Medan — Gelombang pengunduran diri pejabat eselon II di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terus menjadi sorotan publik. Dalam beberapa bulan pertama masa jabatan Gubernur Bobby Nasution, sejumlah pejabat tinggi dilaporkan mengundurkan diri, termasuk Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Sumatera Utara, Hasmirizal Lubis, yang resmi mundur pada pertengahan Oktober 2025.
> "Kita sedang melihat fenomena ketakutan kolektif di kalangan pejabat. Banyak yang khawatir dicap sebagai bagian dari 'gerbong Edy Rahmayadi' atau merasa tidak lagi mendapat ruang aman dalam sistem baru di bawah Bobby Nasution," ujar Siregar saat diwawancarai di Medan, Minggu (20/10).
Menurut Siregar, pergantian kepemimpinan daerah secara alami sering diikuti oleh pergantian elit birokrasi. Namun, gelombang pengunduran diri yang beruntun bisa menandakan sesuatu yang lebih serius: krisis kepercayaan di internal pemerintahan.
Ia menyebut, fenomena ini dapat dijelaskan melalui teori psychological safety dari Amy Edmondson dan organizational justice dari Colquitt. Bila pejabat merasa tidak aman menyampaikan pendapat atau takut disalahkan, mereka akan menutup diri dan tidak lagi berani berinovasi. Kondisi ini, kata Siregar, dapat menurunkan kinerja birokrasi dan menghambat pelayanan publik.
> "Ketika pejabat melihat koleganya mundur karena tekanan atau diperlakukan secara tidak pantas, mereka kehilangan motivasi. Mereka tidak ingin berhadapan langsung dengan risiko politik, sehingga memilih diam atau mencari jalan keluar," tegas Siregar.
> "Birokrasi provinsi jauh lebih kompleks, berlapis, dan sensitif terhadap simbol kekuasaan. Kepemimpinan yang terlalu menonjolkan gaya konfrontatif dapat memicu resistensi internal," ujarnya.
Menurutnya, jika pengunduran diri beruntun ini tidak segera direspon dengan langkah korektif, Sumatera Utara akan menghadapi krisis kepemimpinan yang berakar pada erosi legitimasi internal.
Sebagai solusi, Siregar mendorong Bobby Nasution untuk segera memperbaiki komunikasi politik dan manajerial di dalam birokrasi. Ia menyarankan gubernur mengedepankan pendekatan yang menumbuhkan kepercayaan, bukan ketakutan.
> "Pemimpin yang kuat bukan yang menakutkan bawahannya, tapi yang membuat mereka merasa aman untuk bekerja, berpendapat, dan berinovasi. Itu inti dari kepemimpinan birokratik modern," pungkasnya.
Latar Belakang
Sejak dilantik sebagai Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution menghadapi sorotan publik terkait sejumlah kebijakan internal dan dinamika hubungan dengan pejabat birokrasi. Pengunduran diri beberapa pejabat eselon II, termasuk Kadis Perkim Hasmirizal Lubis, dikaitkan dengan dugaan adanya tekanan politik dan restrukturisasi jabatan besar-besaran.
***
Fenomena ini, menurut Siregar, menjadi ujian penting bagi kepemimpinan Bobby Nasution. Ia menegaskan, tanpa koreksi cepat terhadap gaya kepemimpinan dan sistem komunikasi, Sumatera Utara berisiko kehilangan stabilitas birokrasi dan semangat kerja aparatur.
***