Babat Menak Sopal Trenggalek.

Share:

 

Ist


GARDA.ID | Babat Menak Sopal Trenggalek. 


A. Jasa Menak Sopal


Asal usul nama Trenggalek dalam lintasan sejarah agung. Menak Sopal merupakan tokoh besar. Berjasa dalam merintis peradaban besar. 


Nama Trenggalek merupakan gabungan dari kata Taranggana dan Rara Golek. Pangeran Taranggana adalah putra Sinuwun Paku Buwana I. Beliau raja Mataram Kartasura yang memerintah tahun 1708 – 1719. Ibunya yaitu Kanjeng Ratu Mas Balitar, putri Bupati Madiun. Pangeran Taranggana memiliki kedudukan tinggi, trahing kusuma rembesing madu.


Mustikane putri tetunggule Widodari. Begitulah lukisan wanita utama. Rara Golek adalah putri Arya Menak Sopal, seorang Demang yang berpengaruh di kawasan Gunung Jaar, Gunung Gemblung, Gunung Banyon dan Gunung Prongos. Begitulah lingkungan pegunungan yang asri anglam lami.


Di daerahnya Demang Sopal dikenal sebagai tokoh yang luhuring budi, andhap asor, wani ngalah, ramah, murah. Beliau selalu memberi pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan. Benar benar kajen keringan. Harta bendanya lebih sering digunakan untuk kegiatan sosial. Beliau selalu berdarma bakti demi ibu pertiwi.


Pemimpin sejati selalu rela berkorban jiwa raga harta benda. Tentu untuk rakyat banyak. Lila lan legawa kanggo mulyane negara. Kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi atau keluarga. Demang Menak Sopal amemangun karyenak tyasing sasama.


Dalam kehidupan masyarakat Demang Menak Sopal berilmu tinggi. Beliau pernah berguru kepada Ki Ageng Sela yang dapat menangkap petir. Bagi petani yang bekerja di sawah Ki Ageng Sela merupakan pengayom dan pengayem. Kesaktian Ki Ageng Sela diwariskan kepada Menak Sopal, dengan cara mesu budi.


Labuh labet marang praja. Makanya Demang Menak Sopal pada tahun 1713 dapat membangun bendungan di kali Ngasinan. Berkali-kali bendungan jebol. Setelah diteliti ternyata diganggu oleh siluman bajul putih. Dengan melakukan tata cara ritual di kali Ngasinan, siluman bajul putih menyingkir. Cukup dengan sesaji tumbal ayam cemani.


Demang Menak Sopal juga berguru kepada Syekh Siti Jenar di Padepokan Lemah Bang. Beliau mempelajari ngelmu kasampurnan atau kawruh rasa jati. Dimulai dengan tahap sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa. Rasa jati, sari rasa jati, sarira sajati, rasa tunggal – sari rasa tunggal – sarira satunggal. Ibarat warangka manjing curiga.


Pada puncaknya Demang Menak Sopal mencapai satataning panembah. Yakni pengetahuan tentang manunggaling kawula Gusti. Wikan marang sejatining becik. Ilmu tingkat tinggi banyak dipelajari kasepuhan Kejawen.


Putri Demang Menak Sopal bernama Rara Golek. Seperti ayahnya, Rara Golek suka mahas ing ngasepi. Sering laku prihatin, meliputi tapa ngidang, tapa ngalong, tapa ngrowot, tapa mutih, tapa ngebleng, tapa nggeniara, tapa banyuara. Cegah dhahar lawan guling. Anelasak wana wasa tumuruning jurang terbis.


Wajar sekali bila Rara Golek mewarisi kesaktian Demang Menak Sopal yang kerap lelaku. Laku prihatin menajamkan mata jiwa.

Pada tahun 1718 Pangeran Taranggana menikah dengan Rara Golek. Pesta berlangsung meriah selama lima hari lima malam. Tamu hadir hilir mudik untuk memberi ucapan selamat kepada pengantin yang berbahagia.


Kembul bujana andrawina. Tamu undangan dari istana Mataram Kartasura, Tegal, Semarang, Kotagedhe, Demak, Jepara, Pati, Pengging, Sragen, Madiun, Kediri, Gresik dan Surabaya. Suguhan mbanyu mili. Tiap malam digelar kesenian rakyat : wayang kulit, kethoprak, ludruk dan wayang wong. Siang hari diisi dengan kesenian langen tayub, reyog Ponorogo, jaranan Tulungagung. Semua merasa senang gembira.


Pada tanggal 31 Agustus 1718 nama kedua mempelai ini dinamakan Taranggana Rara Golek. Atas usul Pangeran Suryoputro dua nama indah ini digabung dengan akronim Trenggalek. Jadi nama Trenggalek ini untuk menghormati Pangeran Taranggana dan Rara Golek yang sudah menjadi pasangan suami istri.


Pangeran Suryoputro adalah kakak kandung Pangeran Taranggana. Kelak Pangeran Suryoputro menjadi raja Mataram tahun 1719 – 1726, dengan gelar Kanjeng Sinuwun Amangkurat Jawi.



Jaman terus mengalami kemajuan. Status kademangan yang dipimpin oleh Menak Sopal dinaikkan menjadi Kabupaten Otonom. Daerah pemekaran itu resmi menjadi kabupaten Trenggalek.



Nilai etis filosofis bersumber dari kearifan lokal. Pangeran Taranggana dan Rara Golek menggantikan kepemimpinan Menak Sopal yang sudah lengser keprabon, madeg pandhita. Beliau mungkur ing kadonyan. Pasangan Taranggana Rara Golek membuat gembira sekalian warga. Kabupaten Trenggalek menyinarkan cahaya lahir batin. Itulah makna Trenggalek atau terang ing galih. 


B. Keutamaan Menak Sopal. 


Kiprah warga Kabupaten Trenggalek dalam membangun peradaban agung. Menak Sopal memberi contoh yang baik. Generasi muda mendapat pelajaran keutamaan. 


Trenggalek menjadi kawasan yang gumebyar kencar kencar. Tumenggung Taranggana dilantik menjadi Bupati Trenggalek pada tanggal 31 Agustus 1721. Upacara pelantikan dilakukan oleh Sinuwun Amangkurat Jawi, raja Mataram Kartasura. Kabupaten Trenggalek semakin arum kuncara.


Rerenggane kutha wis sarwa tumata. Pembangunan segala bidang berjalan lancar. Kantor kabupaten, alun-alun, masjid agung, pasar dibangun dengan megah mewah indah. Rakyat pun merasa bungah. Mereka cukup sandang, pangan, papan.

Perpindahan ibukota Mataram dari Kartasura ke Surakarta pada tahun 1745.


Jaringan kerja masyarakat Trenggalek sangat luas. Tumenggung Honggowongso sebagai pimpinan proyek mengajak pemborong bangunan dari daerah Panggul, Munjungan, Pule, Dongho, Tugu, Karangan dan Kampak. Mereka punya keahlian dalam bidang bahan bangunan marmer. Kebanyakan mereka terlalu paham kualitas bahan marmer dari Tulungagung.


Pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana III, raja karaton Surakarta Hadiningrat tahun 1749 – 1788. Seniman kabupaten Trenggalek yang berasal dari daerah Watulimo, Bendungan, Gardusari, Pogalan, Durenan dan Suruh diundang ke istana Surakarta.


Seniman ngrenggani bumi. Para seniman wayang wong diberi pelatihan tata pentas dan tata panggung. Waktu itu di Sitinggil menggelar wayang wong dengan lakon Begawan Ciptowening. Pelatihan ini membawa hasil. Seniman Trenggalek semakin menguasai jenis cerita Mahabarata. Pada tahun 1769 diselenggarakan pentas wayang wong di pendopo kabupaten Trenggalek dengan lakon Begawan Mintaraga.


Sengkut gumregut tandang gawe. Keterlibatan warga Trenggalek di karaton Surakarta Hadiningrat sangat tinggi. Pada tahun 1804 pejabat Trenggalek diundang untuk mengikuti sarasehan budi pekerti luhur. Forum ini membicarakan isi serat Wulangreh karya Sinuwun Paku Buwana IV. Beliau memberi wejangan agar seseorang menyingkiri watak adigang, adigung, adiguna. Jangan sombong dalam pergaulan. Sarasehan itu berguna untuk membina mental spiritual di kalangan generasi muda.


Gendhing Ladrang wahyu.


Pra taruna angudiya

Saniskara sanguning dumadi

Marsudi ing kawruh

Kang akeh gunane

Bisane sembada tlatenana.


Rasa pangrasa winengku ing budaya. Perhatian Kraton Surakarta Hadiningrat semakin mantab pada tahun 1871. Sinuwun Paku Buwana IX mengajak warga Trenggalek untuk mengembangkan industri gula di tanah Jawa. Pada saat itu berdiri 176 pabrik gula di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Warga Trenggalek meniti karir di pabrik gula Colomadu, Tasikmadu, Manisharjo, Rejoagung, Purwodadi, Lestari, Mrican. Semua pabrik gula itu atas gagasan Sinuwun Sri Paku Buwana IX.


Keutamaan itu berlanjut hingga masa kini. Hubungan karaton Surakarta Hadiningrat dengan kabupaten Trenggalek berlangsung dengan selaras serasi seimbang. Desa mawa cara, negara mawa tata.


C. Penerus Menak Sopal


Jasa Menak Sopal terus berlanjut lestari. Para Bupati Trenggalek yang luhuring Budi. 


1. Adipati Taranggono Kusumo I. 1721 sampai 1748. Dilantik jaman Sinuwun Amangkurat Jawi, raja Mataram Kartasura.


2. Adipati Taranggono Kusumo II. 1748 sampai 1769. Dilantik pada jaman Sinuwun Paku Buwono II, raja Karaton Surakarta Hadiningrat.



3. Adipati Taranggono Kusumo III. 1769 sampai 1793. Dilantik pada jaman Sinuwun Paku Buwono III, raja Karaton Surakarta Hadiningrat.



4. Adipati Taranggono Kusumo IV. 1793 sampai 1823. Dilantik pada jaman Sinuwun Paku Buwono IV, raja Karaton Surakarta Hadiningrat.


5. Tumenggung Joyokusumo I, 1823 sampai 1852. Dilantik pada jaman Sinuwun Paku Buwono V, raja Karaton Surakarta Hadiningrat.


6. Tumenggung Joyokusumo II, 1852 sampai 1873. Dilantik pada jaman Sinuwun Paku Buwono VII, raja Karaton Surakarta Hadiningrat.


7. Tumenggung Joyokusumo III, 1873 sampai 1902. Dilantik pada jaman Sinuwun Paku Buwono IX, raja Karaton Surakarta Hadiningrat.


8. KRT Cokrokusumo I, 1902 sampai 1926. Dilantik pada jaman Sinuwun Paku Buwono X, raja Karaton Surakarta Hadiningrat.


9. KRT Cokrokusumo II, 1926 sampai 1941. Dilantik pada jaman Sinuwun Paku Buwono X, raja Karaton Surakarta Hadiningrat.


10. KRT Cokrokusumo III, 1943 sampai 1949. Dilantik pada jaman Sinuwun Paku Buwono XI, raja Karaton Surakarta Hadiningrat.


11. Raden Noto Soegito, tahun 1949 sampai 1950

Dilantik pada masa Presiden Soekarno.


12. R Latif 1950 sampai 1951.

Dilantik pada masa Presiden Soekarno.


13. Muprapto 1951 – 1958

Dilantik pada masa Presiden Soekarno.


14. Abdul Karim Dipo Sastro 1958 – 1960

Dilantik pada masa Presiden Soekarno.


15. Soetomo Boedi K tahun 1960 sampai 1965.

Dilantik pada masa Presiden Soekarno.


16. Hardjito 1965 – 1967

Dilantik pada masa Presiden Soekarno.


17. Muladi 1967 – 1968

Dilantik pada masa Presiden Soekarno.


18. Soetran 1968 – 1974

Dilantik pada masa Presiden Soekarno.


19. Much. Poernanto 1974 – 1975

Dilantik pada masa Presiden Soeharto.


20. Soedarso 1975 – 1985

Dilantik pada masa Presiden Soeharto.


21. Haroen Al Rasyid 1985 – 1990

Dilantik pada masa Presiden Soeharto.


22. Slamet 1990 – 1995

Dilantik pada masa Presiden Soeharto.


23. Ernomo 1995 – 2000

Dilantik pada masa Presiden Soeharto.


24. Mulyadi WR 2000 – 2005

Dilantik pada masa Presiden Abdurrahman Wahid.


25. Soeharto 2005 – 2010

Dilantik pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


26. Mulyadi WR 2010 – 2015

Dilantik pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


27. Djarianto 2015 – 2016

Dilantik pada masa Presiden Joko Widodo.


28. Emil Dardak 2016 – 2018

Dilantik pada masa Presiden Joko Widodo.


29. Mochamad Nur Arifin. Tahun 2018 sampai sekarang.  Dilantik pada jaman Presiden Joko Widodo.


D. Wacan Prayoga. 


Orang Trenggalek suka sastra piwulang. Serat Wiwaha jarwa menjadi sarana pengembangan budaya adi luhung di Kabupaten Trenggalek. 


Dhandhanggula


Samya cipta ugering ngajurit

Ngaubi neng asmaradilaga

Pinuja ing batin kabeh

Titi tamat ing sampun

Ping pitulas Sakban Akhadi

Karya Jeng Sri Narendra

Wiwaha winangun

Wasiyat kang tapak asta

Jeng Susunan Paku Buwana kaping Tri

Ingkang mangka pusaka.


Marang putra wayah Sri Bupati

Caritane wiku Wintaraga

Pinethik ing watek sane

Luhur darajatipun

Sabar ririh ambek basuki

Yeku minangka kutha

Linuwih pinunjul

Angunjara ing luamah

Kuwat maring beka mantep trima aris

Nugraha geng wekasan.


Iku Kembar Goraning Sabumi

Taksih wau ing mangsa Kalima

Kurantil suka anggepe

Inganggep maring ngelmu

Ora batal sayekti dadi

Inganggep maring praja

Wewengkoning wahyu

Teteping wahyu enggennya

Awit sabar maklum pamikating sakti

Ning tyas prabawaning rat.


Purwaning reh wasita tinulis

Jumungah Pon ing wulan Ramelan

Nuju sapisan tanggale

Prangbakat wukunipun

Ing Kasanga mangsa marengi

Taun Dal windonira Kuntara lumaku

Sangkalanira ingetang

Trus Putra Pandita Raja pan marengi

Siang pukul sadasa.


Srat Wiwaha kagengan Nerpati

Kang tinedhak tapak astanira

Jeng Sinuhun kang sumare

Milanipun tinurun

Apan ngalap barkat sayekti

Tan purun ngowahan

Ing wiwitanipun

Mila dinekek ing wuntat

Sengkalane kala paneratireki

Sampun sinangkalan.


Nir ing sikara Goraning Bumi

Senen Legi kaping nem tanggalnya

Rabingulakhir sasine

Mangsa akhir Kacatur

Wuku Bala taun Be nenggih

Maksih windu Kuntara

Lamine nggen nuru

Ing pitung sasi nem dina

Panulise angsal sapada ndang mari

Karya dadya wacana.


Wusnya sosotya Retna Dewati

Pan ingayap ceti munggeng ngarsa

Tebih let madya tilame

Wetan Wilotameku

Dananjaya sumiweng resmi

Tan pae lan supraba

Rengganing pangungrum,

Wusnya Retna Wilotama

Pan agantya Retna Surendra saresmi

Nutug doning asmara.


Nulya ngaler Sang Retna Warsiki

Wusnya nutug pamonging asmara

Sang retna katri kantune

Cinatur ngalih dalu

Gilirane ingkang nyatunggil

Amung Retna Supraba

Ingkang tigang dalu

Tampi ping kalih sawulan

Ngalih dalu kapitu kang widadari

Supraba tigang dina.


Tinimbalan mring Hyang Endra prapti

Anetesi nenggih pitung wulan

Dinusan marta kasekten

Parta ingatag sampun

Anginggahi kang rata manik

Kinen ngayat gandewa

Mekak talinipun

Pangayatireng gandewa

Ngamet barat panglepase kang jemparing

Binobot ingkang barat.


Samya dedelengen kang apsari

Sanggen-enggen sami onengira

Lumareng Parta dulune

Kawisasat ing dulu

Kabeh sedih binubuh agring

Sinungsung ing sungkawa

Kinawaweng lutut

Apsari kapiutangan

Mapan samya kinenan siwala resmi

Maring Sang Dananjaya.


Patang dina pitung dina maksih

Sasambate widadari samya

Kakurungan ing driyane

De Parta pesatipun

Saking Endraloka pan kadi

Yayah kapaten suta

Sumpeg sebel samun

Tyasnya parapsari Kendran

Kuneng sambat sagung para widadari

Lampahe Sang Arjuna.


Sampun prapta ing prajanireki

Cumunduk ing lena lapakanya

Sumungkem ngusap padane

Mring raka kalihipun

Ari kalih samya nungkemi

Lir mega ngemu jawah

Udan kapatipun

Sami sagung taru lata

Wiyah-wiyah suka kadang warga samwi

Tuwing wong sanegara.


Contoh tentang patriotisme Arjuna dapat dicontoh oleh sekalian generasi muda. Sebagai prajurit sejati hendaknya mempunyai sikap berani karena benar dan takut karena salah. Arjuna sebagai lelananging jagad telah berjasa memusnahkan segala bentuk angkara murka. Arjuna dalam berjuang selalu berprinsip berani karena benar, takut karena salah. Itulah membela kebenaran dan keadilan.


Sinom


Sakathahing wana griya

Ingkang kalintangan sami

Dening widadari ika

Kang munggeng ing kanan keri

Nira wau kang margi

Nanging ta datan kadulu

Dening sami kalingan

Ing ima kalingan margi

Datan awas nanging wau katingal.


Saking genira kalingan

Dening awun-awun sami

Ya ta wonten kang bramara

Paksane angingsep sari

Maduning sekar kuning

Nunten kalingan wun-awun

Sekar suwarna ika

Bramara cuwa ing kapti

Agya miber bramara marang ngawiyat.


Angambul swaraning kombang

Cuwa pangisepireki

Wonten ta kang paksi merak

Mencok ing epangireki

Kayu candana nenggih

Ngakingaken elaripun

Elaring merak ika

Kasebit pang candaneki

Denya mencok sang merak ayun-ayunan.


Mangkan ta Sang Arjuna

Ing sami myarsanireki

Ing wuwuse Sang Niwata

Enggonira anjateni

Dhateng Sang Wara Dewati

Supraba apan karungu

Dhateng ing Sang Arjuna

Sawuwuse Sang Dityaji

Wus kapungkur sawecanane Niwata.


Menak Sopal memberi teladan keutamaan. Naskah pementasan wayang wong di Kabupaten Trenggalek tahun 1763 ini bersumber dari Serat Wiwaha Jarwa. 


Yasan Sinuwun Paku Buwono III, raja Surakarta Hadiningrat menjadi sarana untuk mengembangkan seni edi peni. Tokoh masyarakat Trenggalek yang berkibar di tingkat nasional selalu sadar arti penting perjalanan sejarah nenek moyang. Rum kuncaraning bangsa dumunung ing luhuring budaya.rel

Share:
Komentar

Berita Terkini