Kencono Wungu Ratu Bang Wetan

Share:

 

Ist



GARDA.ID | Kencono Wungu Ratu Bang Wetan


Purwadi, 

Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, 

hp. 087864404347


A. Putri Pendekar Utama


Raden Ajeng Sukaptinah atau Ratu Kencono Wungu berperan dalam proses berdirinya Kabupaten Bondowoso. Makna Kabupaten Bondowoso perlu analisa semantik. Bondowoso Berarti Pengikat Bondho Paringe Sing Moho Kuwoso. Makna Bondowoso perlu penjelasan yang memadai. Kata Bondo, bermakna tali pengikat. Anugerah tukar atau yang Moho Kuwoso kepada manusia merupakan bentuk kasih sayang.


Wujudnya bisa berupa harta benda atau bondho. Bondho kang mbondo, bermakna harta yang diikat. Ikatannya melalui kerja keras, maha, rajin bekerja, tekun belajar, gemi, nastiti, ngati-ati. Bondowoso bisa diberi makna bondho dowo sing digowo supoyo sarwo biso.


Nama Bondowoso diberikan oleh Adipati Cokronagoro, Bupati Sumenep Madura, pada hari Selasa Kliwon 25 Syawal 1234 H atau 17 Agustus 1819. Adipati Cokronagoro masih kakaknya Bupati Cakraningrat, Adipati Pamekasan. Pemekaran Kabupaten Bondowoso setelah pendirian kabupaten Panarukan tahun 1818. Biaya pemekaran kabupaten tentu besar sekali. Pengadaan tanah, kantor, gedung dan belanja rutin harus tersedia cukup.


Pendukung utama pendirian Kabupaten Bondowoso adalah Raden Ajeng Sukaptinah, putri Adipati Cakraningrat, Bupati Pamekasan. Beliau menjadi garwa prameswari Sinuwun Paku Buwono IV, raja kraton Surakarta Hadiningrat tahun 1788 – 1820.


Posisi Raden Ajeng Sukaptinah sangat penting atas kebijakan politik di Kraton Surakarta, Jawa Timur dan Madura. Semua kabupaten yang berdiri sebelum tahun 1850 umumnya atas usulan Raden Ajeng Sukaptinah. Di kraton Surakarta Raden Ajeng Sukaptinah bergelar Kanjeng Ratu Kencono Wungu. 


Putra sulung angkat Raden Ajeng Sukaptinah bernama Raden Sugandi. Sejak tahun 1820 menjadi raja Surakarta dengan gelar Sinuwun Paku Buwono V. Putra Raden Ajeng Sukaptinah yang kedua bernama Raden Malikis Sholihin, tahun 1830 menjadi raja Surakarta dengan gelar Sinuwun Paku Buwono VII. Sesungguhnya para raja Surakarta sampai kini memang berdarah Jawa Madura.


Pejabat Bupati Bondowoso diserahkan kepada Adipati Kertonegoro. Beliau putra Adipati Yudonagoro, Bupati Surabaya. Ibunya bernama Ratu Inten, putri Adipati Cokronagoro, Sumenep. Pelantikan dilakukan oleh Sinuwun Paku Buwono IV. Surat keputusan diserahkan oleh Patih Sosroningrat pada tanggal 17 Agustus 1819 atau 25 Syawal 1234 H.


Bupati Kertonagoro kerap meditasi di Gunung Hyang. Setiap bulan Suro Adipati Kertonagoro tapa kungkum di Kali Sampeyan. Beliau percaya pada kekuatan spiritual dalam menjalankan roda pemerintahan. Beliau sakti mandraguna. Namun tetap rendah hati, ramah tamah, tak suka pamer kekuasaan, suka menolong dan sering membantu kaum miskin.


Zakat dan sedekah dilakukan untuk meringankan beban kaum lemah. Kemurahan Adipati Kertonagoro dicontoh oleh pemimpin Kabupaten Bondowoso. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.


B. Perjuangan Ratu Bang Wetan


Para Bupati Bondowoso berbakti pada Ibu Pertiwi. Ratu Sukaptinah kerap dipanggil Kanjeng Ratu Kencono Wungu. Berjasa pada proses berdirinya Kabupaten Bondowoso. Maka disebut Kanjeng Ratu Bondowoso. 


1. Adipati Kertonagoro 1819 – 1830


Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IV, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.


2. Adipati Kertokusumo 1830 – 1850


Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono VII, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.


3. Adipati Wirodipuro 1850 – 1879


Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono VII, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.


4. Adipati Wondokusumo 1879 – 1891


Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IX, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.


5. Adipati Kertosubroto 1891 – 1908


Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IX, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.


6. Adipati Sastroprawiro 1908 – 1925


Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.


7. Adipati Tirtohadi Sewoyo 1925 – 1928


Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.


8. Adipati Projodiningrat 1928 – 1934


Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.


9. Adipati Herman Hidayat 1934 – 1938


Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.


10. Adipati Saefudin Admosudirjo 1938 – 1945


Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.


11. Soetandoko 1945 – 1946


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


12. Suryoningprojo 1946 – 1949


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


13. Badrus Sapari 1949 – 1950


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


14. Kusno Kusumowijoyo 1950 – 1951


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


15. Sudarmo Sumodiprojo 1951 – 1956


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


16. Sujarwo 1957 – 1957


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


17. Jumadi Muspan 1957 – 1958


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


18. Sutowo 1958 – 1959


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


19. Sumarto Partomiharjo 1959 – 1964


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


20. Sutowo 1964 – 1965


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


21. Arifin Jauharman 1965 – 1973


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


22. Surono 1973 – 1978


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


23. Moh Suwardi 1978 – 1983


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


24. Moh Rivai 1983 – 1988


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


25. Agul Sarosa 1988 – 1998


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


26. Dr. Mashoed 2003- 2008


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Megawati.


27. Drs. Amin Said Husni 2008 – 2018


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


28. Drs. Salwa Arifin 2018 – 2023


Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.


C. Harumnya Kembang Mekar


Raden Ajeng Sukaptinah putri Bupati Pamekasan yang menjadi pelopor perkembangan Kabupaten Bondowoso. Agar

Kabupaten Bondowoso betul betul menjadi pengikat bondho paringane Gusti kang Moho Kuwoso. Kedatangan Raden Malikis Sholihin tahun 1831, putra Raden Ajeng Sukaptinah di kabupaten Bondowoso disambut meriah. Cucu Adipati Cakraningrat, Bupati Pamekasan Madura ini sekarang menjadi raja karaton Surakarta Hadiningrat. Saat penobatan warga Sumenep dan Pamekasan merayakan dengan suka cita. Darah Madura berkuasa di Jawa. Prestasi ini sungguh membanggakan. Demikian para warga Situbondo dan Bondowoso, nama Raden Malikis Sholihin terlalu populer.


Beliau kini bergelar Kanjeng Sinuwun Paku Buwono VII.


Perhatian raja Surakarta pada Kabupaten Bondowoso memang menjalankan amanat Ibunda. Raden Ajeng Sukaptinah berwasiat agar, Raden Malikis Sholihin menyempatkan untuk lelaku di Gunung Hyang, Gunung Ijen, Gunung Argopuro, Gunung Krincing, Gunung Kelap, Gunung Alas Sereh, Gunung Bisu, Gunung Bendiso.


Mider ing rat angelangut


lelana njajah negari


mubeng tepining samudra


sumengka anggane wukir


anelasak wana wasa


tumurune jurang terbis.


Raden Ngabehi Ranggawarsita menyertai kunjungan Sinuwun Paku Buwono VII di Bondowoso.


Dengan dipandu Adipadi Kertokusumo, pujangga kraton Surakarta memberi uraian sejarah tanah Jawa. Masyarakat Madura yang berwarga Bondowoso perlu bangga. Pada tahun 1293 tokoh Madura, Arya Wiraraja berjasa dalam mendirikan kerajaan Majapahit. Arya Wiraraja adalah leluhur masyarakat Madura yang hebat dan terhormat. 


Warga kabupaten Bondowoso yang berasal dari Madura memang amat sadar kehidupan historis masa lampau. Perpindahan mereka ke Bondowoso atas dukungan Adipati Cokronagoro Bupati Sumenep dan Adipati Cakraningrat Bupati Pamekasan.


Biaya perjalanan ditanggung oleh Raden Ajeng Sukaptinah atau Kanjeng Ratu Kencono Wungu. Beliau permaisuri raja Surakarta Hadiningrat. Raden Ajeng Sukaptinah terkenal sebagai istri raja yang kaya raya. Beliau punya usaha kerajinan perak Kotagedhe, mebel Jepara, batu marmer Tulungagung. Raden Ajeng Sukaptinah juga komisaris pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.


Pada tahun 1837 warga Bondowoso dipimpin Demang Puspodriyo datang di daerah Sukodono Tahunan Jepara.


Atas perintah Bupati Kertokusumo mereka belajar seni ukir-ukiran. Diharapkan mereka memiliki ketrampilan dalam bidang pertukangan. Pada tahun 1838 Demang Jalitirto memimpin warga Bondowoso datang ke desa Candi Ampel Boyolali.


Mereka belajar tentang manajemen perkebunan teh. Di sana juga dilengkapi dengan vila penginapan, yaitu Pesanggrahan Madusita.


Tahun 1839 Demang Wirotaruno memimpin tim Bondowoso di daerah Kembang Semarang. Mereka belajar tata niaga dan manajemen kopi. Tahun 1840 Demang Jatitaruno datang di daerah Beulangan Wonosari Klaten.


Bersama rombongan mereka belajar tentang pembuatan genteng, bul, genthong, kuwali, maron, kendhi, jun, jambangan. Semua industri itu di bawah binaan Kraton Surakarta Hadiningrat. Biaya konsumsi, transportasi dan akomodasi dibantu oleh Sinuwun Paku Buwono VII.


Nyai Melas diberi tugas oleh Bupati Wirodipuro pada tahun 1852. Nyai Melas dan rombongan belajar industri batik di Laweyan.


Ibu-ibu Bondowoso diharap dapat mengembangkan industri batik sebagai tambahan ketrampilan keluarga. Program ibu-ibu ini sungguh berguna buat mewujudkan keluarga sejahtera.


Tim Adipati Wondrakusumo pada tahun 1883 berkunjung ke Kudus. Mereka belajar mengembangkan kawasan industri yang ramah lingkungan. Daerah Kudus sejak dulu berhasil membuka lapangan usaha yang beragam.


Industri berkembang pesat, maju dan menguntungkan. Para pemuda dilibatkan dalam studi banding. Generasi muda memang harus dididik, dibina, diarahkan. Kelak mereka menjadi pemimpin di Kabupaten Bondowoso.


Raja Surakarta Sinuwun Paku Buwono X pada tanggal 1 Oktober 1897 datang di Bondowoso. Beliau kerap berkunjung ke Alas Purwo Blambangan untuk bermeditasi.


Kali ini Sinuwun Paku Buwono X meresmikan pembangunan rel dan stasiun kereta api Bondowoso. Adipati Kertosubroto berhari-hari melakukan upacara penyambutan. Panitia bekerja maksimal. Seksi konsumsi diserahkan pada warga dari daerah Binakal, Botolinggo, Cermee, Curahdami. Seksi keamanan diserahkan kepada warga dari daerah Gorejegan, Jambesari, Klabang, Maesan, Pakem, Prajekan. Seksi perlengkapan diserahkan kepada warga dari daerah Sumberwrungin, Taman Krocok, Tamanan, Tapen. Seksi transportasi diserahkan kepada warga dari daerah Tegalampel, Tenggarang, Tlogosari, Wringin, Wonosari. Seluruh rakyat Bondowoso suka gembira.


Angkutan kereta api membuat warga Bondowoso lancar. Mobilitas mereka gampang dilakukan. Barang dan jasa berjalan cepat, aman, nyaman. Kereta api terhubung ke seluruh jaringan kereta api di Tanah Jawa. Kabupaten Bondowoso semakin maju aman sejahtera.


Dalam bidang kuliner kabupaten Bondowoso punya makanan khas suwar suwir, tape manis, bakso galung, surma, nasi mamong, rujak gobet. Dalam bidang kesenian tampil seni Singo Ulung, Ronteg Singo Ulung di Blimbing Tapen, Topeng Nona, Ojongan, Kentrong, Wayang Kattok.


Dalam bidang tata busana dengan gaya tradisional dikenal busana Kacong Jebbing dan pakaian pengantin Ronggo Sukmo.


Masa mendatang bidang seni budaya ini akan dikembangkan terus. Kabupaten Bondowoso semakin kondang kaloka, luhur misuwur, menyebar kawentar, arum kuncara. Rakyat Bondowoso makmur lahir batin, murah sandang pangan papan.


Wisata Kutha


Kutha Bondowoso mas misuwur tapene,


Cak cak Surabaya ja lali rujak cingure,


Timbang bali nglenthung wingka Babad luwung,


Mojokerto jipang wedang angsle asli Malang,


Njajah desa milang kori nggoleki condhonging ati,


Brem kutha Mediun kripik Trenggalek tamba gumun,


Kediri tahu takwane yen Nganjuk kondhang angine.


Kutha Ponorogo mas, misuwur reoge


Cak-cak Surabaya jo lali mbarek ludruke


Empun kesusu kondur mirsanana sandur


Wayang topeng dhalang saking Madura sampun kondhang


Njajah desa milang kori nggoleki condhonge ati


E, seni gambus misri Jombang gandrung Banyuwangi


Pandaan sendra tarine yen Nganjuk kondhang kledheke


Suwar suwir jajan dari Bondowoso memang ngangeni. Tiap-tiap kota mempunyai jenis masakan yang khas dan enak. Wisata kuliner ini dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Wisatawan semakin krasan bila disuguhi seni budaya tradisional.


Jalan jalan di Kabupaten Bondowoso tentu bikin hati senang. Jawa Timur gudangnya kuliner dan seni budaya. Mari kita mencicipi masakan daerah ditanggung nyamleng. Bondowoso hadir dengan suasana ramah tamah.


Jasa Raden Ajeng Sukaptinah bondowoso sungguh besar. Kaum pendalungan yang bekerja di kabupaten Bondowoso nyaman kerasan ayem tentrem. Ratu Kencono Wungu sumber daya abadi.rel

Share:
Komentar

Berita Terkini