![]() |
Ist |
Garda.id | Pembukaan Alas Mentaok beserta dengan turunnya wahyu jatmika. Dalam serat wedhatama disebutkan tata cara Panembahan Senapati melakukan lara lapa tapa brata. Mesu budi ing madyaning jaladri.
Berdirinya Kraton Mataram diawali dengan babat alas Mentaok. Pada tanggal 3 April 1575 alas Mentaok bernama Kotagedhe. Daerah yang selaras untuk pusat pemerintahan pendidikan ketrampilan dan kebudayaan. Sruning brata ketaman wahyu jatmika.
Kotagedhe sebagai ibukota Mataram merupakan kelanjutan Kraton Pajang. Pada tanggal 24 Juli 1546 Jaka Tingkir naik tahta di Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Hadiwijaya. Kedudukannya direstui oleh Sunan Giri, seorang wali sekaligus penasehat politik Jawa yang tinggal di Kewalian Sunan Giri Gresik. Sultan Hadiwijaya yang arif bijaksana itu segera mendapat pengakuan dari adipati adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan salah seorang anak Sultan Prawoto yaitu Arya Pangiri diangkat menjadi Adipati Demak.
Sigra milir sang gethek sinangga bajul. Kawan dasa kang njageni. Dalam usahanya untuk menegakkan kekuasaan Pajang, Sultan Hadiwijaya harus berhadapan dengan Adipati Jipang, Arya Penangsang, putra Sekar Seda Lepen yang tidak rela tahta Demak diambil oleh Sultan Hadiwijaya, karena ia hanya menantu Sultan Trenggana. Sultan Hadiwijaya membuat strategi yang jitu untuk menghadapi. Ia percaya bahwa dirinya akan mampu mengalahkan.
Jipang Panolan trah Demak. Arya Penangsang, terkenal memiliki senjata amuh, yakni Keris Kyai Setan Kober, yang selalu menggetarkan dan mempecundangi musuh. Kemudian atas nasihat dari para pinisepuh, Sultan Hadiwijaya mengadakan sayembara, siapa saja yang dapat mengalahkan Penangsang akan mendapatkan hadiah, tanah Pati dan Mataram. Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya memiliki pusaka Keris Kyai Crubuk.
Arya Penangsang dapat dikalahkan oleh Danang Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan.
Karena kesuksesan ini merupakan strategi Pemanahan dan Penjawi, maka Sultan Hadiwijaya menganggap kemenangan Danang Sutawijaya tersebut adalah juga kemenangan Pemanahan dan Penjawi.
B. Ratu Mas Pathi.
Tanah Pati merupakan leluhur Mataram. Kelak anak Ki Ageng Penjawi yang bernama Ratu Waskitha Jawi atau Ratu Mas Pathi menikah dengan Panembahan Senapati. Lahir Raden Mas Jolang atau Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati.
Lantas Sultan Hadiwijaya memberikan tanah tersebut kepada mereka berdua. Ki Ageng Penjawi mendapatkan tanah Pati, sebuah kadipaten di pesisir utara yang telah maju. Sedangkan Pemanahan mendapatkan tanah Mataram yang masih berupa hutan Mentaok. Menurut silsilah, Pemanahan adalah putra dari Ki Ageng Enis, cucu Ki Ageng Sela. Alas Mentaok tersebut berada saat ini tepatnya di Kotagedhe, Yogyakarta. Pemanahan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Ki Ageng Mataram.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya Abdul Hamid Syah Alam Akbar. Raja Pajang suka gembira untuk menyerahkan tanah Mentaok atau Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan.
Berdasarkan ramalan Sunan Giri, diprediksikan Mataram kelak akan menjadi sebuah kekuatan yang besar yang menjadi pusat politik di tanah Jawa.
Atas nasihat Jurumartani, kemudian Pemanahan menghadap Sunan Kalijaga meminta bantuan. Sunan Kalijaga kemudian memberikan fatwa tuntutan Pemanahan tidak salah, sebab menurutnya seorang raja harus konsisten dengan ucapannya sabda pandita ratu tan kena wola wali.
Ki Ageng Pemanahan dalam waktu singkat mampu membuat Mataram beserta rakyatnya maju. Namun sebelum dapat ikut menikmati hasil, tahun 1575 ia menderita sakit dan meninggal dunia, surut ing kasedan jati. Usahanya kemudian dilanjutkan oleh sang anak yaitu Danang Sutawijaya atau Ngabehi Loring Pasar. Ia terkenal sebagai seorang ahli strategi perang dan dikenal dengan nama Senopati ing Alaga.
Setelah Pajang surut dari gelanggang kekuasaan, maka Mataram menjadi penggantinya. Tujuh tahun setelah meninggalnya Ki Ageng Pemanahan tahun 1575. Tahun 1582 Sultan Hadiwijaya juga meninggal. Sutawijaya kemudian memindahkan menyelamatkan tahta Pajang ke Mataram dan ia menjadi raja bergelar Panembahan Senopati tahun 1575-1601.
Dengan demikian Mataram kemudian naik status menjadi sebuah kerajaan. Pengangkatan dirinya sendiri menjadi raja Mataram memperoleh dukungan penuh. Hampir semua tanah Jawa bagian tengah dan timur tunduk di bawah Mataram. Keyungyun dening pepotaning kautaman.
Panembahan Senopati meninggal pada tahun 1601. Trah Mataram dimakamkan di Puroloyo Kotagede. Bersama dengan makam Jaka Tingkir, Ki Ageng Pemanahan, Juru Martani dan Prabu Hadi Hanyakrawati.
Mendra saking Wisma. Panembahan Senapati berhasil meletakkan dasar dasar kerajaan Mataram. Berlainan dengan raja raja lainya di kemudian hari, yang dikenal dengan gelar Susuhunan atau Sultan, Senopati dikenal dengan gelarnya Panembahan Senapati ing Alaga Abdurrahman Sayyidin Khalifatullah Panetep Panatagama.
Para raja yang pernah memerintah di kerajaan Mataram yaitu:
1. Panembahan Senopati (1579-1601)
2. Panembahan Hanyakrawati (1601-1613)
3. Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1646)
4. Sunan Amangkurat I (1647-1677)
5. Sunan Amangkurat II 1677 -1703.
6. Sunan Amangkurat III 1703 -1708.
7. Sunan Paku Buwana I 1708- 1719.
8. Sunan Amangkurat IV 1719- 1726.
9. Sunan Paku Buwana II 1726 -1749.
10. Sunan Paku Buwana III sejak tahun 1749 -1788.
C. Mesu Budi Tapa Brata.
Gilanglipuro merupakan dhampar keprabon Kraton Mataram. Tahta kerajaan yang berupa batu sakti ini dibangun wewangunan edi peni. Sinuwun Paku Buwana II membangun pada tahun 1746.
Sekitar Gilanglipuro dulu berupa sendang. Danau itu berair jernih. Untuk lelaku siram jamas. Dalam rangka menambah kewibawaan dan legitimasi, raja-raja Mataram yang berasal dari orang biasa, keturunan Ki Ageng Pemanahan kemudian membuat suatu silsilah untuk menunjukkan bahwa garis keturunan ibu mereka adalah keturunan para wali yang berujung kepada nabi Muhammad, silsilah penengen.
Dari garis keturunan bapak mereka berasal dari keturunan para dewa dan sekaligus Nabi Adam. Wajar bila trah Mataram selalu kewahyon. Dari garis keturunan ibu dapat disebutkan bahwa mereka berasal dari Syeh Wali Lanang yang merupakan putra dari Syeh Maulana Ishak bin Syeh Jungeb.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini kutipan silsilah penengen silsilah dari garis ibu.
1. Syeh Jungeb berasal dari Arab Saudi dan keturunan Nabi Muhammad
2. Syeh Maulana Ishak
3. Syeh Wali Lanang
4. Sunan Giri I
5. Sunan Giri II
6. Ki Ageng Saba
7. Nyi Ageng Pemanahan, ibu Panembahan Senopati
Dengan adanya silsilah pangiwa dan penengen ini diharapkan masyarakat akan mengetahui bahwa raja raja mereka adalah keturunan dari tokoh tokoh yang kuat dan terkenal. Dengan demikian pengungkapan hal tersebut akan menambah legitimasi dan wibawa kepada mereka. Babad Tanah Jawi meriwayatkan asalsilah Panembahan Senopati.
Jumeneng Dalem Nata ing tahun 1579. Surud Dalem ing tahun 1601. Prameswari Dalem nomer 1 Ratu Mas Waskitha Jawi, putrinipun Ki Ageng Penjawi Pathi.
Prameswari Dalem nomer 2, GKR Retno Dumilah, putrinipun Panembahan Mas ing Madiun, Putra Dalem Kanjeng Sultan Bintara III ing Demak. Keturunan Panembahan Senopati serba mumpuni.
1. GKR Pambayun garwanipun Ki Ageng Mangir.
2. Pangeran Ronggo ingkang gelut kaliyan ula seganten Kidul. Ibu saking Kalinyamat.
3. K.P. Adipati Puger ing Demak, asma R.M. Kenthol kajuron miyos saking Nyai Adisoro.
4. Gusti seda timur.
5. G.R.Ay. Adip. Teposono asma G.R.Aj. Dhenok miyos saking Nyai Adisoro.
6. Gusti seda timur.
7. KP Panembahan Puruboyo, kang ibu saking Giring (Jaka Umbaran)
8. K.P. Adipati Wiromanggolo, kang Ibu saking Kajoran.
9. Gusti seda timur.
10. K.P. Adipati Joyorogo ing Ponorogo, kang Ibu saking Kajoran. R.M. Bathothot.
11. Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Prabu Adi Hanyakrawati. Asma GRM Jolang. miyos saking Prameswari nomer 1 saking Pathi.
12. G.R.Ay. Demang Tanpa Ngakil asma G.R.M. Jali miyos saking Prameswari nomer 1.
13. Gusti seda timur saking Prameswari nomer 1.
14. G.R.Ay. Wiromantri ing Ponorogo, asma G.R.AJ. Juwok, miyos saking Prameswari no 1.
15. G.R.Ay. Pangeran Radin ing Kajoran.
16. G.R.Aj. Laweh, miyos saking Prameswari no 1.
17. Gusti seda timur saking Prameswari nomer 1.
18. G.P. Adipati Pringgoloyo asma G.R.M. Julik miyos saking Prameswari nomer 2 Retno Dumilah.
19. K.P. Panembahan Juminah, asma G.R.M. Bagus. miyos saking Prameswari nomer 2 Retno Dumilah.
20. G.R.Ay. Demang Tanpa Nangkil, ngarang ngulu asma G.R.AJ. Sedep, miyos saking Nyai Breminto.
21. K.G. Adipati Martoloyo ing Madiun, asma G.R.M. Kanitren, miyos saking Prameswari Retno Dumilah.
22. G.P. Adipati Puger, miyos saking Nyai Breminto, asma G.R.M. Tembaga.
23. K.P.H. Tanpa Nangkil, asma G.R.M. Kadhawung, miyos saking Nyai Suwanda.
Putra Putri Dalem, sadaya wonten 23, ingkang sugeng namung 18. Putra Kakung wonten 11, Putra Putri wonten 7. Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Panembahan Senopati ing Ngalaga sumare ndherek Rama Dalem Ki Ageng Pemanahan wonten ngandhapipun, jejer Rayi Dalem Adipati Gagak Baning ing Pajang sedherek tunggil ibu. Dados sumare wonten Astana Luhur Kota Gedhe.
Nagari Pajang lajeng pindhah dateng Mataram. Ingkang jumeneng narpati, Risang Sutawijaya ajejuluk Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Panembahan Senopati Ngalaga ing Nagari Mataram. Prameswari dalem angka setunggal Kanjeng Ratu Mas, putrinipun Ki Ageng Penjawi ing Pathi. Peputra: Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati ing Mataram. Putra Dalem nomer 3 Adipati Puger ing Demak.
Ingkang nurunaken nata, putra nomer 12. Panembahan Juminah, putra K.R. Retno Dumilah peputra Pangeran Hario Balitar, peputra Tumenggung Balitar, peputra Kanjeng Ratu Paku Buwana I, Prameswari Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Paku Buwana I peputra Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Prabu Amangkurat Jawa ing Kartasura.
Wahyu Mataram Gilanglipuro sarana untuk pengabdian. Amemangun karyenak tyasing sesama.
D. Ilmu Guna Kawijayan.
Wong Agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senapati. Sebuah predikat wahyu Mataram Gilanglipuro yang penuh kreatif dan apresiatif. Setelah berhasil melanjutkan kekuasaan Pajang, Danang Sutawijaya tahun 1582 memindah pusat kerajaan menuju Mataram. Dalam bidang budaya Panembahan Senopati menyempurnakan bentuk wayang dengan tatahan gempuran.
Ilmu iku kelakone kanthi laku. Kanjeng
Panembahan Senopati merupakan tokoh yang berhasil membuat anyaman wahyu jatmika. Maka mistik dan politik yang penuh keteladanan bisa memandu alam pikiran Jawa.
Pribadi Ngabehi Loring Pasar sebagai personifikasi tahapan pemahaman tertinggi. Konsep yang jitu, yaitu manggalih artinya mengenai soal soal esensial, pasca manah, artinya membidikkan anak panah, mengenai soal soal problematis di jantung kehidupan, pusat lingkaran, yang dikenal sebagai jangka. Itulah makna jangka jangkah jangkaning jaman.
Tumuruning wahyu jatmika atau wahyu Mataram. Babad Mataram telah mewariskan keteladan. Generasi muda mendapat pelajaran yang keluhuran. Nulada laku utama.
Wahyu Mataram Gilanglipuro diperoleh dengan lara lapa tapa brata. Sruning brata ketaman wahyu jatmika. Mesu budi demi pematangan pribadi.
Sinom
Saben mendra saking wisma,
Lelana laladan sepi,
Ngingsep sepuhing supana,
Mrih pana pranaweng kapti,
Tistising tyas marsudi,
Mardawaning budya tulus,
Mesu reh kasubratan,
Ing madyaning jaladri,
Sruning brata ketaman wahyu jatmika.
Sri Mangkunagara IV melukiskan tapa brata Panembahan Senapati lewat serat Wedhatama. Sastra piwulang ini bisa digunakan untuk memahami ngelmu kasampurnan.rel/purwadi