Bambu: Dari Simbol Kekuatan hingga Penaklukan Negara oleh Oligarki

Share:

 

Choking.ist

Medan | Garda.id

Alangkah menggemaskannya engkau, Bambu. Engkau bisa membuat rindu datang dan sekaligus menumbuhkan amarah yang mendalam. Mengundang perasaan campur aduk, dari nostalgia hingga frustrasi.

Sejak kecil, bambu sudah akrab denganku. Di belakang rumah, di tepi sawah, tumbuh dua rumpun bambu yang terawat rapi. Satu rumpun bambu untuk meriam bambu, teman bermain di kala Ramadhan. Satu lagi, bambu digunakan untuk membuat joran pancing. Bambu bukan hanya tanaman biasa, tapi sahabat masa kecil yang memberikan banyak kenangan.

Bambu juga memiliki simbolisme yang kuat dalam berbagai budaya. Dalam budaya Cina, bambu melambangkan kekuatan dan ketulusan. Di India, bambu menjadi simbol persahabatan. Di Jepang, bambu melambangkan perlindungan. Sedangkan dalam budaya Jawa, bambu adalah tempat belajar, ‘ngelmu pring’, yang mengajarkan kita banyak hal.

Namun, dalam konteks yang berbeda, bambu kini memiliki makna yang lebih kompleks di negeri ini. Setelah bertahun-tahun berada di bawah pemerintahan yang lemah, bambu kini bisa dilihat sebagai simbol "penaklukan negara oleh oligarki".

Di bawah rezim yang mengendalikan selama sepuluh tahun, bambu tidak hanya tumbuh di ladang atau desa-desa. Bambu kini bisa ditemukan di laut, memperlihatkan kekuatannya yang tak terbatas, bahkan kepada pemerintah yang sedang berkuasa. Keberadaannya yang meluas dan tak terhingga menjadi simbol bahwa bambu tidak hanya diam, tapi memiliki daya tahan dan kekuatan untuk melawan.

Aikh, bambu... Jika kau punya waktu luang, mungkin kita bisa belajar dari bambu. Semoga kita bisa menaklukkan ketidakadilan dan mengubah keadaan yang ada.

Begitulah pandangan Coking Susilo Sakeh, wartawan senior di Sumatera Utara, dalam merenung tentang bambu yang telah jauh melampaui akar-akarnya, tumbuh dengan kekuatan baru yang menginspirasi banyak orang./lmfbchoking.

Oleh : Choking S HH Jurnalis Senior d Medan.ist

Share:
Komentar

Berita Terkini