Jakarta – Di tengah tantangan global yang terus berkembang, Indonesia kembali menunjukkan kepemimpinannya di kawasan Asia Tenggara. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-46 ASEAN, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, tampil sebagai pemimpin yang tegas dan visioner, menyerukan pentingnya solidaritas dan stabilitas kawasan demi masa depan ASEAN yang lebih kuat dan berpengaruh di dunia.
Berbicara dalam sesi pleno yang membahas arah masa depan ASEAN, Presiden Prabowo menyampaikan pandangannya dengan lugas: solidaritas adalah kunci utama untuk menjaga perdamaian dan memperkuat posisi ASEAN di tengah dinamika global. Dengan proyeksi populasi mencapai sekitar 700 juta jiwa pada tahun 2025—setara dengan populasi benua Eropa—ASEAN memiliki potensi besar sebagai kekuatan geopolitik dan ekonomi global.
“ASEAN harus terus menjaga stabilitas kawasan dan menjalin solidaritas yang lebih erat antarnegara anggota. Dengan potensi yang kita miliki, ASEAN memiliki posisi strategis dalam peta dunia,” ujar Presiden Prabowo di hadapan para pemimpin ASEAN.
Lebih dari sekadar wacana, Presiden Prabowo juga menunjukkan inisiatif konkret dengan mengusulkan agar Papua Nugini—negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Papua, Indonesia—dapat bergabung sebagai anggota ASEAN. Dukungan ini bukan tanpa alasan. Selain memperkuat aspek keamanan kawasan, kehadiran Papua Nugini di ASEAN dinilai dapat memperluas jangkauan dan pengaruh organisasi ini secara global.
“Bergabungnya Papua Nugini akan membawa dampak positif tidak hanya bagi stabilitas kawasan, tetapi juga akan memperluas pengaruh ASEAN di panggung global,” tegas Presiden Prabowo.
Langkah ini sejalan dengan arah kebijakan luar negeri Indonesia yang aktif dan solutif dalam membangun tatanan kawasan yang damai, stabil, dan inklusif.
Dengan akan resminya Timor Leste sebagai anggota ke-11 ASEAN pada Oktober mendatang, serta dukungan terhadap Papua Nugini, kepemimpinan Indonesia di ASEAN sekali lagi terbukti mampu membawa visi kawasan yang lebih maju dan solid.skb