![]() |
Medan | Garda.id
Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dapat mengubah peta politik dunia, terutama dalam penyelesaian konflik global seperti perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022.
Pengamat hubungan internasional, Dr. Teguh Santosa, menyebutkan bahwa pernyataan Trump yang akan menghentikan bantuan bagi Ukraina 24 jam setelah terpilih bisa menjadi titik balik untuk perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Kebijakan ini diprediksi juga akan mendapat dukungan dari negara-negara Eropa anggota NATO yang sudah lelah dengan biaya perang yang terus membengkak.
"Ini sebenarnya bukan hal mengejutkan, karena pada masa pemerintahannya 2016-2020, Trump juga mengkritik NATO yang dianggapnya terlalu banyak berbuat untuk menjaga negara lain yang tidak banyak berkontribusi," kata Teguh dalam perbincangan di Medan, Sumatera Utara, akhir pekan lalu.
Teguh, yang juga merupakan akademisi di UIN Syarif Hidayatullah dan Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), menjelaskan bahwa meskipun perang ini diklaim sebagai konflik antara Rusia dan Ukraina, namun dalam kenyataannya, ini adalah perang antara Rusia dan NATO. Di sisi lain, Teguh mencurigai bahwa Rusia mungkin sengaja memperpanjang perang untuk melemahkan ekonomi negara-negara Eropa yang terlibat dalam membantu Ukraina.
“Jangan-jangan Rusia strategi perangnya memang tidak ingin perang segera selesai, sehingga Ukraina terus menjadi lubang bantuan bagi Eropa. Negara-negara Eropa juga sedang menghadapi masalah ekonomi yang serius, sehingga bantuan ke Ukraina akan mengganggu kepentingan domestik mereka,” ungkap Teguh.
Teguh menyimpulkan bahwa kebijakan Trump bisa menjadi faktor yang mendorong perdamaian, karena jika Amerika Serikat menarik dukungannya, negara-negara Eropa yang mulai lelah dengan keterlibatan panjang mereka di Ukraina, kemungkinan akan mendukung langkah tersebut. Dengan demikian, perdamaian Rusia-Ukraina bisa lebih cepat tercapai, mengingat besarnya kepentingan Eropa untuk mengakhiri konflik ini.
Rel