terlihat baik, tapi apakah masih ampuh melindungi profesi wartawan?" kata Raja. Ia menegaskan amandemen UU Pers diperlukan agar perlindungan wartawan menjadi tanggung jawab tegas negara. "Wartawan bekerja untuk publik dan demokrasi. Perlindungan tidak boleh kabur."
Baca Juga:Mantan Wakil Ketua Dewan Pers Hendry Ch. Bangun menyoroti banyaknya kasus kekerasan terhadap wartawan. "Berapa kali wartawan diperlakukan kasar aparat, dianiaya, rumah mereka dibakar. Mana perlindungannya?" ujarnya.
Ia mengkritik pihak yang menganggap pasal tersebut sudah cukup. "Organisasi pers mestinya melihat realitas. Jangan pura-pura tidak tahu."
Raja menambahkan, penerapan perlindungan harus jelas hingga level lapangan. "Harus dirinci bagaimana pelaksanaannya," katanya.
Pasal 8 UU Pers juga tengah diuji materi Ikatan Wartawan Hukum (IWAKUM) di Mahkamah Konstitusi. Ketua Umum IWAKUM Irfan Kamil menilai pasal itu multitafsir dan bisa merugikan wartawan. "Wartawan tidak boleh bekerja di bawah tekanan atau bayang kriminalisasi," tegasnya di MK, Selasa (9/9/2025).
Kuasa hukum IWAKUM, Viktor Santoso Tandiasa, menambahkan, gugatan berfokus pada kejelasan perlindungan hukum wartawan dalam kerja jurnalistiknya.
Baca Juga: