Ramalan Joyoboyo tentang Prabowo Subianto

Share:
PRABOWO


GARDA.ID | Ramalan Joyoboyo tentang Prabowo Subianto


Purwadi Ketua Lokantara 


1.Jaman Kertoyugo


Pada jaman kertoyugo masyarakat adil makmur, murah sandang pangan papan. Negara gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja. 


Ratu adil Herucokro bertahta dengan bijak bestari. Kehadiran Prabowo Subianto digambarkan oleh Prabu Joyoboyo. Raja Kediri yang waskitha ngerti sakdurunge winarah. 


Sinom


Lereme pangisruh praja, 

Sinapih nata ginaib, 

Sinebut Ratu nglenggana, 

Sabar darana linuwih, 

Jroning masih piningit, 

Kerep kagarap kablituk, 

Akeh kang katambuhan, 

Nama jejuluk sang aji, 

Prabowo ber budi adil paramarta. 


Ramalan Joyoboyo itu terbukti pada tanggal 14 Pebruari 2024. Warga nusantara memilih sebagai Presiden RI. Berdasarkan pengesahan Mahkamah Konstitusi tanggal 22 April 2024. KPU lantas menetapkan Prabowo Subianto sebagai Presiden tahun 2024 - 2029.


Ungkapan tentang ramalan Joyoboyo perlu direnungkan. 

Kali ilang kedhunge pasar ilang kumandhange. Begitu ramalan Prabu Joyoboyo dalam membaca owah gingsire jaman. Sang Prabu adalah raja Kraton Kediri yang waskitho ngerti sakdurunge winarah.


Prabu Joyoboyo memang narendro agung binathoro mbahu dhendho nyokrowati. Dalam memerintah kerajaan Kediri yang beribukota di Dahono Puro, Sang Prabu selalu menjunjung tinggi etika ber budi bowo laksono. Wilayah kerajaan Kediri sangat luas, maka diperlukan sikap konsekwen dan konsisten. Satunya kata dan perbuatan.


Warisan masa silam dihayati oleh Prabowo Subianto. Jasmerah, jangan sekali kali meninggalkan sejarah. Masa lampau memberi wulang wuruk. 


Pujangga kerajaan Kediri dijadikan pandam pandom panduming dumadi. Prabu Joyoboyo memperhatikan nasihat Empu Sedah, Empu Panuluh dan Empu Darmojo. Empu Sedah mengajarkan ilmu sangkan paraning dumadi. Empu Panuluh memberi kawruh joyo kawijayan guno kasantikan.


Empu Darmojo memberi wedharan tata praja. Wulangan wejangan wedharan sarjono winasis itu dihayati oleh Sri Baginda. Prabu Joyoboyo bisa tampil sebagai pemimpin yang ambeg adil poromarto.


Leluhur raja Kediri senantiasa amemangun karyenak tyasing sesama. Seperti eyangnya Prabu Joyoboyo yang bernama Sinuwun Prabu Kamesworo. Sang kakek memberi contoh diplomasi dengan negeri di Asia Selatan, Asia Barat dan Asia Timur. Bahkan pada tahun 1105 Prabu Kamesworo mendatangkan guru agama dari Negeri Mesir. Namanya Haji Syekh Syamsujen. Kelak menjadi guru spiritual Prabu Joyoboyo. Agomo ageming aji sebagai landasan ajaran memayu hayuning bawono.


Kearifan lokal merupakan referensi berharga bagi Prabowo Subianto. Ramalan Prabu Joyoboyo terbukti. Umpamanya tanah Jawa sabukan wesi. Buktinya sekarang seluruh pangkal ujung pulau Jawa terdapat rel kereta api. Kebo bule mulih menyang kandhange. Bangsa Eropa lepas dari kepulauan nusantara.


Bangsa Nusa Tembini dadi raja saumure jagung. Tanda bahwa Jepang memerintah selama tiga setengah tahun. Begitulah ramalan Joyoboyo untuk membaca owah gingsiring jaman.


2.Jaman Kaliyuga. 


Alam mengalami perubahan. Jaman kertoyugo berubah menjadi jaman kaliyugo. Keadaan negeri mulai susah. Keamanan terganggu. Maka perlu pemimpin yang hadir sebagai satriya piningit. 


Joyoboyo memberi ramalan tentang jaman kaliyugo. Dalam tembang sinom Prabowo Subianto dilukiskan sebagai raja Herucokro. 


Sinom. 


Nama Herucokro raja, 

Ngedhaton  Ketangga Pekik, 

Prajurit bangsa sirullah, 

Kang molah luluh kapilis,

Singa mungkir kajungkir,

Mangsah rebah kabarubuh, 

Saking kersaning Sukma, 

Akarya bawana balik, 

Dur angkara tumuli lebur sirna. 


Prabowo Subianto dianggap sebagai raja Herucokro. Berwenang untuk menata dunia. Oleh karena mau belajar kebijaksanaan hidup. Ilmu iku kelakone kanthi laku. 


Guru yang mbabar kawruh pada Prabu Joyoboyo bernama Syekh Syamsujen. Ilmu Iku Kelakone Kanthi Laku. Lekase lawan kas. Tegese kas nyantosani. Setya budya pangekesing dur angkara.


Prabu Joyoboyo raja Kediri yang terkenal memiliki doyo linuwih. Haji Syekh Syamsujen mengajari loro lopo topo broto. Sang Prabu biasa topo kungkum, topo pendhem, topo gantung, topo ngrowot, topo mutih. Kadang kadang juga menjalankan lelaku mirip sato kewan. Yakni topo ngalong, topo ngidang, topo ngiwak.


Pada bulan Suro Sri Baginda tak lupa lelaku nggenioro mbanyuoro. Pada bulan ruwah Prabu Joyoboyo melakukan topo ngrawe, yaitu berusaha menyenangkan orang banyak.


Kepribadian Prabu Joyoboyo sungguh paripurna. Kebijakan raja Kediri ini amat memikat sesama sahabat. Bebasan kang cerak manglung, kang tebih mantiyung.


Khalifah Bagdad mengirim delegasi untuk berkunjung ke Kraton Kediri. Tim dari Bani Umyyah Irak ini belajar sistem irigasi Kali Brantas. Keluhuran budi Prabu Joyoboyo membikin bangsa manca kayungyun marang pepoyane kautaman.


Tiap saat mereka pasok bulu bekti yang berupa glondhong pangareng areng. Sebagian lagi caos peni peni rojo peni, guru bakal guru dadi, emas picis rojobrono.


Tepa palupi itu telah direnungkan oleh Prabowo Subianto. Wejangan luhur nenek moyang berguna untuk panduan seorang pemimpin. 


Kraton Kahuripan, Kraton Jenggolo, Kraton Singosari menjalin persahabatan lahir batin. Demi eratnya kekeluargaan, Retno Sedhah Mirah, putri Prabu Joyoboyo dijodohkan. Cucu Sekartaji yang cantik jelita ini dinikahkan dengan Prabu Ronggowuni raja Singosari. Kerajaan Kediri dan Singosari terikat oleh tali perkawinan. Usaha demikian dalam rangka untuk mewujudkan kumpule balung pisah.


Berkat didikan Haji Syekh Syamsujen itu pula, Prabu Joyoboyo menjadi raja yang putus ing reh saniskoro. Sang Prabu tahu unggah ungguhing boso, kasar alusing roso, jugar genturing topo. Poro kawulo yang tinggal di kutho ngakutho, deso ngadeso, gunung ngagunung sangat hormat dan berbakti.


Hormat pada leluhur dilakukan oleh Prabowo Subianto. Perjuangan perlu ketabahan. Lila lan legawa kanggo mulyaning negara. 


3.Jaman Kali Sengoro. 


Puncak dari kemerosotan terjadi pada jaman Kali Sengoro. Penyimpanan sosial begitu parah. Etika dilanggar. Orang hidup makin sengsara. 


Prabu Joyoboyo memberi petunjuk. Manusia perlu eling lan waspada. Ramalan ini ditujukan sebagai terapi sosial. Agar masyarakat kembali ayem tentrem. 


Sinom. 


Yogya isining bawana, 

Tan ana winalang ati, 

Muwah muwuh sandang boga, 

Sirna kang durjana juti, 

Tobat durtane sebit, 

Mulat wilalating ratu, 

Turun ping wolu sirna, 

Tanpa karananing jurit, 

Mung kayungyun pepoyaning kautaman. 


Ramalan Joyoboyo tepat sekali. Prabowo Subianto tampil sebagai satriya utama. Rakyat terpikat oleh visi misi yang berisi. 


Dalam lintasan peradaban, Prabowo Subianto banyak memberi kontribusi. Dari gunung desa kota merata. Terutama bila ingat wedharan nenek moyang. 


Jongko jangkane jaman merupakan ramalan Prabu Joyoboyo. Kanjeng Sinuwun Prabu Joyoboyo memberi ramalan tentang jenis jenis jaman.


Ramalan Prabu Joyoboyo selalu tepat. Ada empat jaman, yaitu jaman Kartoyugo, jaman Partoyugo, jaman Kaliyugo, kali Sengoro. Jaman Kartoyugo. Pada jaman Kartoyugo ini bumi nusantara adil makmur, murah sandang pangan papan. Sawah luas, sungai mengalir, hutan hijau, gunung biru.


Terjadi pada masa kerajaan Medang, Kahuripan, Singosari, Jenggolo, Doho, Kediri dan Majapahit. Pemimpin dan rakyat bersatu padu. Tanah Jawa bisa mewujudkan prinsip manunggaling kawulo Gusti.


Pada jaman kepemimpinan Prabowo Subianto ini bumi nusantara semakin moncer. Terjadi pada masa kerajaan Demak, Pajang, Mataram, Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran dan Paku Alaman.


Nusantara memiliki budaya adi luhung, seni edi peni. Budaya adi luhung berhubungan dengan nilai filosofis atau pemikiran. Seni edi peni berhubungan dengan nilai estetis atau keindahan.

Tokohnya Kyai Yosodipuro, Ronggowarsito, Paku Buwono dan Mangkunagoro. Mereka adalah pujangga besar yang mewariskan peradaban. Rum kuncaraning bongso, dumunung ing luhuring budoyo.


Cerita tentang ramalan diperhatikan oleh Prabowo Subianto. Misalnya tentang jaman Kaliyugo. Pada jaman ini bumi nusantara diganggu oleh pemimpin palsu. Tiap menjelang pemilihan umum, mereka mendekati rakyat. Ngalor ngidul mau membela rakyat. Sekolah akan gratis, berobat akan gratis.

Demi ambisi kekuasaan, tak segan segan sogok sana sini. Setelah berhasil menjabat, mereka lupa laut darat.


Kerap sekali pada jaman pemimpin gadungan ini biasa omong mencla mencle. Esuk omong dhele, sore dadi tempe. Jaman Kaliyugo orang suka melanggar tata krama.


Perlu diketahui tentang jaman Kali Sengoro. Pada jaman Kalisengoro ini banyak sekali berita hoax seliweran. Orang berbohong dengan media sosial. Informasi dan teknologi jadi alat tipu tipu. Hp, Internet, email, radio, televisi digunakan untuk saling serang. Ujung ujungnya banyak korban. Apalagi saat ada bencana dunia. Wabah penyakit menular. Lantas diolah untuk membuat gaduh dan kisruh. Ketika masyarakat panik, para penipu ini mengambil keuntungan. Pembohong ini mengail di air keruh.


Oleh karena itu, Prabu Joyoboyo bersabda dengan bijaksana. Sing bener ketenger, sing salah seleh. Becik ketitik, olo ketoro. Sapa kang mbibiti olo, wahyune bakal sirno. Inilah ajaran Prabu Joyoboyo. Agar kita selalu eling lan waspodo.


4.Jaman Kerto Raharjo. 


Prabowo Subianto mendapat amanat besar. Dari Sabang sampai Merauke punya harapan gemilang. Inilah jaman kerto raharjo.


Jongko Joyoboyo menjadi pedoman bagi masyarakat Jawa. Disebutkan negeri panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, teta tentrem kerta raharja. 


Untuk membaca tanda tanda jaman. Owah gingsiring jaman dibaca susuai dengan perlambang alam. Cakra manggilingan, bahwa roda dunia selalu berputar. Siang malam pagi sore, bungah susah silih berganti. Maka orang jangan adigang adigung adiguna. Nasib orang sewaktu waktu bisa berubah. Giri lusi janma tan kena ingina. 


Dalam meniti karir kepemimpinan, Prabowo Subianto punya tekat kuat. Referensi kitab klasik dibaca. Guna menggali kebajikan yang bersumber dari masa lampau. 


Para murid Sri Aji Joyoboyo setia melestarikan ajaran utama. Mereka adalah Prabu Anglingdarna, Empu Tantular, Adipati Sri Makurung Handayaningrat, Ki Ageng Ngerang, Syekh Siti Jenar dan Ranggawarsita. Jalma limpat seprapat tamat.


Murid Prabu Joyoboyo pada umumnya bisa kontak batin. Perasaan mereka halus lembut laksana sutra. Bisa membaca tanda tanda jaman. Pandangan Prabu Joyoboyo menerabas lintas batas. Angelangut bebasan tanpa tepi.

Sembah kalbu yen lumintu dadi laku. Manggih hayu ayem tentrem kang tinemu. Dalam bermeditasi telah mencapai derajat rasa jati, sari rasa jati, sarira sajati.


Dengan penuh konsentrasi spiritual, murid Prabu Joyoboyo memang handal. Rasa tunggal, sari rasa tunggal, sarira satunggal. Inilah puncak manunggaling kawula Gusti.

Kawruh sangkan paraning dumadi telah dikuasai. Hakikat kehidupan benar benar direnungkan dalam hati sanubari.


Berkali kali Prabowo Subianto ikut pemilihan Presiden dengan sepenuh hati. Sapa tekun bakal antuk teken. Wekasan tekan. 


Prabu Joyoboyo mewariskan ngelmu kasampurnan. Sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa. Selaras dengan tingkatan kama arta darma muksa. Syekh Syamsujen memberi wejangan kepada Prabu Joyoboyo tentang syariat tarikat hakikat makrifat. Ilmu iku kelakone kanthi laku. Kematangan kawruh batin Prabu Joyoboyo diperoleh dari Syekh Syamsujen. Ulama besar dari Mesir ini datang khusus ke Kerajaan Kediri sebagai guru spiritual.


Dalam sejarahnya Syekh Syamsujen masih keturunan Syekh Subakir. Guru besar spiritual ini punya padepokan di Gunung Tidar. Menjadi pengajar ngelmu kasampurnan pada masa kerajaan Mataram. Murid murid Prabu Joyoboyo tergabung dalam Paguyuban Honggodento. Tiap bulan Sura mengadakan tata cara di Goa Sela Mangleng, Mamenang Kediri. Lantas dilanjutkan dengan acara labuhan di Parangkusumo.


Jawa jiwa kang kajawi. Kejawen bagi penghayat yang tergabung dalam Paguyuban Honggowongso selalu melestarikan ajaran Sri Aji Joyoboyo. Demi keselarasan jagad gumelar dan jagad gumulung.


Tanggal 20 Oktober 2024 bangsa Indonesia berbahagia. Prabowo Subianto memimpin nusantara dengan bijaksana. Rakyat mengalami jaya sejahtera. 


Jarweng jalma sekar pupujan Sri Kresna.  

Wong perwira ngudi jayaning negara. Rel

Share:
Komentar

Berita Terkini