JAKARTA | Rekaman peluncuran rudal hipersonik Fattah milik Iran menjadi viral di berbagai media sosial sejak Rabu (18/6) malam. Dalam video berdurasi 12 detik tersebut, tampak kilatan cahaya terang menembus langit malam dengan kecepatan tinggi, disertai manuver tajam di udara. Pemandangan ini memicu respons luas dari warganet, yang menyebutnya sebagai “naga terbang dari Timur Tengah.”
Rudal tersebut merupakan bagian dari sistem persenjataan milik Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dan dilaporkan digunakan dalam serangan ke wilayah Israel dalam rangkaian eskalasi konflik kedua negara. Peluncuran itu disebut sebagai bagian dari operasi militer bernama True Promise III, yang diklaim berhasil menembus pertahanan udara lawan.
Menurut keterangan pemerintah Iran, Fattah adalah rudal hipersonik dua tahap berbahan bakar padat, dengan kecepatan antara Mach 13 hingga Mach 15 serta jangkauan sekitar 1.400 kilometer. Rudal ini juga dilengkapi hulu ledak berpemandu yang mampu bermanuver untuk menghindari sistem pertahanan udara.
Video yang beredar menunjukkan lintasan cahaya yang tidak lurus, menyerupai ekor yang berbelok-belok di langit. Fenomena ini memicu berbagai reaksi di media sosial, termasuk meme, ilustrasi, hingga julukan “Middle East Dragon” yang merujuk pada tampilan dramatis rudal tersebut.
Sementara itu, pengamat militer di kawasan menilai penggunaan rudal hipersonik ini sebagai perkembangan serius dalam konflik Iran-Israel. Kecepatan dan kemampuan manuver rudal jenis ini membuatnya lebih sulit dideteksi dan dicegat oleh sistem pertahanan konvensional seperti Iron Dome atau Arrow milik Israel.
Hingga saat ini, belum ada konfirmasi independen mengenai dampak serangan yang diklaim Iran. Namun, sejumlah laporan menyebutkan bahwa Israel telah merespons dengan serangan udara terhadap beberapa fasilitas militer Iran di wilayah Kermanshah dan Teheran.
Kementerian Pertahanan Israel belum memberikan pernyataan resmi terkait efektivitas rudal hipersonik Iran. Sementara itu, beberapa analis Barat mempertanyakan apakah rudal tersebut benar-benar memenuhi kategori hipersonik dalam standar teknis internasional, namun mereka mengakui bahwa kecepatan tinggi Fattah menjadi ancaman nyata bagi stabilitas regional. Rel/nusantaraupdate
